Kamis, 22 Oktober 2009

Telkom Perkuat Bisnis Satelit

BOGOR – Telkom memercayakan bisnis satelitnya kepada anak usahanya, PT Multimedia Nusantara (Metrasat). Kontribusi pendapatan dari bisnis satelit mencapai Rp 1 triliun.

Dirut PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Rinaldi Firmansyah mengatakan, pendapatan dari penyewaan transponder dari satelit milik Telkom itu tidak termasuk yang dipakai group.

“Kalau revenue dari group, kami rahasiakan. Pokoknya, (pendapatan Rp 1 triliun) itu dari luar saja. Sebenarnya besarnya lebih dari Rp 1 triliun,” kata Rinaldi Firmansyah usai meresmikan gedung dan fasilitas Network Operation Center Metrasat di Bogor, Rabu (21/10).

Besarnya revenue karena pelanggan yang memanfaatkan transponder makin beragam. Pelanggannya bukan hanya dari swasta nasional, tapi juga instansi pemerintah, seperti Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sedangkan kegunaannya pun menjadi beragam, di antaranya untuk penyiaran (broadcast), telekomunikasi, komunikasi data, serta alat pemantau gempa dan tsunami.

Menurut Rinaldi, meski layanan komunikasi sudah makin beragam, mulai dari jaringan kabel serat optik hingga telekomunikasi seluler, bisnis satelit masih menjanjikan. Sekali pun seluruh kepulauan Nusantara bakal disatukan oleh kabel serat optik dalam proyek Palapa Ring, satelit masih dibutuhkan. Bukan hanya untuk telekomunikasi, tapi juga penyiaran.

Saat ini, Telkom mengoperasikan dua satelit, yaitu Telkom I dan Telkom 2, masing-masing memiliki 24 unit transponder. Setiap unitnya memiliki kapasitas 36 MHz. Dan, utilisasi seluruhnya sudah penuh.

“Dan, kami sudah menekan MoU (memorandum of understanding) dengan ISS Reshetnev untuk meluncurkan satelit dengan 48 transponder,” kata Rinaldi.

Pilihan pada ISS Reshetnev dari Rusia ini bukan penunjukan langsung, melainkan melalui proses lelang. Perusahaan tersebut mengalahkan pesaingnya dari Amerika Serikat dan Eropa.

Pengadaan satelit terbaru itu diperkirakan menelan investasi sebesar US$ 200 juta. Penambahan satelit tersebut akan memperkuat bisnis Metrasat dalam melayani bisnis Very Small Aperture Terminal (VSAT). Bagi Telkom, kata dia, pengucuran investasi untuk satelit akan terus dilakukan selama bisnis tersebut mendatangkan pendapatan yang signifikan bagi perusahaan.

PT Multimedia Nusantara (Metrasat), kata Direktur Utama Metrasat Alex J Sinaga, bertekad menjadi pilar utama Telkom dalam penyelenggaraan bisnis multimedia satelit melalui VSAT. Metrasat merupakan strategic business unit (SBU) dari Metra Holding yang 100% sahamnya dimiliki Telkom.

"Pelanggan kami datang dari berbagai bidang, meliputi operator telekomunikasi, Pos Indonesia, Departemen Pertahanan, dan Bakosurtanal. Yang terakhir (Bakorsurtanal) sekarang menjadi mitra strategis kami dalam memantau gempa di tanah air,” kata Alex.

Jangkauan layanan Metrasat dibagi dalam 1.500 titik VSAT di 13 area di seluruh Indonesia. Pembangunan titik-titik tersebut terbilang singkat, yaitu sejak diakuisisi Telkom pada 2003. Saat ini, kapasitas bandwidth Metrasat didukung 13 transponder milik satelit Telkom I dan 2 , serta satu satelit asing.

Selain VSAT, anak perusahaan Telkom ini bergerak dibidang telco’s adjacent industries dengan portofolio bisnis meliputi VSAT, e-payment, e-data interchange, software development, IT Managed services, portal, e-commerce, business process outsourching (BPO), directory services, pay TV, dan sebagainya.

Perusahaan di bawah Metrasat adalah PT Finnet Indonesia, PT Sigma Cipta Caraka, PT Indonusa Telemedia (Telkomvision), PT Metranet. Ekspansi bisnis, kata Alex, belum berhenti karena segera membentuk unit bisnis strategis di bisnis IT enterprise support dan mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bisnis telco adjacent industries.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar