JAKARTA – Pelanggan telepon seluler merupakan pasar potensial bagi industri industri konten di Tanah Air, termasuk konten nada panggil (ring back tone/RBT). Nilai bisnis RBT mencapai Rp 135 miliar per bulan.
“Bisa dikatakan, siapa pun bisa menjadi kaya dari RBT,” kata Vice President Commerce Royal Prima Musikindo (RPM) di Jakarta, Senin (5/10).
Sudah banyak musisi tidak terkenal, kata Isra, bergelimang rupiah karena lagunya banyak diunduh. Tidak sedikit pula lagu dari musisi terkenal justru belum diterima masyarakat.
Biasanya biaya registrasi RBT sebesar Rp 7.000 per bulan. Masa aktivasinya sekitar 3-4 bulan. Tapi, masa tersebut sangat tergantung dari selera dan rasa pelanggan.
Pembagian pendapatannya tergantung dari kesepakatan operator bersama labeling, yang biasanya 50:50 atau 60:40. Hasil yang diperoleh labeling dibagi lagi pada tiga kelompok lainnya, yakni pencipta lagu, musisi, serta publisher.
Melihat jumlah pelanggan, menurut Isra, industri RBT diproyeksikan masih potensial. Lagu yang dipilih pelanggan bisa lagu lawas, lagu masa kini, lagu indie, dan lainnya. “Pelanggan pilih lagu sesuai perasaan hati, bukan melihat pencipta ataupun musisinya,” kata dia.
Head of Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya mengakui, pengunduh lagu untuk RBT cenderung naik tanpa melihat siapa musisinya. Masa aktivasinya terbilang cepat, yang biasanya 3-4 bulan. Tapi, beberapa lagu bisa lebih lama lagi karena faktor kedekatan emosi dengan pelanggannya.
RBT, ujar dia, mulai mengarah pada penilaian terhadap prestise personal. Sebuah nomor pelanggan tanpa RBT bisa dinilai kurang bonafit. Karena itu, pelanggan berlomba-lomba untuk mengaktifkan lagu tertentu sebagai RBT atau nada panggil.
“Jadi, lumrah saja kalau industri konten RBT akan terus tumbuh seiring dengan makin tinggi permintaannya,” kata dia.
Bila RBT mengarah pada seluruh pelanggan seluler, menurut Teguh, konten games hanya menyasar pada pelanggan data. Tapi, pasar pelanggan games belum meledak dan masih perlu sosialisasi dengan gencar untuk mengangkat jumlah pelanggannya.
Persaingan makin terasa berat bagi industri konten games karena umumnya vendor handset telah memasukkan fitur games pada handset-nya. Ini tidak lepas dari sistem bundling untuk memperkaya fitur pada handset yang dipasarkannya.
Sementara itu, Presiden Direktur Alpha Omega Tjandra Tedja mengatakan, 10% dari 150 juta pelanggan telepon seluler (ponsel) di Indonesia memanfaatkan RBT. Bila biaya rata-rata aktivasi RBT Rp 9.000 per bulan, nilai bisnis RBT ini mencapai Rp 135 miliar per bulan.
“Dengan RBT, semua pihak yang terlibat dalam sebuah karya seni lagu bisa mendapat bayaran dari hasil jerih payahnya, baik itu pencipta, penyanyi, produser, maupun perusahaan label rekaman. Industri layanan nada sambung juga menjadi solusi penghasilan dari lemahnya pemberantasan pembajakan di Indonesia,” kata Tjandradi sela peluncuran RBT JariJempol di ponsel Sony Ericsson, belum lama ini.
PT Alpha Omega Wahana Nusantara adalah salah satu penyedia RBT. Tjandra optimistis, pengguna layanan RBT meningkat 10% dalam kurun tiga bulan ke depan. Keyakinan tersebut erat dengan sifat dasar konsumen yang selalu ingin mendapatkan nilai lebih dari barang yang dibeli.
“Selama masyarakat masih mencintai musik, industri ini akan terus bertahan, bahkan dapat naik 25 sampai 30%,” ujar dia.
Alpha Omega telah lebih dari tiga tahun menyediakan layanan RBT dan bekerja sama dengan operator seluler, seperti Telkomsel, XL, Indosat, Axis, Tri, Esia, Flexi, Smart, dan Mobile-8.
Tulisan ini sudah dimuat di Investor Daily edisi 13 Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar