Minggu, 02 Desember 2007

2008, Industri Telekomunikasi Mature

JAKARTA – Bisnis telekomunikasi pada 2008 diperkirakan sudah matang sehingga pertumbuhan dan marjin keuntungannya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dengan belanja modal sebesar US$ 1,7 miliar, pada tahun depan, PT Telkomsel giat mengembangkan gelombang baru bisnis telekomunikasi.

Dirut PT Telkomsel Kiskenda Suriahardja mengatakan, kompetisi bisnis telekomunikasi pada tahun-tahun mendatang makin ketat. Dengan penetrasi telepon seluler (ponsel) sebesar 40%, pasar ponsel Indonesia menuju matang. “Untuk meningkatkan pelanggan dan margin susah, sehingga yang ada adalah me-maintance yang ada,” kata Kiskenda di Jakarta, Jumat (30/11).

Pada 2008, Kiskenda memperkirakan, pertumbuhan jumlah pelanggan sekitar 10% untuk daerah. “Sedangkan untuk wilayah perkotaan, saya belum tahu,” kata dia.

Oleh karena itu, kata Kiskenda, manajemen Telkomsel sepakat dan bertekat bulat guna mengalokasikan belanja modal yang hampir Rp 16 triliun itu, sebagian besar (sekitar 50%) untuk memelihara pelanggan yang ada. Usaha untuk mempertahankan pelanggan itu dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan, kapasitas, dan kecepatan.

“Kami akan meningkatkan coverage yang ada sehingga pelayanannya lebih baik. Kami juga akan menambah fitur-fitur yang ada,” kata dia.

Kedua, kata Kiskenda, sekitar 30-35% dari belanja modal Telkomsel akan diinvestasikan untuk mengembangkan coverage di daerah-daerah terpencil yang selama ini belum terjangkau, khususnya di luar Pulau Jawa. Meski daerah-daerah terpencil itu umumnya tidak memiliki listrik, Telkomsel sudah menyiapkan base transceiver station (BTS) bertenaga surya dengan teknologi dari Ericsson.

Ketiga, lanjut Kiskenda, sekitar 15-20% dari belanja modal itu akan dialokasikan untuk pengembangan gelombang baru (new wave) bisnis telekomunikasi yang dimulai dari teknologi GSM generasi ketiga (3G). New wave itu antara lain adalah bisnis broadband atau akses internet berkecepatan tinggi, memperbanyak content untuk pendidikan dan yang berkaitan dengan transaksi.

“Peluncuran T-Cash salah satu new wave,” kata dia. Layanan T-Cash adalah layanan digital cash sebagai cikal-bakal mewujudkan less cash society. Dengan layanan itu, kelak ponsel menjadi alat pembayaran digital.

Alokasi belanja modal Telkomsel ini berbeda dengan pesaing utamanya, PT Indosat yang menyiapkan belanja modal sekitar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 11 triliun. Dirut PT Indosat Johnny Swandi Sjam mengatakan, alokasi belanja modal terbesar, yakni sekitar 80-85% (Rp 8,5 triliun) untuk pengembangan bisnis seluler dan nirkabel. Saat ini, Indosat memiliki GSM 800, GSM 1900, GSM 2100, dan juga CDMA 800.

Industri Content

Sementara itu, General Manager Mobile Data Services Telkomsel Anyia Rumonda mengatakan, industri mobile content Indonesia pada 2010 diperkirakan melonjak hingga 100% dengan market revenue mencapai Rp 7 triliun. Prediksi ini dikaitkan dengan jumlah pelanggan seluler pada akhir dekade itu mencapai 160 juta atau naik dua kali lipat dari jumlah pelanggan saat ini.

Figur tersebut terungkap dalam Telkomsel Conten Provider Gathering, yang digelar tiap tahun sejak 2003. Ajang itu sekaligus untuk merangsang pertumbuhan industri content dan multimedia nasional. Para penggerak industri content, seperti content provider, record label, dan operator seluler, antara lain Elasitas, Jatis, Code Jawa, SCM, Infokom, Musica, Sony BMG, dan Access Mobile dilibatkan dalam workshop tiga hari itu.

“Inovasi dan kreativitas merupakan syarat mutlak guna menemukan content yang bermanfaat, cocok sekaligus diminati pengguna,” kata Anyia.

Anyia mengatakan, jumlah content provider di Indonesia yang berkisar 200-500 tidak seberapa dibandingkan di Korea Selatan atau Jepang yang mencapai 10 ribu. Bahkan, salah satu operator telecomunikasi terbesar di Korea Selatan, SK Telecom, memperoleh pendapatan dari layanan content berupa value added service (VAS) sebesar 32% dari total pendapatannya.

Telkomsel dengan jumlah pelanggan sebanyak 45 juta, infrastruktur jaringan yang tersebar di seluruh Tanah Air, dan jaringan distribusi mencapai 260 ribu titik siap mendukung implementasi teknologi terkini. Inovasi teknologi berkelanjutan juga terus diupayakan, termasuk teknologi 3G berbasis wideband code division multiple access (WCDMA) dan high speed downlink packet access (HSDPA). Ini untuk melengkapi teknologi yang sudah diimplemantasikan sebelumnya, seperti circuit switched data ( CSD), global packet radio service (GPRS), dan enhanced data rate GSM evolution (EDGE).

“Hal ini tentu akan meningkatkan kemampuan Telkomsel dalam mendukung lahirnya ragam inovasi layanan,” kata Anyia. Layanan content Telkomsel telah menyumbang sekitar 4% dari pendapatan perusahaan.

Dia menyebutkan, saat ini Telkomsel telah bekerja sama dengan 108 mitra content provider menghadirkan sekitar 3.000 jenis layanan content, seperti Nada Sambung Pribadi (Agustus 2004), Mobile TV Portal (September 2006) M-Komik (Agustus 2007), dan Mobile Blogging MyPulau (November 2007). Lebih dari 15 juta pelanggan telah menikmati ragam layanan content yang dihadirkan Telkomsel bersama mitra content provider-nya. Layanan content yang paling diminati saat ini adalah content hiburan, seperti Ring Back Tone (RBT), SMS Selebriti, dan Dunia Bola.

“Telkomsel berkomitmen mengembangkan content yang edukatif, yang mengandung nilai pendidikan dan tidak hanya bersifat menghibur saja. Hal ini telah kami mulai dengan menghadirkan Dunia Anak, Dunia Budaya, dan Dunia Religi dengan konten-konten seperti: Video Pendidikan Aku Tahu, Pencerahan Religi Uje, dan Adat Istiadat Indonesia, ” kata Anyia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar