Jumat, 09 Oktober 2009

CEO KASPERSKY LAB EUGENE KASPERSKY:

Ancaman Terorisme Cyber Sudah Dekat

Puluhan ribu account email berikut password dari penyedia layanan email gratis, seperti Hotmail, Yahoo, AOL, Gmail bocor di internet. Pada waktu hampir bersamaan, Badan Telekomunikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), International Telecommunication Union (ITU) memperingatkan tentang kemungkinan perang dunia III terjadi di dunia maya.

Eugene V Kaspersky, chief executive officer (CEO) dan co-founder Kaspersky Lab, menambahkan tentang e-terorism dan e-spionage yang sudah di depan mata. “Saya tidak tahu kapan, di mana dan dari mana. Tapi yakinlah, ancaman e-terorism itu sudah sangat dekat,” kata Eugene saat berkunjung ke Jakarta, Kamis (8/10).

Pendiri perusahaan penyedia solusi keamanan ternama di dunia ini mulai cerita dengan evolusi malware 10 tahun ke depan. Ia ibaratkan seperti mobil, yang 70 tahun lalu hanya ada satu, Ford. Sekarang, jumlahnya banyak dan variasi produknya pun beragam. Tapi dalam keragaman merek itu, sejatinya ada kesamaan.

“Demikian halnya dengan sistem operasi (operating system) komputer (PC). Bahkan ketika smartphone makin menyatu dengan PC, malware akan menjadi problem serius seperti seriusnya malware di PC,” kata dia.

Eugene datang ke Jakarta dalam rangkaian kunjungan selama empat hari di Tanah Air. Selain di Jakarta, ia juga akan bertandang ke Yogyakarta, melihat Borobudur, dan memberikan kuliah di kampus Universitas Gajah Mada (UGM) dengan judul ‘Taking Responsibility for the Internet’ pada 10 Oktober 2009.

Dalam bisnis dan keseharian, program jahat sudah umum, bahkan telah menjadi bisnis yang menghasilkan uang dalam jumlah besar. Eugene mengatakan, malware telah menjadi bisnis bagi pembuatnya. Bisnis program jahat ini sudah dipromosikan secara terang-terangan, lengkap dengan tarif dan term of service-nya. “Ada juga yang menyiapkan technical support. Jadi, kalau serangan tidak bisa melumpuhkan komputer target, uang bisa kembali,” kata Eugene.

Dia mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah demikian pesat. Perangkat digital telah menjamur dan makin beragam. Mulai dari PC, kamera, ponsel pintar (smartphone), smarthome, atau bahkan pesawat. Semua perangkat itu rentan terhadap serangan program jahat. Ketika Boeing 787 hadir, misalnya, sebuah media menulis tentang kerawanan pesawat yang serba computerized itu terhadap serangan hacker.

Oleh karena itu, Eugene tidak heran dengan kemungkinan perang cyber bakal terjjadi. “Pada 2001 sebenarnya sudah terjadi perang cyber antara Amerika Serikat dan Cina (Republik Rakyat Tiongkok),” kata dia.

Dalam acara ITU Telecom World 2009, Sekjen ITU Hamadoun Toure mengkhawatirkan tentang perang dunia ketiga terjadi di dunia maya. "Kehilangan jaringan vital dapat melumpuhkan secara cepat setiap negara, dan tidak ada yang kebal terhadap serangan cyber," kata Toure.

Menurut Eugene, Badan Intelijen AS (CIA) pernah menangani kasus cyber crime yang menyerang infrastruktur listrik, infrastruktur vital non-TIK. Bahkan, Biro Federal AS (FBI) juga telah menciptakan program jahat Magic Lantern. Jerman juga memiliki Bundestrojan.

“Jadi, perang cyber bukanlah hal yang aneh lagi. Tapi tentang program jahat yang dibuat badan pemerintah seperti Magic Lantern dan Bundestrojan itu sejatinya bukanlah malware, tapi government-ware,” kata Eugene.


Tulisan ini sudah dimuat di Investor Daily edisi 9 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar