JAKARTA – Perusahaan nasional yang memproduksi perangkat jaringan Wimax lokal mulai berkibar. Telkom telah menggunakan Wimax TRG buatan PT Technology Research Group (TRG) untuk Jabotabek dan Lintasarta telah menggunakan Himax buatan PT Hariff Daya Tunggal Engineering di Padang, Sumatera Barat.
Demikian rangkuman dinyatakan Dirut PT TRG Wahyu Sakti Trenggono, Direktur PT TRG Gatot Tetuko, Dirut PT Hariff Budi Permana dan Vice President PT Hariff Budi Aerlangga dalam sebuah wawancara, Rabu (14/10).
“Telkom telah menggunakan produk kami (Wimax TRG) untuk memberikan layanan akses internet di daerah Jabotabek. Memang belum banyak, tapi kepercayaan Telkom terhadap produk Wimax lokal sangat kami hargai,” kata Trenggono.
Gatot Tetuko menambahkan, sebelum memutuskan penggunaan Wimax TRG untuk jaringan komersial, Telkom menetapkan syarat yang amat ketat. Yakni, melalui quality assurance, baik uji laboratorium maupun tes di lapangan. “Tes itu dilakukan selama tiga bulan,” kata Gatot.
Pengujian terhadap produk Wimax TRG, lanjut Gatot, menunjukkan hasil yang memenuhi standar Telkom, termasuk kapasitas (capacity), kualitas layanan (quality of service), ketersediaan (realibility), dan dukungan pemeliharaan (supporting maintenance).
“Telkom juga menetapkan syarat, perangkat Wimax TRG harus mampu melayani 256 pelanggan dalam waktu bersamaan dengan kecepatan akses tertentu. Dan, produk kami lulus uji itu,” kata Gatot.
Hasil tes menunjukkan, dengan micro base station, perangkat Wimax TRG bisa menghasilkan kecepatan akses internet hingga 10 megabit per detik (Mbps) pada tiap sektor. Tiap sektor maksimum bisa melayani 200 titik pelanggan (subscriber), dan tiap titik bisa diakses beberapa pelanggan (user).
“Daya jangkaunya pun bisa sampai 30 kilometer (km). Waktu itu kami tes di Bandung, dan base station itu bisa menjangkau jarak dari Rancaekek hingga Geger Kalong,” kata Gatot.
Dengan sukses Telkom menggelar jaringan Wimax, Gatot berharap, operator broadband wireless access (BWA) lain bisa menggunakan produk Wimax TRG. PT Indosat Mega Media (IM2), dan PT Aplikanusa Lintasarta –keduanya anak perusahaan PT Indosat Tbk—sedang melakukan uji coba Wimax TRG.
“IM2 kini sedang trail. Mereka minta persyaratan teknis yang harus kami penuhi dalam bentuk Prove of Concept (POC). POC ini sama dengan Quality of Assurance di Telkom. Produk kami juga sudah dipakai di beberapa pelanggan korporasi Lintasarta dengan jumlah terbatas,” kata Gatot.
Lintasarta Pakai Himax
Sementara itu, Budi Permana dari Hariff mengatakan, pihaknya mendapat berkah dari bencana alam di Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Jaringan Lintasarta yang rusak parah di Padang telah diganti seluruhnya dengan perangkat jaringan Wimax dari Hariff, yakni Himax.
“Kami sudah pasang perangkat Himax di sekitar 50-an titik pelanggan di 5-6 sektor di Padang. Semua sudah berjalan dengan baik dan pelanggan pun puas,” kata Budi Permana.
Dengan hasil Lintasarta itu, IM2 juga tertarik untuk menggunakan produk Himax. Lintasarta juga berniat mengganti seluruh jaringannya --yang selama ini menggunakan produk impor-- dengan Himax. Kedua anak usaha Indosat itu memang harus mengganti seluruh jaringannya akibat keputusan pemerintah memigrasikan frekuensi 3,5 GHz ke 3,3 GHz untuk BWA.
“Mereka harus segera migrasi. Pemerintah memberi tenggang waktu dua tahun (sejak tahun lalu). Masalahnya cuma soal dana. Mereka menawarkan leasing, tapi kami tidak mau,” kata dia.
Sedangkan Budi Aerlangga menambahkan, perangkat Himax yang digelar di Padang terdiri atas Network Monitoring System, Base Station, Subscriber Station, dan antena. “Sedangkan Billing System-nya tetap menggunakan sistem lama yang memang bisa bekerja pada sistem kami,” kata Budi Aerlangga.
Budi Aerlangga menjelaskan, hasil penggelaran Himax di Padang menunjukkan, kecepatan modulasi (akses internet) tertinggi yang bisa dicapai adalah 20 Mbps per sektor. “Dengan kondisi sekarang, tiap sektor ada sekitar 20 subscribers, kecepatan akses yang bisa dinikmati tiap pelanggan bisa mencapai 1 Mbps. Itu dengan daya jangkau 2-8 km,” kata Budi Aerlangga.
Menurut Budi Aerlangga, selain di Padang, produk Himax juga telah digelar di Kalimantan dan Bandung. “Di Bandung, produk kami sudah dipakai Lintasarta dan Starcom. Sedangkan di Kalimantan dipakai Starcom untuk close network pada perusahaan mining,” kata dia.
Telkom, lanjut Budi Aerlangga, belum menggunakan Himax. Hal itu terjadi karena waktu itu Hariff belum bisa memenuhi Quality of Assurance yang ditetapkan Telkom, yakni perangkat jaringan Himax harus bisa melayani 256 subscribers secara bersamaan. “Waktu itu, produk kami bukannya tidak mampu memenuhi syarat itu, tapi kami tidak tahu bagaimana menghitungnya. Tapi setelah kami improve, ternyata bisa. Oleh karena itu, pada periode berikutnya, produk kami juga telah mendapat sertifikasi dari Research Data Centre (RDC) Telkom,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar