Rabu, 14 Januari 2009

OUTLOOK TELEKOMUNIKASI 2009:


Berpacu Berebut Pelanggan Data

Pada 2008, perang tarif di industri telekomunikasi ditabuh. Hasilnya, belanja pulsa per pelanggan per bulan (ARPU) makin mengecil. Tetapi, menurut Presdir PT Natrindo Telepon Seluler (NTS) Erik Aas, pendapatan industri telekomunikasi pada 2008 masih tumbuh sekitar 21,7%, menjadi US$ 8,4 miliar atau sekitar Rp 92,5 triliun.

Naiknya pendapatan industri telekomunikasi secara keseluruhan itu tak lain karena perang tarif itu menghasilkan pula tambahan pelanggan yang tidak sedikit. Erik menyebut, jumlah kartu perdana (SIM) yang diaktivasi pada tahun lalu mencapai 172 juta atau naik 69% dibanding tahun sebelumnya (103 juta). Ia memperkirakan, jumlah pelanggan seluler sejatinya cuma 91 juta pada 2008 atau naik 75% dibanding tahun sebelumnya (52 juta).

“Tahun ini, jumlah SIM mencapai 213 juta dan menjadi 231 juta pada 2010, tetapi jumlah pelanggan seluler sejatinya cuma 117 juta pada 2009 dan menjadi 131 juta pada 2010,” kata Erik di Jakarta, Selasa (13/1).

Perang tarif pada 2009 tampaknya masih akan berlangsung. Kepala Perwakilan Nokia Siemens Network (NSN) Indonesia Arjun Trivedi memperkirakan, ARPU industri telekomunikasi seluler saat ini masih sekitar Rp 25 ribuan. Angka itu akan terus turun dan mengarah ke Rp 10-20 ribu per bulan.

Namun, kalangan operator tak percaya. Ketua Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengatakan, ARPU nasional saat ini berkisar Rp 35-40 ribu. Direktur Marketing Indosat Guntur S Siboro juga tak percaya, namun ia percaya kalau operator akan mengejar pelanggan segmen kelas bawah, seperti tukang ojek, tukang sayur dan lain-lain.

Layanan Broadband
Ketika bos Microsoft Bill Gates berada di Jakarta, Mei 2008, ia menyebut tentang konvergensi telekomunikasi yang sudah di depan mata. Perangkan ponsel, komputer (desktop atau laptop, televisi, dan perangkat elektronik lainnya sudah menyatu. Satu sama lain bisa saling ‘berkomunikasi’.

Konvergensi itu mensyaratkan jaringan Internet dengan kecepatan transfer data tinggi itu. Operator di Tanah Air sebenarnya sudah lama mengadopsi teknologi Internet berkecepatan tinggi (broadband). Kelahiran Speedy dari perut Telkom sesungguhnya terobosan (breakthrough) dalam layanan broadband di Indonesia.

Kelahiran Speedy (fixed broadband) itu kemudian diikuti operator GSM dan CDMA, dengan menghadirkan mobile broadband lewat teknologi generasi ketiga (3G pada GSM dan EV-DO pada CDMA).

Operator GSM sebenarnya gencar menawarkan mobile broadband ketika mendapat lisensi 3G pada 2006. Namun, pelanggan mobile broadband yang diperoleh lima operator penerima lisensi 3G tak seberapa dibanding pelanggan 3G, yang hanya memanfaatkan jaringan untuk video call. Lima operator 3G itu adalah PT Telkomsel, PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama (EP), PT Natrindo Telepon Seluler (NTS), dan PT Hutchison CP Telecom (HCPT).

Rendahnya pelanggan mobile broadband itu sangat terkait dengan keterbatasan frekuensi yang khusus untuk layanan data. Tak jarang, pelanggan mobile broadband harus terlempar ke jaringan 2G (GPRS atau EDGE) karena frekuensi yang ada terpakai oleh layanan suara. Operator 3G, terutama yang tiga besar, sudah lama minta tambahan frekuensi yang akan didedikasikan khusus untuk mobile broadband.

Syukurlah permintaan itu akhirnya dipenuhi. Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengatakan, lelang frekuensi 3G sudah dibuka dan operator yang berminat tambahan frekuensi diminta mengajukan penawaran paling lambat pada 19 Januari 2009. Penawaran itu berkaitan dengan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi. Pada 2006, Telkomsel menawar satu blok frekuensi selebar 5 MHz sebesar Rp 218 miliar, PT EP Rp 188 miliar, dan Indosat Rp 160 miliar.

Tambahan frekuensi 3G itu akan semakin membuka peluang persaingan, baik sesama penyedia mobile broadband maupun dengan fixed broadband (Speedy).

50 Juta Pelanggan
Data World Broadband Information Services (WBIS) menyebutkan, pada semester I 2008, jumlah pelanggan internet broadband, baik fixed maupun mobile baru sekitar 1,5 juta. Pada 2012, pelanggan broadband (fixed maupun mobile) diperkirakan mencapai 50 juta. Data internal Ericsson menyebutkan, pada 2008, pelanggan mobile broadband (1,2 juta) sebenarnya telah melampaui fixed broadband (500 ribu). Pada 2009, pelanggan mobile broadband diperkirakan mencapai 2,5 juta dan menjadi hampir tujuh juta pada 2010.

Faktanya, pelanggan Speedy pada akhir 2008 mencapai 970 ribu atau naik empat kali lipat dibanding akhir 2007 yang sebesar 241 ribu pelanggan. “Pada 2009, kami targetkan menjadi 1,72 juta pelanggan,” kata Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia.

Sukses itu tidak lepas dari gencarnya program promosi Telkom sepanjang tahun lalu. Mulai dari menggratiskan akses Speedy pada pukul 20.00-08.00, meningkatkan transfer rate dari 384 kilobit per detik (Kbps) menjadi 1 megabit per detik (Mbps), meluncurkan Speedy Prabayar, dan membangun 5.000 hotspot di seluruh Tanah Air.

Operator GSM, seperti Telkomsel, Indosat, dan XL juga gencar, tetapi terbentur pada keterbatasan frekuensi 3G. Bahkan, tiga operator itu sudah menggelar teknologi high speed downlink packet access (HSDPA), yang kecepatan transfer datanya bisa mencapai 7,2 Mbps. Hasilnya, tiga operator besar itu hanya mendapat pelanggan mobile broadband 205 ribu (Telkomsel), 175 ribu (Indosat), dan 70 ribu (XL). Ini belum termasuk operator kecil, dan operator CDMA yang baru menerapkan teknologi generasi ketiga (EV-DO).

Operator seluler sangat yakin, potensi pasar mobile broadband amat besar dan masih akan bertambah. Itu bisa dilihat dari pelanggan 3G dan pelanggan GPRS di masing-masing operator. Telkomsel, misalnya memiliki pelanggan 3G sebanyak 6,2 juta, Indosat (4 juta), dan XL (2 juta).

“Potensi pelanggan mobile broadband sangat besar, mengingat pengguna layanan data GPRS Telkomsel saat ini mencapai lima juta,” kata Suryo Hadianto, Corporate Communication Manager Telkomsel.

Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya menambahkan, besarnya potensi pelanggan broadband itu membuat Indosat pada tahun ini serius memaksimalkan potensi infrastruktur data yang dimiliki lewat beberapa produk andalan. “Ada layanan broadband 3,5G serta CDMA, GPRS dan BlackBerry. Indosat juga punya IM2 (Indosat Mega Media, red),” jelas Teguh.

Operator XL, bahkan sudah mencanangkan untuk menambah 1.200 Node-B (BTS 3G) demi merebut pasar mobile broadband. Pada akhir 2008 ada sebanyak 1.875 Node-B yang tersebar di 91 kota.

Vice President Network Operation Center PT EP Kukuh Saworo mengatakan, sekitar 700-800 Node-B baru itu akan digelar di Jakarta, daerah yang paling tinggi akses layanan 3G dan data. Selebihnya akan disebar di daerah-daerah lain yang penggunaan 3G besar, seperti di Medan, Surabaya, Denpasar, Makassar.

Tiga operator itu paling siap memperebutkan pasar mobile broadband karena sudah memiliki jaringan luas. Telkomsel kini memiliki lebih dari 5.000 Node B (BTS 3G) di 120 kota, Indosat 1.300 Node B, dan XL 1.875 Node B di 91 kota. XL sudah mengumumkan rencananya menambah 1.200 Node B, namun Telkomsel dan Indosat belum.

Operator CDMA

Selain tiga operator besar itu, plus Telkom (fixed broadband), beberapa operator kecil juga akan meramaikan persiangan. PT NTS, operator Axis, misalnya, sudah meluncurkan Akses untuk layanan datanya. Selain itu, operator CDMA, PT Smart Telecom, juga sudah meluncurkan layanan broadband berteknologi EV-DO dengan nama Jump. Tahun ini, Mobile-8 juga akan meluncurkan layanan EV-DO dengan nama Mobi.

Operator kecil ini rata-rata mengklaim sebagai operator yang menawarkan layanan data broadband termurah. Akses menawarkan tarif Rp 0,1, Jump Rp 0,275, dan Mobi Rp 0,25 per kilo byte (KB). Director Corporate and Data Solution Smart Telecom Fanda Soesilo mengatakan, manajemen dan pemegang saham memberikan dana tak terbatas untuk pengembangan Jump. “Saat ini Jump baru hadir di Jabotabek. Pada 2009, kami hadir di Surabaya, Bandung, Semarang, Bali dan Yogyakarta. Kami juga tidak akan bertarung di tarif, tapi di kualitas,” kata Fanda.

Ini semua demi merebut pelanggan data (broadband) yang begitu gemuk. Dari total 150 juta pelanggan telepon seluler, dan sekitar 12 juta pelanggan 3G dan pengguna data via GPRS, pelanggan mobile broadband saat ini baru 450 ribu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar