JAKARTA – layanan wireline yang berbasis public switch telephone network (PSTN) sedang menghadapi fase menurun (decline) seiring berubahnya gaya hidup (lifestyle) masyarakat. Ini mendorong Telkom untuk merevitalisasinya demi mempertahankan bisnis tradisional itu.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Rinaldi Firmansyah mengatakan, beberapa langkah yang dilakukan antara lain adalah dengan mengoptimalkan jaringan saluran kabel tetap (fixed wireline), menyeleraskan layanan telepon kabel dan layanan seluler, fixed wireless access (FWA), dan memisahkan FWA (Telkom Flexi) sebagai unit bisnis tersendiri. Langkah lain adalah dengan merampingkan portofolio anak perusahaan (streamline subsidiary portfolio).
“Ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan kompetitif Telkom secara berkesinambungan,” kata Rinaldi Firmansyah saat Grand Launch New Telkom Indonesia di Jakarta, Jumat (23/10).
Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia menambahkan, jumlah pelanggan telepon tetap (telepon rumah) saat ini masih tetap sekitar 8,7 juta satuan sambungan telepon (SST). Jumlah ini relatif tidak bertambah sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, pemakaian pulsanya cenderung menurun. Penurunan tersebut disebabkan gaya hidup masyarakat sekarang yang cenderung mobile.
“Itulah sebabnya pertumbuhan seluler dan FWA meningkat tajam, yaitu karena mengikuti lifestyle masyarakat tadi,” kata Eddy Kurnia.
Perubahan gaya hidup masyarakat, menurut Rinaldi, telah memaksa Telkom melakukan transformasi bisnis. Ini merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Transformasi itu menetapkan bisnis Telkom tidak lagi sekadar layanan telekomunikasi, tapi layanan berbasis telecommunication, information, Media, and edutainment (TIME).
“Perayaan hari jadi Telkom ke 153 ini memang berbeda. Malam ini merupakan pengukuhan transformasi bisnis Telkom dari yang semula hanya InfoCom menjadi TIME,“ kata Rinaldi.
Telkom, lanjut Rinaldi, akan berusaha keras menghadirkan layanan TIME ke seluruh rumah tangga maupun korporasi di Indonesia. “Ini sejalan dengan positioning baru Telkom ‘Life Confident’ dan tagline ‘the World in Your Hand’ yang bermakna keahlian dan dedikasi kami pada kemajuan akan memberikan keyakinan bagi semua pelanggan kami untuk mendukung kehidupan mereka di mana pun mereka berada,” terang dia.
Upaya yang dilakukan untuk menahan laju penurunan penggunaan telepon rumah telah dilakukan manajemen Telkom dengan membuat program paket tagihan tetap (PTT), undian poin reward dan secara bertahap yang dijadikan vehicle untuk jaringan broadband access Speedy. “Upaya tersebut menunjukkan perbaikan pertumbuhan yang positif meskipun masih ditingkatkan,” kata dia.
Industri Konten Lokal
Dalam kesempatan sama, Rinaldi menerangkan upaya Telkom untuk menahan laju industri kreatif agar tidak kabur ke luar negeri. Oleh karena itu, Telkom menyelenggarakan Indigo Award.
Penghargaan ini diberikan kepada insan industri kreatif digital Indonesia. Industri kreatif dinilai dari seluruh kategori, yang berhasil dan memberikan manfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan dapat mendorong serta menciptakan peluang bisnis baru.
Para penerima Indigo Awards adalah mereka yang telah diseleksi melalui program-program Indigo Fellow, Indigo Fellowship, TESCA (Telkom Smart Campus), Indigo Music Awards dan Lomba Cipta Lagu dan Lirik Muslim.
“Siapa lagi kalau bukan kita untuk menahan mereka agar tetap berkiprah di Tanah Air. Jangan sampai, orang Indonesia terpaksa harus ke Singapura agar inovasinya mendapatkan apresiasi baik,” kata dia.
Padahal, lanjut Rinaldi, industri kreatif diyakini bisa menumbuhkan kembali perekonomian nasional, selain kembali mengangkat budaya Indonesia untuk lebih dikenal masyarakat internasional.
Pasar dan sumber daya manusia (SDM) pada industri kreatif di Tanah Air sangat besar, yaitu sekitar 47% dari penduduk Indonesia. Industri kreatif juga diprediksi menciptakan lapangan kerja sekitar 5,4 juta lapangan kerja serta berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 6,3%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar