Selasa, 18 Agustus 2009

Telkomsel Minta Pemda Dukung USO

JAKARTA - Telkomsel berharap pemerintah daerah (pemda) mendukung langkah pembangunan jaringan telepon perdesaan dalam kerangka Universal Service Obligation (USO). Dukungan itu diharapkan bisa memperlancar dan memuluskan rencana Telkomsel merampungkan pembangunan jaringan telepon di 24.056 desa terpencil pada tahun ini juga.

“Ada daerah-daerah yang bukannya mendukung Telkomsel membangun jaringan telepon di daerahnya, malah menghambat. Saya tidak usah sebutkan nama daerahnya, tapi itu di luar Jawa. Kami harap pemda bisa bantu dalam hal perizinannya,” kata Dirut Telkomsel Sarwoto Armosutarno di Jakarta, Selasa (18/8).

Sarwoto mengatakan, pembangunan jaringan telepon di desa-desa terpencil itu membutuhkan usaha yang keras. Bukan hanya lokasinya yang jauh dan terisolasi, juga harus disertai dengan sosialisasi dan edukasi kepada warga setempat. “Kami tidak hanya menghadirkan layanan telepon, melainkan layanan yang komplet, termasuk akses internet berikut konten aplikasi untuk menunjang aktivitas ekonomi di daerah itu,” kata dia.

Telkomsel memenangi tender USO pada lima blok dari tujuh blok yang ditawarkan pemerintah. Dari lima blok itu, Telkomsel mendapat tanggung jawab untuk membangun 24.056 desa dengan dana sebesar Rp 1,6 triliun. Hingga akhir pekan lalu, Telkomsel telah merealisasikan pembangunan di 6.000 desa, yakni di desa Mesigit, Bengkulu Utara dan telah diresmikan Dirjen Postel Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar.

Sarwoto mengatakan, hingga September ini pihaknya menargetkan bisa merampungkan pembangunan jaringan telepon di 10 ribu desa. Fokusnya adalah di daerah Jawa dan Sumatera. “Sisanya yang 14 ribu desa lebih akan kami kebut sehingga bisa rampung pada akhir tahun ini juga,” kata dia.

Corporate Communication Manager Telkomsel Suryo Hadianto mengatakan, setiap desa tidak hanya mendapat layanan telepon, melainkan juga layanan komunikasi data untuk menunjang aktivitas ekonomi daerah setempat. Telkomsel juga menyediakan perangkat fixed wireless terminal (FWT). “Kalau cuma sekadar kring, itu tidak sulit. Yang sulit adalah bagaimana agar jaringan telepon yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat,” kata Suryo.

Mengenai FWT, Sarwoto menyatakan, pihaknya sempat mendapat musibah akibat terbakarnya kapal yang mengangkut sekitar 8.000 perangkat FWT di Hong Kong beberapa waktu lalu. “Akibatnya kami sempat kehilangan waktu dua sampai tiga minggu. Namun, secara keseluruhan realisasi pembangunannya masih on schedule,” kata dia.


Berita ini telah dimuat di Investor Daily edisi 19 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar