Rabu, 30 Juni 2010

Isi Pulsa Fren, Makan Gratis di KFC

PT MOBILE-8 Telecom Tbk (Mobile-8) menawarkan gratis paket menu Kentucky Fried Chicken (KFC) bila mengisi ulang pulsa sebesar Rp 50-100 ribu. Langkah ini, selain untuk mengurangi tingkat pindah operator (churn rate) menjadi di bawah 5%, juga diharapkan meningkatkan jumlah pelanggan.

“Per kuartal I-2010, churn rate layanan Fren mencapai 7%,” kata Group Head Customer Care Mobile-8 Jane Sardodjo di sela konferensi persi di Jakarta, Selasa (29/6).

Jane mengatakan, operator fixed wireless access (FWA) yang tengah merampungkan proses merger dengan PT Smart Telecom ini menggandeng PT Fast Food Indonesia Tbk (FFI) sebagai pemegang merek dagang Kentucky Fried Chicken (KFC) meluncurkan program Fren Gratis KFC.

Program ini, kata Jane, dapat dinikmati pelanggan Fren prabayar maupun pascabayar. Pelanggan Fren mendapatkan gratis paket menu KFC jika mengisi pulsa dalam denominasi tertentu antara Rp 50-100 ribu.

“Bagi pelanggan prabayar cukup mengisi ulang pulsa Rp50 ribu dan Rp100 ribu untuk mendapatkan paket menu tertentu dari KFC. Program ini juga berlaku bagi pelanggan pascabayar jika pemakaian bulanannya mencapai Rp50 ribu dan Rp100 ribu,” jelas Jane.

Pada akhir 2009, Fren telah melayani sekitar tiga juta pelanggan aktif dengan rincian 96% pelanggan prabayar. Jane berharap program yang berjalan mulai 17 Juni hingga 17 Agustus ini dapat menekan angka churn rate menjadi di bawah 5%.

Program ini juga diharapkan dapat mendongkrak average rate per user (ARPU) pelanggan Fren. Tahun lalu, ARPU pelanggan Fren masih berkisar di angka Rp25 ribu dan pendapatan perseroan mencapai Rp 600 miliar. Secara umum, Mobile-8 juga menargetkan jumlah pelanggan dapat tumbuh dua kali lipat hingga penghujung 2010.

Program Loyalti

Program promosi ini diluncurkan secara serentak di Jakarta dan Surabaya. Head of Region VI Mobile-8 Henry Harwanto Susanto mengatakan, setelah pelanggan mengisi ulang pulsa senilai Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu, secara otomatis pelanggan akan menerima SMS Notifikasi. Isinya, pelanggan mendapatkan gratis paket Fren Hemat di KFC. Yakni paket goceng + 1 ayam + 1 nasi untuk isi ulang Rp 50 ribu dan paket goceng + 2 nasi dan 2 ayam untuk isi ulang pulsa Rp 100 ribu.

"Tak hanya itu, pelanggan juga berkesempatan memenangkan Grand Prize Toyota Avanza. Kerja sama ini murni program loyalti dan retensi pelanggan," kata Henry.

Sementera itu, waralaba siap saji KFC menargetkan meraih keuntungan hingga Rp2-3 triliun dari seluruh gerai di Indonesia. General Manager Business and Development PT FFI Gandhi Lie mengungkapkan untuk mencapai target tersebut perseroan berinvestasi sebesar Rp 45-150 miliar untuk membuka 30 cabang baru.

Saat ini, PT FFI telah mengoperasikan 372 cabang KFC di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk cabang jenis Counter Express, KFC Stop and Drive Thru.

Chief Executive Officer (CEO) PT FFI Fabian Gelael dalam keterangannya mengatakan, kedua perusahaan ini memiliki target pasar yang sama dan dikenal dengan berbagai inovasi. “Kerja sama ini adalah bentuk penghargaan KFC untuk memberikan sesuatu yang lebih kepada pelanggan loyal Fren dan pelanggan loyal kami agar keduanya memeroleh manfaat tambahan,” kata dia.



Lanjut ah...

Raksasa Properti Gunakan Software Bajakan

KEPOLISIAN Republik Indonesia (Polri) menindak lima perusahaan nasional yang menggunakan peranti lunak (software) bajakan selama periode Maret hingga Juni 2010. Di antaranya adalah grup perusahaan pengembang terbesar di Indonesia, dan sebuah hotel berbintang yang menggunakan jaringan internasional.

Business Software Alliance (BSA) Indonesia menilai, hasil tersebut menunjukkan, penegakan hukum atas tindak kejahatan pelanggaran hak cipta peranti lunak atau software mulai membaik.

“BSA menghargai upaya hukum yang telah dilakukan Bareskrim Polri, serta tindakan serupa yang dilakukan Bareskrim Polri, serta tindakan serupa yang dilakukan berbagai kesatuan kewilayahan Polri lainnya di Indonesia,” kata Kepala BSA Donny Sheyoputra di Jakarta, Selasa (29/30).

Donny menjelaskan, dari Maret hingga Juni 2010, Polri melakukan penegakan hukum terhadap lima perusahaan nasional yang menggunakan software tanpa lisensi. Peranti lunak (software) ilegal yang digunakan untuk kepentingan bisnis itu tak ada yang milik perusahaan lokal, tapi milik perusahaan multinasional, seperti Adobe, Autodesk, Corel, McAfee dan Microsoft.

Selain kelima kasus pemakaian software tanpa lisensi untuk kepentingan komersial, kata Donny, Polri juga melakukan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang memproduksi dan mengedarkan software bajakan. Pada April 2010, Polres Madiun menindak sebuah toko berinisial ‘O’ yang menggandakan dan mengedarkan software bajakan.

“Polisi menyita lebih dari 500 keping software bajakan yang melanggar hak cipta Microsoft dan Corel,” kata dia. BSA telah memperoleh informasi dari penyidik bahwa tuntutan pidana terhadap pemilik toko tersebut segera dilakukan.

Donny mengatakan, pembajakan software merupakan hambatan utama terhadap pertumbuhan software lokal dan industri teknologi informasi (TI) pada umumnya. “Pembajakan menghambat datangnya investasi asing ke Indonesia,” kata dia.

Sementara itu, penyidik pada Unit I Industri dan Perdagangan Direktorat II Ekonomi Khusus Mabes Polri AKBP Syamsuddin Baharudin menyatakan, jumlah kasus pelanggaran hak cipta software yang ditangani kepolisian cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Sampai bulan ini saja, ada 25 kasus pelanggaran hak cipta piranti lunak yang diproses. Sebagian dilaporkan anggota BSA," kata dia.

Lebih lanjut Syamsuddin mengatakan, penindakan hukum yang dilakukan polisi sudah mempertimbangkan berbagai hal, termasuk data dari BSA. Dia mengakui kerap ada kendala di lapangan, "Tapi kami akan terus melakukan penindakan," kata dia.

Dia juga mengakui, pihaknya masih menangani kasus pelanggaran hak cipta software berdasarkan laporan dan pengaduan yang disampaikan ke polisi. "Upaya proaktif kadang dilakukan, meski jumlahnya belum banyak. Sebab, saat melakukan penyelidikan, petugas dianggap terlalu mencampuri urusan pengguna akhir software," kata dia.

BSA Upayakan Mediasi

Kuasa Hukum BSA Justisiari Perdana Kusumah mengatakan, selama periode Desember 2009 hingga Juni 2010 pihaknya menemukan 31 perusahaan menggunakan produk software bajakan atau tanpa lisensi. Meski demikian, pihaknya tetap mengedepankan penyelesaian secara keperdataaan dengan jalan perusahaan yang melakukan pembajakan membayar kerugian atas penggunaan produk tanpa lisensi itu. Selain itu, perusahaan tersebut juga berjanji untuk melegalisasi seluruh software yang digunakan.

“Kalau syarat itu sudah dipenuhi, kami akan memberikan surat ke Polda atau Polres yang menyatakan kasus itu secara keperdataan dianggap selesai,” ujar Justisiari.

Dia mengakui tak semua perusahaan mau melakukan mediasi itu. Saat ini dari 31 perusahaan tersebut, sekitar 15 di antaranya masih melakukan negosiasi untuk penyelesaian keperdataan dengan kuasa hukum BSA. “Perundingan masih berjalan cukup alot, banyak yang masih keberatan untuk melakukan legalisasi terhadap seluruh software yang digunakannya dan membayar denda karena pakai produk bajakan,” kata Justisiari yang juga sekjen Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan Indonesia (MIAP).

Justisiari menambahkan, untuk perusahaan yang tetap nekat menggunakan software bajakan dan menolak upaya mediasi, pihaknya akan terus melanjutkan upaya hukum. Penggunaan software bajakan untuk tujuan komersial bisa diancam pidana sesuai Pasal 72 (3) UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

“Siapapun yang melanggar ketentuan ini diancam pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp 500 juta. Selain itu, pasal 56 juga memungkinkan pemilik hak cipta untuk mengajukan gugatan perdata terhadap pelaku pelanggaran hak cipta,” tegas dia.

Enam Kasus Penggunaan Software Ilegal

4 Maret 2010

Bareskrim Polri memeriksa 39 komputer milik perusahaan pengembang real estate raksasa berinisial A di Jakarta Utara. Polri menemukan penggunaan software tanpa lisensi yang melanggar hak cipta anggota BSA, seperti Adobe, Autodesk, Corel, McAfee dan Microsoft. Polri menyita tujuh komputer sebagai sampel barang bukti untuk penyidikan lebih lanjut.

9 Maret 2010

Polda Yogyakarta memeriksa 53 komputer milik hotel PX di Yogyakarta dan menemukan penggunaan berbagai peranti lunak tanpa lisensi milik Adobe, Corel, dan Microsoft. Polri menyita enam komputer sebagai barang bukti.

11 Mei 2010

Polda Sumatera Selatan memeriksa 37 komputer milik sebuah perusahaan keuangan di Palembang, yang berinisial PT RFB. Perusahaan itu menggunakan berbagai software tanpa lisensi dan melanggar hak cipta Adobe, Corel, dan Microsoft. Polisi menyita dua unit komputer sebagai sampel barang bukti untuk penyedikian lebih lanjut.

Mei 2010

Polres Malang memeriksa manajemen mal MTS di Malang, Jawa Timur dan menyita lima komputer dan sembilan keping software bajakan yang melanggar hak cipta Microsoft.

3 Juni 2010

Polres Jakarta Barat menindak PT SBM. Di pabrik handuk di Jakarta itu polisi menemukan 13 unit komputer, satu server dan berbagai software tanpa lisensi yang melanggar hak cipta Microsoft.

April 2010

Polres Madiun menindak sebuah toko berinisial ‘O’ yang menggandakan dan mengedarkan software bajakan. Polisi menyita lebih dari 500 keping software bajakan yang melanggar hak cipta Microsoft dan Corel.

Sumber: BSA

Lanjut ah...

Selasa, 29 Juni 2010

70 % Software Autodesk Dibajak

HAMPIR 70% software Autodesk yang digunakan perusahaan di Indonesia merupakan software bajakan, sedangkan 30% merupakan produk berlisensi. Produk peranti lunak Autodesk yang banyak dibajak yaitu jenis AutoCad, 3D Max dan MAYA. Produk tersebut banyak digunakan untuk bidang arsitektur, manufaktur, minyak dan gas, serta hiburan/rumah produksi.

“Banyak perusahaan masih melihat software asli sebagai penambahan biaya. Seharusnya (software asli) itu ditempatkan sebagai aset. Apalagi, proyek yang ditangani mereka, misalnya membangun gedung nilainya bisa mencapai miliaran rupiah,” kata License Compliance Manager Autodesk untuk Indonesia Turia Fitriano Helmy saat acara Media Briefing Perlindungan Hak Cipta Software di Jakarta, Senin (28/6).

Menurut Turia, ada dua kategori kegiatan penyalahgunaan software Autodesk. Pertama, perusahaan mengunakan produk bajakan. Kedua, perusahaan menggunakan produk Autodesk tapi tidak sesuai dengan jumlah lisensinya.

“Banyak kami temukan di lapangan lisensinya untuk lima unit komputer, tapi ternyata digunakan untuk 20 unit komputer. Tindakan ilegal ini kami namakan under-license,” ujar dia.

Selama periode Desember 2009-Juni 2010, lanjut dia, pihaknya telah melaporkan lima perusahaan ke Mabes Polri karena menyalahgunaan lisensi produk-produknya. Kelima perusahaan itu berasal dari industri konstruksi, engineering, dan arsitek yang berada beberapa di wilayah DKI Jakarta.

“Kami sudah melakukan pendekatan persuasif kepada yang bersangkutan. Tapi mereka merasa dirinya paling benar, akhirnya kami minta kuasa hukum melaporkan mereka kepada Mabes Polri,” kata Turia.

Autodesk, kata Turia, mengedepankan pendekatan persuasif terhadap perusahaan-perusahaan yang menyalahgunakan lisensi produk-produknya.

“Sosialiasi merupakan jawaban atas temuan kami di lapangan bahwa banyak perusahaan pengguna produk software Autodesk tidak mengetahui benefit menggunakan produk software asli,” kata dia.

Penegakan Hukum

Kepala Perwakilan Business Software Alliance (BSA) Indonesia Donny A Sheyoputra mengakui ada tren peningkatan kegiatan penegakan hukum pada tahun ini. Sebab tingkat keaktifan para penyidik di kasus ini terutama di polda-polda juga meningkat. Dia mencatat Polda Jawa Barat dan Banten termasuk yang aktif dalam hal ini.

“Polda Metro Jaya tentu yang paling aktif. Tapi sekarang kepolisian daerah seperti di Yogyakarta, Malang, Bali, dan Palembang sudah mulai aktif menegakkan hukum di kasus ini,“ ujarnya.

Donny menambahkan, sepanjang tahun ini, BSA Indonesia telah dilibatkan pihak kepolisian untuk menangani 25 kasus penyalahgunaan software berlisensi. Dari 25 kasus tersebut, sekitar 70% ditemukan penyalahgunaan software milik Autodesk.

Sementara itu, penyidik Unit I Indag Direktorat II Eksus Bareskrim Polri AKBP Rusharyanto menjelaskan, seiring kegiatan sosialisasi dan pelatihan di kepolisian daerah, tindakan penegakan hukum kasus penyalahgunaan lisensi produk software kini banyak dilakukan kepolisian daerah (polda). Kondisi ini berbeda dengan dahulu yang hanya dilakukan oleh Unit I Bareskrim Mabes Polri.

“Sekarang jajaran polda serta Unit Cyber Crime terutama di kota-kota besar sudah aktif dan mampu melalukan upaya penegakan hukum kasus penyalahgunaan lisensi software . Jadi tindakan penegakan hukum di kasus ini meningkat dari tahun lalu,” jelasnya.

Dia menambahkan, agar tindakan penegakan hukum kasus pembajakan software makin berkualtas, Mabes Polri senantiasa melakukan penyuluhan kepada seluruh penyidik. Kegiatan lainnya antara lain coaching clinic secara langsung di polda-polda sampai pada pelaksanaan penindakan hukumnya.

“BSA bekerjasama Mabes Polri menyelenggarakan lokakarya tentang perlindungan hak cipta program komputer bagi penyidik Polri di 18 Polda di seluruh Indonesia,” tambah Rusharyanto.


Lanjut ah...

Pelanggan Telkom Flexi Tumbuh 19%

SELAMA triwulan I 2010, pelanggan Flexi tumbuh 19% sehingga total pelanggan Flexi menjadi 15,9 juta. Jaringan Flexi kini telah hadir dan melayani lebih dari 370 kota di Indonesia dengan dukungan 5.543 unit Base Transceiver Station (BTS).

Vice President Public and Marketing Communication PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Eddy Kurnia mengatakan, hal tersebut semakin mengukuhkan Flexi sebagai market leader layanan Fixed Wireless Access (FWA) dengan penguasaan pasar sekitar 57%.

“Meski persaingan semakin ketat tetapi kami tetap optimistis, pertumbuhan pelanggan dari FWA tersebut akan semakin tumbuh secara signifikan,” kata Eddy Kurnia di Jakarta, Senin (28/6).

Faktor yang dipandang bisa semakin meningkatkan kinerja Flexi, selain cakupan (coverage) yang sangat luas, juga program promo yang kini tengah dijalankan. Program promo NgeRoompi misalnya, saat ini sangat diminati oleh pelanggan Flexi. Melalui program promosi ini pelanggan cukup membayar tarif menelepon sebesar Rp 49 per menit tanpa memperhatikan jarak.

Selain itu, lanjut Eddy, program Flexi Irit Mingguan juga mendapat sambutan baik dari pelanggan. Paket ini memberikan paket menelepon senilai Rp 500 ribu per minggu, hanya dengan Rp 5.000.

Selain program promo yang memungkinkan pelanggan memperoleh nilai lebih dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan, Flexi juga akan meneruskan program promo bundling handset. Hal ini menyusul program Flexi Chatting yang diluncurkan beberapa waktu lalu dan memperoleh sambutan luar biasa.

109 Juta Pelanggan

Eddy mengatakan pada layanan telepon selular (FWA) dan telepon rumah (fixed) Telkom tetap masih menjadi market leader, dengan total pelanggan mencapai 24,3 juta. Yakni, pelanggan Flexi sebanyak 15,9 juta dan pelanggan telepon rumah 8,4 juta. Sedangkan, pelanggan seluler dari anak usaha, Telkomsel, sebanyak 85 juta lebih. Dengan demikian, pelanggan telepon Group Telkom kini mencapai 109,3 juta.

Sementara itu, kinerja Telkom pada triwulan I 2010 secara umum memperlihatkan pertumbuhan yang menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan laba bersih yang mencapai dua digit (13%) dibandingkan periode yang sama pada 2009. Laba bersih pada triwulan I-2010 mencapai Rp 2,8 trilliun, sedangkan pada triwulan I-2009 mencapai Rp 2,5 triliun. Total pendapatan operasi tumbuh sebesar 6,2% dan mencapai Rp 16,6 triliun pada triwulan I-2010.

Pertumbuhan pada pendapatan operasi ini dipicu pertumbuhan yang terjadi pada pendapatan data, internet dan teknologi informatika yang mencapai 24,7% menjadi Rp 5,0 triliun. Dengan pencapaian ini, kontribusi pendapatan dari layanan data, internet dan teknologi informatika terhadap total pendapatan operasi mencapai 30,1%, meningkat dari periode yang sama pada 2009 yang mencapai 25,7%.

Pertumbuhan pada pendapatan data, internet dan teknologi informatika, terutama berasal dari pendapatan internet dan data komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 45,9% yang disebabkan oleh peningkatan yang signifikan atas jumlah pelanggan dan user layanan pita lebar fixed maupun mobile, yaitu Speedy dan Flash, masing-masing sebesar 79% dan 607%. Disamping pendapatan internet, pendapatan SMS juga tumbuh sebesar 11,5%.

“Pertumbuhan pada pendapatan data, internet dan teknologi informatika ini mencerminkan strategi perusahaan dalam menumbuhkan bisnis New Wave semakin menunjukkan hasil yang terus meningkat,” kata dia.

Sedangkan dari sisi EBITDA, pencapaian pada triwulan I-2010 sebesar Rp 9,0 triliun, tumbuh sebesar 5,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 8,6 triliun. EBITDA margin mengalami sedikit penurunan menjadi 54,5%.



Lanjut ah...

Telkomsel Gelar Promo di PRJ 2010

TELKOMSEL untuk kelima kalinya berpartisipasi dalam Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2010. Pada Jakarta Fair yang berlangsung pada 10 Juni – 11 Juli 2010 ini, Telkomsel menempati salah satu booth besar serta membuka enam booth sekaligus.

Vice President Telkomsel Area Jabotabek dan Jawa Barat Venusiana Papasi mengatakan, keikutsertaan Telkomsel dalam pameran ini merupakan salah satu wujud komitmen Telkomsel dalam melayani pelanggan. Yakni, dengan menghadirkan akses pelayanan yang dekat dan mudah bagi pelanggan, sekaligus memberikan informasi layanan, harga khusus, hadiah, serta hiburan dan games.

“Dan yang utama, melalui pameran ini Telkomsel bisa lebih dekat dengan pelanggan,” kata Venusiana Papasi dalam siaran pers, Senin (28/6).

Dalam ajang ini, Telkomsel memberikan berbagai penawaran spesial, seperti Free 300MB selama enam bulan untuk pembelian modem Telkomsel Flash, iPhone 3Gs 16G Rp 7,099 juta, dan harga khusus BlackBerry (seperti Gemini Rp 2,599 juta, Onyx Rp 4,4 jt) + BIS Unlimited Rp 70 ribu per bulan. Penawaran khusus juga diberlakukan untuk aktivasi beberapa fitur layanan dan konten seperti NSP 1212, mobile wallet T-Cash, Langit Musik, SMS Translator, Dunia Bola dan lain sebagainya. Telkomsel juga memberikan paket bundling khusus bagi pelanggan yang ingin mendapatkan ponsel dengan harga terjangkau.

“Salah satu produk yang paling diminati adalah kartu perdana Telkomsel Flash yang dijual dengan harga Rp 50.000. Kartu ini merupakan kartu prabayar khusus layanan data dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan produk yang ada di pasaran serta didukung kecepatan yang lebih baik berkat jaringan terluas berkualitas milik Telkomsel,” kata Venus.


Lanjut ah...

First Media Gelar Wimax 4G

MASYARAKAT di kawasan Jadebotabek dan Banten tak lama lagi akan menikmati akses internet berkecepatan. PT First Media Tbk, perusahaan dalam payung Group Lippo, mulai membangun jaringan internet kecepatan tinggi berteknologi Wimax generasi keempat (4G) dengan investasi US$ 350 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun.

First Media adalah pemegang lisensi Broadband Wireless Access (BWA) untuk zona Jadebotabek dan Banten, serta zona Aceh dan Sumatera bagian Utara. Untuk mendapatkan lisensi di dua zona itu, perusahaan ini telah membayar kewajiban berupa upfront fee dan biaya hak penggunaan (BHP) kepada pemerintah sekitar Rp 236 miliar. Kini, operator BWA itu mulai mengimplementasikan Wimax 4G di dua zona itu sebagai tahap uji coba.

Dirjen Postel Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Muhammad Budi Setiawan menilai, jaringan Wimax yang digelar First Media telah memenuhi syarat, termauk syarat penggunaan perangkat Wimax dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimum sebesar 35%.

“Kami juga sudah melakukan uji laik operasi (ULO) dua minggu yang lalu dan berharap Sitra cepat mengejar implementasinya di zona 1,” kata Muhammad Budi Setiawan di Karawaci, Banten, Senin (28/6).

Lampu hijau dari Dirjen Postel Kemenkominfo itu membuat Presiden Direktur First Media Hengkie Liwanto makin bersemangat untuk segera menghadirkan layanan akses internet berkecepatan tinggi kepada masyarakat, terutama di dua wilayah ‘kekuasaan’ First Media itu, yakni zona Jadebotabek dan Banten, serta zona Aceh dan Sumatera bagian utara. Produk layanan data berkecepatan tinggi yang ditawarkan First Media itu adalah Sitra.

“Secara populasi, di dua zona itu ada 41 juta penduduk. Dan, kami berkomintmen untuk menghadirkan layanan internet yang terjangkau bagi masyarakat,” kata Hengkie Liwanto.

Layanan akses internet kecepatan tinggi tersebut menggunakan teknologi Wimax 16d, seperti yang disaratkan pemerintah. Yakni, menggunakan perangkat Wimax yang memenuhi kandungan lokal 35%. Perangkat jaringan yang digunakan akan produk buatan lokal, PT Teknologi Riset Group (TRG).

Selain menggunakan perangkat Wimax buatan TRG, First Media juga mengandalkan infrastruktur jaringan serat optik miliknya yang sudah membentang sepanjang 5.000 kilometer (km), yang menghubungkan 600 titik penghubung (node) dengan point of presence (PoP).

Wimax, menurut Hengkie, telah terbukti kesuksesannya di banyak negara. Ini berbeda dengan teknologi 4G GSM atau yang dikenal dengan Long Term Evolution (LTE) yang hingga kini masih wacana. “Kalaupun jadi, LTE dikomersialkan paling cepat tiga tahun lagi. Dan kami bangga menghadirkan teknologi Wimax pertama di Indonesia,” kata dia.

Target 1 Juta Pelanggan

Hengkie mengatakan, sebagai operator Wimax 4G pertama, First Media ingin mengikuti sukses operator Wimax di Amerika Serikat (AS), yakni Clearwire. “Jika di Amerika, Clearwire bisa menjaring satu juta pelanggan dalam 18 bulan, tapi kami ingin lebih dari itu,” kata Hengkie.

Mendengar target itu, Presiden Sitra Kumaran Singaram mengerutkan dahi. Namun Kumaran menjelaskan bahwa ia amat optimistis dalam tahun pertama, Sitra bisa mengakuisisi 100-150 ribu pelanggan dengan komposisi 80% pelanggan di zona Jadebotabek dan Banten, serta 20% di zona Aceh dan Sumatera bagian Utara. Target tersebut akan terus ditingkatkan menjadi 500 ribu pelanggan dalam tiga tahun hingga 1 juta pelanggan Sitra pada tahun 2015.

“Untuk penggelaran tiga bulan pertama, kami masih akan fokus di wilayah Jabodetabek,” kata Singaram. Sitra akan meluncurkan layanannya di zona 1 menjelang akhir tahun ini.

“Kami mengincar segmen pasar dari kalangan pelajar, consumer, serta small-medium business (SMB),” kata Singaram. Sitra mengklaim tarif maksimum untuk layanan Wimax produknya hanya mencapai Rp400 ribu/bulan.

“Optimalisasi pasar dapat dicapai jika harga bisa terjangkau. Saat ini, biaya untuk membangun infrastruktur Wimax masih sangat tinggi, tapi kami tetap akan memberikan harga konsumen di bawah rata-rata tarif broadband,” kata Hengki.

First Media berharap Sitra dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada perseroan. Perseroan menargetkan meraup pendapatan Rp900 miliar-1 triliun pada tahun ini. Target tersebut meningkat sekitar 15% dari pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp720 miliar. Hingga Mei 2010, First Media telah melayani sekitar 300 ribu pelanggan yang mencakup 60% pelanggan internet kabel dan 30% pelanggan televisi berbayar.

Bangun Pasar Wimax

Hengki menjelaskan potensi pasar bisnis Wimax masih sangat prematur karena di Indonesia belum ada pemain yang berani meluncurkan layanan berkecepatan unduh maksimum 144 Mbps tersebut. Dukungan ekosistem Wimax seperti infrastruktur jaringan hingga perangkat untuk pengguna layanan masih minim.

Meskipun demikian, dia menganggap layanan ini cukup menggiurkan mengingat potensi pasar yang dapat dirambah masih sangat besar. Data yang dikutip dari International Telecommunication Union (ITU) mencatat penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 13% dari 240 juta populasi, atau sekitar 30 juta pengguna. Dari 30 juta pengguna tersebut, hanya sekitar 4 juta pengguna yang kebagian akses internet berkecepatan tinggi.

Sekjen Masyarakat Telematika (Mstel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan langkah pionir First Media dapat dijadikan acuan kepada pemerintah untuk memberikan peluang teknologi selanjutnya yaitu 16e (Wimax Mobile).

“First Media sudah menunjukkan komitmennya kepada pemerintah dengan implementasi layanan Wimax 16d. Apa yang dilakukan perusahaan ini dapat dijadikan best practice bagi pemerintah untuk mencapai sebuah win-win solution,” papar Mas Wigrantoro.

Dia mengatakan, bisnis layanan data dengan teknologi 16d atau fixed Wimax dapat berjalan optimal bila dikombinasikan dengan layanan mobile 16e. “Operator dapat memenuhi kebutuhan pasar yang menginginkan layanan fixed maupun permintaan dari pasar yang membutuhkan layanan data bergerak,” jelas dia.

Selama ini, kebutuhan layanan data bergerak masih dipenuhi oleh para operator seluler yang mulai mempersiapkan diri menyongsong teknologi teknologi long term evolution (LTE). Ketua Komite Tetap bidang Teknologi dan Informasi (TI) Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sylvia Sumarlin mengatakan layanan Wimax dapat berjalan beriringan dengan LTE di masa datang.

“Wimax mempunyai keandalan dalam menghantar data karena spektrumnya hanya digunakan untuk melakukan transfer Internet Protocol (IP), berbeda denga LTE yang landasan teknologinya berangkat dari voice dengan penyepurnaan untuk akses data,” jelas Sylvia. Selain itu, landasan arsitektur Wimax memiliki fitur dasar yang terbuka, sehingga teknologi ini dapat dikembangkan oleh siapapun.

Sylvia berharap pemerintah menetapkan netralitas penggunaan teknologi 16d dan 16e dengan tetap mementingkan unsur TKDN. “Kalau pemerintah memegang prinsip technology neutral, industri Wimax bisa menjadi raja di negeri sendiri,” tegasnya.

Hengki juga mengungkapkan keinginan pihaknya untuk mengimplementasi teknologi 16e untuk memaksimalkan penggunaan teknologi Wimax di Indonesia.

Wimax Masih Tersendat

Pasca penggelaran tender BWA Wimax untuk frekuensi 2,3 GHz tahun lalu, pemerintah cukup menaruh harapan terhadap kelima operator pemenang untuk meningkatkan peentrasi internet di Indonesia.

Akhir Juni 2010, First Media mengambil langkah cepat dengan melakukan komersialisasi layanan Wimax yang pertama di Indonesia. “Regulator memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung implementasi Wimax di Indonesia,” papar Singaram.

Namun, penggelaran layanan berbasis tetap dengan sertifikasi 16d ini tidak berjalan mulus. Dari delapan pemegang lisensi, Kemenkominfo telah mencoret tiga pemain, yaitu PT Internux, Konsorsium WTU, Konsorsium PT Comtronics Systems dan PT Adiwarta Perdania serta Konsorsium PT Konsorsium Wireless Telecom Universal (WTU) karena menunggak kewajibannya.

Akibatnya, pemerintah ‘terpaksa’ melakukan tender ulang untuk tujuh zona yang ditinggal pemiliknya. Pemerintah akan membuka lelang untuk zona 4 (Jabodetabek dan Banten), zona 5 (Jawa barat minus Botabek), zona 6 (Jawa bagian Tengah), zona 7 (Jawa bagian Timur), zona 9 (Papua), zona 10 (Maluku dan Maluku Utara), serta zona 15 (Kepulauan Riau termasuk Batam dan Bintan).

Setelah First Media meluncurkan Sitra, beberapa operator masih belum berani meluncurkan layanannya. “Karena ini akan menjadi layanan jangka panjang, kami masih perlu mempertimbangkan beberapa hal terkait implementasi Wimax,” kata Vice President Public & Marketing Communication PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom).

Saat ini, Telkom masih memetakan pasar Wimax untuk dapat berjalan beriringan dengan produk layanan data kabel lainnya, yaitu Speedy. “Kami juga belum mengajukan ULO karena masih harus melakukan crosscheck untuk semua hal,” tambah Eddy.



Lanjut ah...

Acer Garap Komunitas Mahasiswa

ACER, vendor komputer dari Taiwan, makin gencar melakukan penetrasi pasar di Indonesia, terutama untuk ke komunitas kampus. Langkah ini tak lain untuk memenuhi tingginya pertumbuhan pengguna internet dewasa ini, khususnya untuk kalangan mahasiswa.

Head of Marketing Communications Acer Group Indonesia Helmy Anam menyatakan, berdasarkan riset Gartner, pertumbuhan teknologi informasi (TI) sebesar 20% tiap tahun. Sedangkan pertumbuhan penjualan produk komputer (PC) Acer mencapai 50% pada tahun lalu. Ia optimistis tetap menjadi market leader di Indonesia.

"Acer sudah lima tahun menjadi market leader di pasar PC Indonesia. Tahun lalu pertumbuhan penjualan PC versi riset Gartner mencapai 60,90% dengan market share 25%. Untuk notebook tumbuh 75,6% dan market share-nya 36%," kata Helmy usai acara Go Faster Roadshow di STIE Perbanas Surabaya, Senin (28/6).

“Dengan melihat pertumbuhan di awal tahun dan dengan diluncurkannya prosesor Intel Core I, pertumbuhan Acer 2010 diprediksikan mencapai lebih dari 50% dari itu," tegas Helmy.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, pertumbuhan notebook Acer pada 2009 mencapai 75,6%. Sementara pertumbuhan penjualan komputer jenis dekstop mencapai 60-70% dengan market share sebesar 26%, notebook naik sebesar 75% dengan share sebesar 36,3%.

Helmy mengakui, dipilihnya komunitas kampus karena selama ini pengguna internet menunjukkan tren yang cukup signifikan. Khusus untuk komunitas kampus, Acer memberikan harga yang berkisar Rp 5-6 juta. Harga ini berbeda dengan segmen pasar ritel.

"Untuk yang satu ini kami telah mengeluarkan jenis prosessor baru, Intel Core I, prosesor yang memiliki keunggulan dalam kecepatan dankepandaian," jelasnya.

Sementara itu, Public Specialis Commercial Acer Group Indonesia Munir Werlin mengatakan, pengguna internet saat ini menunjukkan tren yang cukup signifikan khususnya kalangan muda termasuk mahasiswa.

"Untuk mereka, kami telah mengeluarkan jenis prosessor baru, Intel Core I, prosesor yang memiliki keunggulan dalam kecepatan dan kepandaian," kata dia.

Munir mengatakan, prosesor Intel Core I ini dinamakan prosesor yang pintar karena prosesor ini secara otomatis akan menyesuaikan pada kebutuhan pengguna yang berbeda-beda. Dan hal ini akan menyebabkan kecepatan aksesnya cukup tinggi.



Lanjut ah...

Senin, 28 Juni 2010

HP Kuasai 70% Pasar Printer Laser

HEWLETT-PACHARD (HP), pabrikan produk-produk berbasis teknologi informasi, menargetkan mampu menguasai 70% pasar printer laser di Indonesia. Posisi HP bersaing dengan Samsung yang juga merilis produk printer untuk semua segmen pasar termasuk printer laser.

Manajer Pengembangan Pasar Imaging and Printing Group HP Indonesia Lydia Budianto mengatakan, per kuartal I/2010, HP telah menguasai 54,5% pasar printer laser di Tanah Air. Adapun di kawasan Asia Pasifik, HP menguasai market share sebesar 31%.

"Hingga akhir tahun, kami menargetkan menguasai 70% pasar. Kami yakin bisa mencapainya karena ada beberapa produk baru yang jadi andalan untuk menggenjot pasar di semua segmen printer laser. Persaingan sangat ketat," ujar Lydia dalam paparan produk di Hotel JW Marriott, Surabaya, Kamis (24/6).

Lydia mengemukakan, HP masih terus berinovasi untuk mengembangkan produk-produk printer laser yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Mulai dari pasar high-end hingga menengah, semuanya kami bidik untuk mengembangkan pasar.

Pengembangan teknologi dari HP, kata dia, juga sekaligus dimaksudkan untuk mengedukasi pasar tentang pentingnya efisiensi melalui penggunaan alat-alat berbasis teknologi. Dengan teknologi yang memang dikhususkan untuk menjawab kebutuhan dunia usaha, produk HP akan mampu mengefisienkan ongkos, khususnya dalam hal cetak-mencetak dokumen.

"Kondisi ekonomi saat ini terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Tentu saja pasar juga makin berkembang. Ini akan kami manfaatkan untuk menguatkan penetrasi pasar," jelasnya.



Lanjut ah...

BRTI Kaji Konsolidasi Flexi-Esia

BADAN Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) akan melakukan kajian regulasi terkait konsolidasi Flexi sebagai unit usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dengan PT Bakrie Telecom Tbk (Btel). Saat ini, rencana konsolidasi kedua operator penguasa pasar Fixed Wireless Access (FWA) tersebut masih terus dibahas dan belum mencapai final.

“Kami akan melakukan kajian komprehensif kepada kedua perusahaan tersebut,” kata Heru Sutadi, anggota BRTI, di Jakarta akhir pekan lalu. Sebagai pengawas kompetisi telekomunikasi, BRTI akan mengaji dampak teknis konsolidasi Flexi-Btel terhadap pasar.

Seperti diketahui, Flexi yang memiliki sekitar 15 juta pelanggan akan bersinergi dengan Esia milik Btel yang telah menghimpun hampir 11 juta pelanggan. Konsolidasi ini berpotensi melahirkan raksasa FWA yang merengkuh sekitar 76% pangsa pasar. “BRTI sedang membuat regulasi terkait dengan merger dan akuisisi antar perusahaan telekomunikasi,” kata Heru.

Dia mengatakan, kajian tersebut juga akan membahas penerapan aturan Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi berbasis pita dimana tidak ada lagi pembeda antara lisensi FWA dan seluler di masa datang. “Untuk saat ini, tarif FWA masih terproteksi karena mengikuti aturan telepon tetap,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S Dewa Broto menambahkan, pemerintah juga akan mengkaji kembali izin penggunaan frekuensi dan jaringan kedua operator tersebut. Kedua operator Code Division Multiple Access (CDMA) tersebut sama-sama menggunakan jalur frekuensi 800 MHz.

Belum Tentukan Format

VP Public & Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia mengakui saat ini proses negosiasi sedang berlangsung antara Telkom dan Btel. “Sampai sekarang masih dalam tahapan proses. Untuk mencapai kesepakatan masih membutuhkan waktu karena beberapa hal penting harus menjadi pertimbangan,” jelas dia.

Eddy mengatakan, pihaknya akan melakukan kajian regulasi bersama Bappepam-LK, Kemenkominfo, BRTI, maupun KPPU. Telkom juga akan melakukan uji tuntas (due diligence) hingga konsultasi untuk menentukan besaran harga transakasi korporasi. Telkom telah menunjuk UBS Group sebagai konsultan keuangan atas rencana sinergi ini.

Kedua perusahaan masih belum menentukan pilihan format konsolidasi yang meliputi akuisisi, kemitraan, atau kerja sama bisnis. “Dalam tahapan ini, kami belum menentukan opsi konsolidasi. Kami harus memutuskan format yang tepat secara hati-hati karena ini adalah langkah strategis yang akan berdampak besar kepada seluruh aspek bisnis,” papar Eddy.

Presiden Direktur Btel Anindya Bakrie pun mengungkapkan hal senada. “Pembicaraan ini masih dalam proses, tetapi kami belum bisa mengutarakan detil teknisnya,” kata Anindya.

Beberapa waktu lalu, Menteri BUMN Mustafa Abubakar memberikan sinyal positif terkait rencana sinergi kedua penguasa layanan FWA ini. Sebelumnya, konsolidasi antar operator CDMA pernah terjalin antara PT Sinar Mas Telecom (Smart) dan PT Mobile-8 Telecom (Mobile-8) melalui skema penggabungan usaha.

Saat ini, terdapat enam operator di Indonesia yang mengakomodasi teknologi CDMA, antara lain, Btel, Telkom Flexi, Mobile-8, Smart, PT Indosat (StarOne), dan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria).

Data yang dikutip dari Cellular Information Service (WCIS+) menyebutkan jumlah pelanggan CDMA pada tahun 2009 mencapai 35 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta pelanggan pada akhir tahun ini.

Lanjut ah...

BSA Soroti Perusahaan Besar Pembajak Software

BUSINESS Software Alliance (BSA) terus menyoroti penggunaan piranti lunak (software) ilegal yang dilakukan sejumlah perusahaan besar di Indonesia. Edukasi terhadap pentingnya software berlisensi masih menjadi misi perwakilan perusahaan pengembang software dunia ini di Indonesia.

“Kami sebenarnya tidak menginginkan adanya tindakan seperti sweeping di perusahaan yang ketahuan menggunakan software bajakan. Kami masih akan mengupayakan edukasi untuk memberi kesadaran akan pentingnya penggunaan lisensi pada software,” kata Kepala Perwakilan BSA di Indonesia Donny A Sheyoputra di Jakarta, Senin (21/6).

Tindakan seperti razia menjadi salah satu jurus terakhir yang digunakan BSA untuk melindungi sekitar 80 perusahaan software global yang menjadi anggotanya. Beberapa nama yang menjadi anggota BSA di antaranya Microsoft, Adobe, Corel, hingga Symantec. Sedangkan pemain software lokal yang menjadi anggota BSA sebanyak delapan perusahaan, antara lain Zahir, Bambu Media, Andal, dan Pesona Edu.

Baru-baru ini, BSA bersama kepolisian telah merazia penggunaan piranti lunak tanpa lisensi di lima kota, yaitu Palembang, Bali, Yogyakarta, Malang, dan Jakarta. Hasil razia itu akan diumumkan pada akhir bulan ini juga.

Donny mengungkapkan, beberapa di antara perusahaan tersebut merupakan pemain besar di industri properti dan jaringan perhotelan internasional. “Perusahaan-perusahaan tersebut sama-sama memanfaatkan software tanpa lisensi untuk meraup keuntungan,” jelas dia.

Donny menegaskan, razia penggunaan software di perusahana-perusahaan itu merupakan kewenangan aparat, dan BSA tidak ikut-ikutan. Namun, BSA ikut dalam pemaparan hasil razia kepolisian itu. Ini merupakan jalan terakhir dari proses edukasi kepada publik demi memberikan kesadaran tentang pentingnya menghargai hak dan kekayaan intelektual (Haki).

“BSA tidak bisa fokus memerangi sumbernya, tetapi kami lebih fokus terhadap tindakan ke perusahaan besar yang menggunakan software bajakan,” tegasnya.

Indonesia masih menjadi sorotan dunia dengan tingginya tingkat pembajakan berbagai produk dan lemahnya kesadaran masyarakat terhadap Haki. Penelitian firma riset International Data Corporation (IDC) yang didukung BSA mencatat tingkat instalasi software ilegal di Indonesia pada 2009 mencapai 86% dengan nilai kerugian mencapai US$886 juta. Tingkat pembajakan ini meningkat 1% dibanding tahun sebelumnya.

Tingginya penetrasi komputer (PC) dianggap sebagai salah satu penyebab meningkatnya angka pembajakan software di Indonesia. Pembajakan software ini mencakup sistem operasi, software sistem, dan software aplikasi pada PC konsumer maupun korporat.

“Penetrasi PC di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Semakin banyak PC terjual, semakin meningkat kebutuhan software, dan ini menjadi peluang untuk pembajakan” kata Donny.

Total pengapalan PC di Indonesia pada 2009 mencapai 3,3 juta unit. Jumlah ini mengalami peningkatan 72% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,4 juta unit.

Baru-baru ini, IDC juga memprediksi pengapalan PC di Indonesia pada 2010 akan melonjak menjadi 5,1 juta unit. Meskipun tingkat pembajakan menurun, nilai bisnis ilegal tersebut dapat terus meningkat.

Saat ini, sebagian besar masyarakat masih menganggap software sebagai pengeluaran, bukan sebagai aset pendukung produktivitas. “Pemerintah harus memberi contoh kepada masyarakat, salah satunya dengan melakukan legalisasi penggunaan software berlisensi secara bertahap,” saran Donny.

Dalam kesempatan terpisah, Staf Ahli bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Engkos Koswara mengungkapkan kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa masyarakat, termasuk sektor publik, belum menganggap software sebagai aset.

“Kenyataan yang kami temukan di lapangan menunjukkan banyak pemda yang menganggarkan belanja hardware, tetapi tidak menganggarkan belanja software. Itu artinya ada pembajakan software,” papar Engkos Koswara.

Lanjut ah...

Jumat, 25 Juni 2010

Telkom Bidik Sejuta Pelanggan Baru Flexinet

PT TELEKOMUNIKASI Indonesia Tbk (Telkom) Divisi Flexi membidik tambahan sejuta pelanggan layanan internet FlexiNet Unlimited dalam rentang tiga bulan ke depan. Guna mencapai tujuan tersebut, Telkom Divisi Flexi menyiapkan sejuta modem murah dalam kegiatan Gebyar Sejuta FlexiNet (Jufe) di seluruh kota-kota besar di Indonesia.

“Sejak diluncurkan pada Agustus 2009 sampai pertengahan Juni 2010, pelanggan aktif FlexiNet sudah mencapai 200 ribu. Jika target tiga bulan ini tercapai, total pengguna FlexiNet mencapai 1,2 juta nomor,” kata Deputy Executive General Manager Business dan Development Telkom Flexi Judi Achmadi dalam siaran pers, Rabu (23/6).

Dia menjelaskan, Gebyar Jufe yang berlangsung mulai Juni 2010 hingga Akhir September 2010 menawarkan modem-modem ternama seperti ZTE, Ivio, Huawei, Olive, Data Card dan lain-lain. Modem itu ditawarkan dengan harga Rp 275 ribu dan masyarakat sudah dapat memiliki modem mobile internet dan menikmati layanan akses internet tanpa batas FlexiNet Unlimited.

FlexiNet Unlimited yang tarifnya dikenal paling murah di kelasnya, lanjut Judi, kini menyediakan paket yang lebih irit, yakni paket triwulan, semester dan tahunan. Dengan paket yang baru ini, biaya internetan sepuasnya semakin murah. Biaya untuk berlangganan FlexiNet Unlimited selama tiga bulan hanya Rp 135 ribu. Untuk enam bulan hanya Rp 255 ribu dan untuk setahun penuh hanya Rp 450 ribu.

Khusus bagi kalangan pendidikan (siswa, mahasiswa, guru dan dosen) Flexi memberikan perhatian khusus dengan menyediakan paket FlexiNet Unlimited Sekolahan. Dengan paket ini, para guru dan siswa dapat berinternetan sepuasnya dengan biaya sangat murah, yakni hanya Rp 35 ribu per bulan atau tidak lebih dari Rp 1.200 per hari.

“Biaya tersebut jauh lebih murah bila dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengakses internet dengan menggunakan akses mobile internet lain,” jelas Judi.

Sebelumnya Flexi telah memiliki paket-paket irit internet harian, mingguan dan bulanan dengan tarif yang sangat murah. Tarif untuk mengakses internet dengan paket irit itu adalah Rp 2.500 per hari, Rp 15.000 per minggu dan Rp 50.000 per bulan.

Cara berlangganan FlexiNet Unlimited sangat mudah. Pengguna Flexi cukup mengirimkan SMS ke 2255. Khusus paket FlexiNet Unlimited Sekolahan, siswa atau guru dapat mendaftar di Plasa Telkom dengan menyerahkan foto copy kartu pelajar/mahasiswa atau kartu identitas guru/dosen.

Berkaitan dengan kualitas dari akses internet yang diberikan FlexiNet, Judi menyakinkan, layanan tersebut mampu memberikan kecepatan broadband karena telah dipasang perangkat akselerator.

“Kami mengalokasikan 30% kapasitas untuk layanan data. Hal ini karena kami berharap, kontribusi layanan data mampu naik dari 10% menjadi 15% dari total pendapatan akhir tahun nanti,” kata dia.



Lanjut ah...

LG Indonesia Fokus Garap Ponsel

MANAJEMEN PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) fokus mengerahkan Divisi Mobile Communication untuk menggarap pasar ponsel di Indonesia pada tahun ini. Perusahaan elektronik yang berbasis di Korea Selatan ini masih mengandalkan jajaran ponsel Qwerty serta menambah jajaran ponsel layar sentuh (touchscreen) untuk segmen menengah-bawah.

"Pasar Qwerty memang menjanjikan. Di sisi lain kami melihat peluang pasar untuk ponsel touchscreen yang belum banyak digarap vendor," kata Product Marketing Mobile Communication Division LGEIN Richard Susilo di sela peluncuran seri ponsel LG Cookie di Jakarta, Kamis (24/6). LG masih tetap mengandalkan jajaran ponsel Qwerty yang menyumbangkan sekitar 40-50% dari total penjualan.

Dia menjelaskan, para vendor global harus bersaing dengan para vendor lokal yang mendominasi etalase ponsel Qwerty dengan harga di bawah Rp1 juta. Saat ini, para vendor lokal telah menguasai hampir 30% pangsa pasar ponsel di Indonesia. Berdasarkan data pangsa pasar ponsel di Indonesia yang dikutip dari lembaga survei GFK per Maret 2010, LG baru menguasai pangsa di bawah 5%.

Para vendor lokal masih enggan menjual ponsel touchscreen karena biaya produksinya yang masih tinggi. "Kami melihat peluang tersebut dengan meluncurkan seri ponsel touchscreen dengan harga yang cukup terjangkau," ungkap Richard.

LGEIN menargetkan penjualan ponsel layar sentuh dapat menyumbang 20% penjualan ponsel tahun ini. "LG akan memasarkan total enam model produk ponsel touchscreen di Indonesia tahun 2010," papar Richard.

Tiga model produk touchscreen yang baru diluncurkan LG antara lain LG Cookie Pop, LG Cookie Fresh, dan LG Cookie WiFi. Sedangkan, tiga produk berikutnya akan beredar pada kuartal III 2010 (satu model) dan kuartal IV 2010 (dua model).

Meskipun optimis menggaet pasar, Richard mengakui tren ponsel dalam dua tahun ke depan masih akan didominasi oleh keluarga Qwerty.

Dia memperkirakan, penjualan rata-rata industri ponsel di Indonesia setiap bulan mencapai 1,7 juta unit. Ponsel Qwerty masih laris di pasar dengan penjualan sekitar 850 ribu unit per bulan, sedangkan ponsel touchscreen terjual sekitar 300-400 ribu.


Lanjut ah...

Tri Hadirkan Paket Internet Enam Bulanan

PT HUTCHISON CP Telecom (HCPT), operator Tri, menghadirkan layanan internet unlimited terjangkau mulai dari Rp 25 ribu per bulan. Selain itu, mereka juga menyediakan layanan lain bagi pengguna yang membutuhkan akses internet dalam jangka waktu lebih panjang.

“Selain internet unlimited bulanan, kami juga mengeluarkan paket perdana yang sudah termasuk paket internet sepuasnya selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan,” kata Chief Commercial Officer PT HCPT Suresh Reddy pada keterangan persnya, Kamis (24/6).

Adapun harga masing-masing paket adalah Rp 99 ribu untuk paket satu bulan, Rp 250 ribu untuk paket tiga bulan, dan Rp 420 ribu untuk paket enam bulan. Selain pilihan layanan internet tersebut, Tri juga menyediakan paket modem HSDPA yang di-bundling dengan kartu Tri khusus data. Paket ini dilepas seharga Rp 680 ribu (termasuk PPN).

“Pengguna yang memilih paket tersebut sudah dapat menikmati internet tanpa batas selama tiga bulan, yang dapat langsung digunakan setelah pelanggan mengaktifkan kartunya,” kata Suresh.
Setelah tiga bulan, Suresh menyebutkan, pelanggan dikenakan tarif akses Rp 99 ribu per bulan (belum termasuk PPN). Modem HSDPA ini tersedia di 3Store dan mitra penjualan Tri. Adapun untuk isi ulang, pelanggan dapat melakukannya menggunakan voucher isi ulang reguler Tri.



Lanjut ah...

XL Jalin Kemitraan dengan Pertamina

PT XL Axiata Tbk (XL) menjalin kemitraan dengan PT Pertamina (Persero) untuk menjamin penyediaan suplay bahan bakar minyak (BBM) dalam rangka menunjang kegiatan operasional XL di seluruh Indonesia. Penandatangan kerjasama dilakukan Direktur Network XL Dian Siswarini dan Vice President Pemasaran BBM Industri & Marine Pertamina Hariyoto Saleh.

Dian Siswarini mengatakan, kemitraan ini memiliki nilai strategis bagi XL. Melalui kemitraan ini, Pertamina menjamin tersedianya suplay BBM bagi XL untuk menunjang kegiatan operasional sehari-hari, khususnya untuk mendukung tetap beroperasinya infrastruktur Base Transceiver System (BTS) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

“Kami juga berharap dengan adanya kemitraan ini akan dapat menjaga dan meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam menggunakan layanan telekomunikasi yang disediakan oleh XL,” kata Dian di Jakarta, Kamis (24/6).

Melalui kerja sama ini, kata Dian, XL mendapat fasilitas untuk menggunakan sistem pembayaran terpusat melalui interactive-reserve system. Dengan kerja sama ini, XL bisa memesan, memonitoring dan membayar BBM secara lebih cepat, mudah dan dengan harga industri yang lebih pasti.

Terhitung hingga kuartal I 2010, XL telah memiliki 32,6 juta pelanggan. Untuk menjamin kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi, jaringan XL saat ini telah didukung infrastruktur BTS lebih dari 20 ribu yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.


Lanjut ah...

BConnect Jadi Andalan Bakrie Telecom

ANAK usaha PT Bakrie Telecom Tbk yang baru saja didirikan, PT Bakrie Connectivity (BConnect), langsung menjadi andalan pendapatan di masa mendatang. Dengan investasi US$ 100 juta atau sekitar Rp 900 miliar, BConnect ingin andil dalam bisnis layanan data, yang pada 2014 diperkirakan ada 230 juta pengguna internet di Indonesia.

Demikian dikatakan Komisaris Utama BConnect Anindya N Bakrie dan Presiden Direktur Bconnect Erik Meijer di sela peluncuran layanan data Bconnect yang diberi nama Affordable High-speed Access (AHA). Peluncuran itu diluncurkan di Jakarta, Kamis (24/6).

“Kami berharap dalam tiga sampai lima tahun ke depan, BConnect dapat memberikan kontribusi 30% terhadap keseluruhan pendapatan Bakrie Telecom,” kata Anindya Bakrie.

Saat ini, Bakrie Telecom masih mengandalkan layanan suara dan SMS melalui produk Esia. Total pelanggan Esia hingga saat ini hampir 11 juta. “Kontribusi data termasuk value added service (VAS) terhadap pendapatan perseroan baru sebesar 10%,” kata Erik Meijer.

Investasi melalui Bconnect diharapkan dapat memaksimalkan layanan data yang memiliki potensi pasar yang menggiurkan. BConnect akan mengandalkan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) generasi ketiga, yakni Evolution Data Optimize (EVDO) Revolution A.

“Pemain data di Indonesia cukup banyak, tetapi penetrasi internet masih kecil. Faktanya, pelanggan layanan internet baru sekitar 8,5 juta dan baru 35 juta pengakses internet atau 15% dari populasi di Indonesia,” kata Erik.

Namun, dia memperkirakan jumlah pengakses internet pada 2014 akan meningkat mencapai 230 juta pengguna atau mencapai 90% dari populasi. BConnect mencoba mengambil peluang dari potensi pasar untuk data dengan meluncurkan layanan AHA yang memanfaatkan teknologi CDMA Rev-A.

“Berbeda dengan pemain lain yang memulai layanannya di Jakarta, kami akan meluncurkan layanan AHA perdana di Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Malang, disusul Bogor dan kota-kota lain secara bertahap,” jelas Erik. Bconnect menargetkan layanan internet AHA dapat menjangkau lebih dari 10 kota di Indonesia hingga akhir 2010.

Penetrasi AHA diharapkan dapat menggenapkan jumlah pelanggan Esia menjadi 14 juta pada akhir 2010. Pada kuartal I 2010, Bakrie Telecom mampu menggaet sekitar 500 ribu pelanggan baru sehingga totalnya sekarang mencapai 11 juta pelanggan.

Bakrie Telecom menginvestasikan dana sebesar US$100 juta untuk mengoperasikan BConnect. Dana tersebut berasal dari anggaran belanja modal perseroan tahun ini sebesar US$200 juta.

Beberapa waktu lalu, Bakrie Telecom telah mendapatkan kucuran dana sebesar US$250 juta dari investor internasional melalui global bond. Dana ini akan dimanfaatkan untuk refinancing maupun pengembangan usaha di layanan data broadband.

Wakil Presdir Bakrie Telecom Muhammad Buldansyah memaparkan investasi BConncect dicurahkan untuk menambah modul teknologi Rev-A pada base transceiver station (BTS) sebesar US$30 juta, untuk membangun backhaul sebesar US$30 juta, serta sisanya digunakan untuk membangun backbone dan sistem Internet Protocol (IP).

“Begitu kami menambah kanal untuk BConnect, kami mulai fokus menggarap layanan data karenan peluangnya sangat bagus,” kata Buldansyah.

Dalam menawarkan layanan AHA yang dikemas dengan modem Huawei, BConnect menggandeng Google yang menyajikan aplikasi browser Chrome terbaru. Aplikasi ini diklaim memiliki akses tercepat dan antarmuka yang intuitif dengan fitur Ekstensi.

"Kami sangat bersemangat untuk bekerjasama dengan Bakrie Connectivity menghasilkan suatu model distribusi yang unik dan inovatif sehingga masyarakat dapat menjangkau web browser Google Chrome dengan mudah,” sambut Emmanuel Sauquet, Direktur Pengembangan Google Asia Pasifik.

Sudah Lapor Kemenkominfo

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S Dewa Broto mengatakan, pihak Bakrie Telecom telah melaporkan rencana pendirian anak usaha baru itu, termasuk pengalihan frekuensi yang sedianya (lisensinya) diberikan kepada Bakrie Telecom ke anak usahanya, BConnect.

"Mereka (Bakrie Telecom) juga sudah menginformasikan kepada Kemenkominfo terkait peluncuran layanan BConnect," kata Gatot, Kamis (24/6).

Dia mengatakan, penggunaan frekuensi tersebut masih dalam koridor layanan Bakrie Telecom, meski frekuensi itu dialihkan ke anak usahanya, BConnect. Anak usaha itu hanya pengembangan unit usaha. “Pemerintah hanya akan mengkaji izin penggunaan frekuensi dan jaringan apabila perusahaan tersebut dijual atau bergabung dengan perusahaan telekomunikasi lain,” kata Gatot.

Manajemen Bakrie Telecom menjelaskan, layanan ini masih baru dan BConnect masih menggunakan satu kanal sebesar 1,25 MHz untuk layanan data. Sedangkan, dua sampai tiga kanal lainnya masih digunakan untuk layanan suara, Esia.

Kanal yang dimiliki BConnect per BTS mampu melayani 50-60 pengguna data dengan akses downlink sekitar 500-600 Kbps per pengguna. Teknologi EVDO Rev-A secara umum mampu memberikan akses data berkecepatan unduh maksimum 3,1 Mbps. Saat demonstrasi, layanan data AHA yang menggunakan modem Huawei VME-110 mampu mengakses data dengan kecepatan hingga 2,6 Mbps.

AHA merupakan layanan akses internet berkecepatan tinggi berbasis jaringan CDMA menggunakan teknologi EVDO Rev-A. Kecepatan yang diperoleh dengan teknologi ini setara dengan akses internet 3,7G pada operator seluler GSM.

Lanjut ah...

Kamis, 24 Juni 2010

Bakrie Telecom Pisahkan Bisnis Broadband

PT BAKRIE Telecom Tbk meresmikan kehadiran anak usaha baru yang akan fokus memasarkan layanan internet nirkabel berkecepatan tinggi berbasis CDMA teknologi EVDO. Anak perusahaan itu adalah PT Bakrie Connectivity dan direktur utamanya adalah Erik Meijer.

”Kehadiran Bakrie Connectivity akan menjawab sekaligus memenuhi keinginan para pengguna internet broadband di Indonesia. Hal ini disebabkan karena potensi internet broadband sangat luar biasa di Indonesia,” kata Direktur Utama PT Bakrie Telecom Tbk Anindya N Bakrie di Jakarta, Rabu (23/6).

Anindya menjelaskan, data International Telecommunication Union (ITU) menunjukkan, pada 2009 ada 30 juta pengguna internet di Indonesia atau penetrasinya baru mencapai 12,5%. Sedangkan data sebuah lembaga konsultan dan riset bisnis internasional menyatakan akan ada 234 juta pelanggan selular di Indonesia atau 90% dari populasi penduduk pada 2014. Dari jumlah tersebut 20% diproyeksikan menjadi pelanggan 3G dan kontribusi pendapatan mobile data akan tumbuh 40%.

Demikian pula pertumbuhan distribusi komputer tumbuh antara 25-30% setiap tahun. Data IDC memperlihatkan, pada 2009, distibusi komputer ada 2,5 juta dan diperkirakan naik menjadi 3,5 juta pada tahun ini. Pertumbuhan distribusi komputer itu turut mendukung perkembangan penggunaan internet di Indonesia.

“Kami yakin kehadiran anak usaha baru (Bakrie Connectivity) ini dapat menjawab keinginan pengguna internet broadband untuk tetap up to date dan exist di media-media pertemanan sosial, seperti Facebook, Twitter, Myspace dan lainnya,” kata Anindya.

Bakrie Connectivity ada untuk masyarakat yang bermobilitas tinggi, di mana kebutuhan untuk dapat mengakses internet broadband menjadi gaya hidup masyarakat saat ini. Bakrie Connectivity tidak hanya akan mendorong tumbuhnya akses internet, tapi juga menciptakan positive consumer experience.

Anindya menegaskan komitmennya untuk tetap memberikan layanan akses internet terjangkau, mudah, serta keinginan untuk berkontribusi pada kemajuan telekomunikasi nasional. ”Kami berupaya untuk menjauhkan kesan rumit ketika pengguna mulai mengakses internet. Mulai dari koneksi pertama hingga surfing ke berbagai website akan kami permudah. Tinggal pasang alatnya”, kata Anindya.

Investasi US$ 100 Juta

Sementara itu, Direktur Utama PT Bakrie Connectivity Erik Meijer mengatakan, untuk mengembangkan Bakrie Connectivity, PT Bakrie Telecom Tbk merencanakan investasi senilai US$ 100 juta pada tahun ini. Nilai investasi ini diperhitungkan sebagai upaya membesarkan penetrasi pasar dalam bisnis layanan data yang baru berkisar 10%.

Dia mengakui, penetrasi tersebut terbilang kecil di tengah pertumbuhan teknologi digital yang pesat di seluruh dunia. Sebagai perbandingan, di Amerika dan Eropa penetrasi pasar bisnis serupa sudah lebih dari 40%.

”Itu sebabnya terbuka peluang bagi Bakrie Connectivity untuk memperbesar raihan penetrasi pasar (market share) di dalam negeri. Apa dan bagaimana strategi produk, pemasaran dan jenis layanannya akan disampaikan dalam peluncuran produk Bakrie Connectivity yang akan kami gelar dalam satu dua hari ke depan,” kata Erik.

Disamping itu Bakrie Connectivity juga berhasil menggandeng sebuah perusahaan berkelas internasional. Kerja sama ini akan memberikan pengalaman baru untuk para pengguna internet di Indonesia. Sayangnya Erik masih enggan menjelaskan siapa mitra internasionalnya tersebut.

”Tunggu 1 hari lagi ketika kami perkenalkan produk baru Bakrie Connectivity. Yang pasti pelanggan akan mengalami sensasi yang jauh berbeda dibanding pengalaman berinternet selama ini. Ini ciri khas Bakrie Connectivity dan akan kami pertahankan sebagai nilai lebih kepada pelanggan,” ujar dia.

Erik menekankan, kehadiran Bakrie Connectivity akan semakin memperkuat komitmen Bakrie Telecom dalam membuka akses telekomunikasi yang handal dan terjangkau. ”Keyakinan kami tetap tak berubah bahwa komunikasi adalah hak dasar setiap manusia Indonesia. Tugas kami memfasilitasinya dan untuk itulah kami hadir,” tegasnya.


Lanjut ah...

Pengguna Internet RI 45 Juta

PENGGUNA internet di Indonesia tahun ini diperkirakan telah mencapai 45 juta, padahal 10 tahun lalu jumlahnya baru mencapai lima juta. Namun penggunaan internet di Indonesia dinilai kurang produktif dan tidak tepat sasaran, karena sebagian besar memanfaatkannya untuk maingames online dan akses jejaring sosial.

Demikian rangkuman pendapat dari Wakil Presiden Pasar Regional Iklan Yahoo! di Asia Pasifik Ken Mandel, Wakil Ketua Bidang TIK Dewan Riset Nasional Kemenristek Agus Haryanto, danGeneral Manager Product Development First Media Dedy Handoko dalam kesempatan terpisah di Jakarta, belum lama ini.

Ken Mandel mengatakan, berdasarkan survei Net Index Study yang diselenggarakan oleh Yahoo, saat ini di Indonesia ada 48% pengguna internet aktif. Jumlah itu naik 26% dibandingkan pada 2009. Kenaikan itu didukung dengan tren pengguna internet melalui ponsel atau internetmobile, serta untuk kegiatan akses media online.

"Tarif dan ekspansi 3G di Indonesia rupanya memainkan peran penting dalam pertumbuhan internet. Pengguna jaringan sosial juga mencapai hingga 77%, naik sekitar 19% dari tahun lalu," kata dia.

Hasil studi tersebut juga menyoroti tiga perubahan utama pada tahun ini. Pertama, pengguna di daerah kini lebih banyak mengkonsumsi media online untuk mencari tahu informasi terbaru. Kedua, meningkatnya pengguna dalam keterlibatan di media sosial internet, baik dari segi kontribusi maupun dalam mendistribusikan informasi di internet. Terakhir, meningkatnya konsumsi para pengguna pada konten berisi hiburan, gosip dan game.

Sementara itu, Agus Haryanto menyayangkan, jika internet hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan personal, tidak untuk menunjang produktivitas. Akibatnya, budaya konsumtif justru berkembang subur. "Saya tidak mengatakan bahwa social media dan games online 100% tidak baik, namun hendaknya dapat diimbangi dengan kegiatan lain yang bisa mendukung kegiatan produktif," kata Agus.

Menurut dia, penyediaan akses broadband sebenarnya bertujuan untuk mendukung produktivitas. Untuk itu, vendor ponsel sebaiknya menyediakan handshet yang sudah ditanamkan aplikasi untuk menunjang kegiatan produktif seperti pendidikan.

"Pelajar paling banyak menggunakan internet melalui ponsel tetapi masih untuk sekedar Facebook, dan chating. Mereka mungkin bosan dengan pelajaran di sekolah sehingga memilih untuk lebih banyak menggunakan dua kegiatan tersebut. Sayangnya, keduanya berpotensi menjadi candu, sehingga mereka tidak sempat lagi berupaya mencoba aspek-aspek positif dari internet," ujarnya.

Di sisi lain, tren masyarakat untuk mengakses internet untuk kebutuhan personal, seperti situs jejaring sosial atau hiburan, seperti Youtube, sebenarnya bisa menjadi pasar potensial bagi operator atau industri kreatif untuk mengembangkan aplikasi buatan dalam negeri sehingga lebih produktif dan lebih menguntungkan ekonomi Indonesia.

Dedy Handoko mengatakan, penggunaan internet di Tanah Air masih digunakan untuk social media, audio/video streaming , online games, dan file sharing. Hal ini sejalan dengan rating 10 peringkat website di Indonesia, tidak ada yang tergolong situs pengetahuan dan pendidikan.

"Pengguna Facebook di Indonesia tumbuh sangat signifikan, Maret 2009 baru sekitar 2,3 juta tetapi Maret 2010 sudah capai 20 juta," ucap dia.

Menurut Dedy, pengguna internet di Indonesia yang saat ini berjumlah 45 juta, seharusnya bisa tumbuh lebih cepat lagi jika pengguna m bisa mengakses lebih cepat dengan biaya yang tetap terjangkau.

"Menurut kami broadband yang the real true broadband itu paling minim 1 Mbps. Itu sudah standardisasi internasional di era konten internet berbasis video saat ini," kata Dedy.

Dia juga menambahkan, First Media melalui program FatsNet Kid telah memblokir hampir sejuta alamat situs internet yang dinilai tak layak dikonsumsi anak-anak. Menurut riset First Media, sejauh ini ada lebih dari 50% anak punya ketertarikan untuk mengkonsumsi konten yang sarat pornografi di Internet.

Namun sayangnya, hanya 25% anak yang melapor ke orang tuanya terkait pelecehan seksual di dunia maya tersebut.

"Itu sebabnya kami membatasi akses internet dengan menyaring dan memblokir situs-situs yang tidak perlu lewat program ini," kata dia.

Lanjut ah...

Tarif Internet Masih Mahal

COUNTRY Manager Dell Indonesia Pieter Lydian mengatakan, tarif internet yang masih tergolong mahal masih menjadi hambatan akselerasi penetrasi komputer di Tanah Air.

Di Tiongkok, dengan membayar US$20-30 (sekitar Rp190-285 ribu), pelanggan bisa menggunakan internet dengan kecepatan 2 megabit per detik (Mbps). Adapun di Indonesia dengan harga yang sama, pelanggan hanya dapat mengakses internet berkecepatan 384-512 kilobit per detik (Kbps).

Tidak hanya mahal, jaringan internet yang kualitasnya memadai pun baru bisa dirasakan oleh kota-kota yang tergolong sebagai tier I (Jabodetabek) dan tier II (Semarang, Solo, dan Yogyakarta). Di kota-kota lainnya, kualitas internet boleh dikata masih jauh dari baik.

"Padahal kalau internet bisa dibuat lebih murah dan mampu menjangkau hingga kecamatan-kecamatan di luar Pulau Jawa, penetrasi komputer pasti bisa jauh lebih tinggi," terangnya.

Sementara itu, Dedy Handoko berpendapat, kecepatan akses internet di Indonesia makin tinggi dan tarifnya juga kian terjangkau. "Jika kualitas dan harganya bisa terus lebih baik, maka jurang pemisah antara internet di Indonesia dan internet negara tetangga, seperti Singapura akan semakin dekat," ujar dia.

Dia mengklaim, tarif internet yang ditawarkan perusahaannya sudah cukup murah dibanding penyelenggara jasa internet lainnya di Indonesia. Untuk akses hingga 1,5 Mbps melalui jaringanhybrid fiber optic yang ditawarkannya ke pelanggan, misalnya, tarif yang dikenakan First Media hanya Rp 333 ribu.

"Kalau kita lihat dari sisi kualitas kecepatan akses dan serta tarif yang kami tawarkan, saya rasa kita sudah cukup dekat dengan Singapura," kata Dedy.

Dia membandingkan dengan tarif yang ditawarkan Starhub dari Singapura yang menawarkan akses mulai dari 3 Mbps dengan tarif Sin$ 27 atau hampir Rp 200 ribu. "Bedanya kini tak jauh-jauh amat dengan kita. Kalau tren peningkatan bandwidth dengan harga terjangkau bisa terus diperbaiki, saya rasa satu-dua tahun lagi kami bisa kejar mereka," papar Dedy.



Lanjut ah...

Rabu, 23 Juni 2010

2011, Malaysia Gelar Tender LTE

TELKOMSEL telah menguji coba teknologi telekomunikasi seluler GSM generasi keempat (4G) atau Long Term Evolution (LTE) secara indoor. Pada bulan ini juga operator terbesar di Indonesia itu menguji coba secara outdoor teknologi yang diklaim mampu mengantarkan data berkecepatan hingga 172 Mbps itu, yakni di Garut, Jawa Barat.

Vice President Technology Masterplan Telkomsel Siswanto Dasijo menjelaskan, penerapan teknologi LTE saat ini bagi konsumen di Indonesia belum terlalu mendesak. Hingga saat ini, Telkomsel yakin bahwa lalu lintas data (mobile broadband) masih bisa dibawa oleh teknologi dual carrier high speed packet access plus (DC-HSPA+), yang mampu mengantarkan data berkecepatan hingga 42 megabit per detik (Mbps).

“Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun yang akan datang, teknologi LTE dibutuhkan, bila teknologi HSPA+ tidak mampu lagi membawa data trafik secara efisien dan cost effective,” kata Siswanto di Jakarta, Senin (21/6).

Siswanto mengatakan, hingga saat ini baru ada enam operator telekomunikasi di dunia yang telah mengimplementasikan LTE secara komersial. Yakni, Telia Sonera, AT&T (Amerika Serikat/AS), Verizon (AS), KDDI Corp (Jepang), NTT DoCoMo (Jepang), CSL (Hong Kong), dan Telenor (Spanyol). Mereka meluncurkan layanan LTE ini secara komersial pada tahun ini.

“Saya dengar, tahun depan Malaysia menggelar tender lisensi LTE pada frekuensi 2600 MHz sehingga pada tahun berikutnya layanan LTE sudah komersial di Malaysia,” kata Siswanto.

Di luar negeri, lanjut dia, frekuensi yang digunakan untuk LTE bervariasi, yakni 700, 1800, 2100, dan 2600 MHz. Di Indonesia, frekuensi-frekuensi tersebut sudah digunakan oleh operator seluler dan penyiaran sehingga saat ini tidak ada alokasi frekuensi yang kosong atau tersedia untuk LTE. Beberapa waktu lalu, Ditjen Postel Kemenkominfo berniat menggusur Indovision dari frekuensi 2500 MHz untuk diplot bagi LTE.

Siswanto menjelaskan, LTE adalah teknologi radio yang dapat memberikan data rate lebih dari 100 Mbps dengan bandwidth 20 MHz dan Multiple Input Multiple Output (MIMO) 2x2. Throughput maksimum yang dapat dihasilkan mencapai 172 Mbps. “Pada uji coba ini, Telkomsel menggunakan bandwidth 10 Mhz sehingga throughput yang dihasilkan sekitar 70 Mbps,” kata dia.

Teknologi HSDPA dan HSPA+ sejatinya masih berbasis 3G yang masih terus berevolusi ke Dual Carrier HSPA+ yang mampu mengantarkan data berkecepatan 42 Mbps, kemudian ke Multi Carrier (84Mbps), dan Multi Carrier dengan didukung antena Multiple Input Multiple Output (MIMO) 2x2 (168 Mbps). Sedangkan LTE adalah teknologi 4G yang menjanjikan kecepatan 172 Mbps. Teknologi ini akan berevolusi ke LTE Advance yang menawarkan kecepatan hingga 300 Mbps, 600 Mbps atau bahkan 1 Gbps dengan teknologi Multi Carrier dan MIMO 4x4.

Handset LTE 2013

Siswanto mengatakan, bila LTE jadi digelar, Telkomsel akan memprioritaskan layanan LTE ini untuk daerah-daerah bisnis yang membutuhkan akses mobile broadband sangat tinggi, seperti di Central Business District (CBD). Sedangkan layanan HSPA+ yang 42 Mbps akan digelar di kota-kota besar sehingga memungkinkan seamless mobility antara LTE dan HSPA+ yang 42 Mbps.

Hingga saat ini, kata Siswanto, belum ada handset yang support LTE dan masih sedikit USB dongle yang tersedia di pasaran untuk mengakses layanan LTE. Perangkat penerima yang kini tersedia itu antara lain produksi LG dan Samsung, namun harganya masih amat mahal, yakni masih di atas 2.000 euro atau sekitar Rp 30 juta.

“Namun, LTE high end akan tersedia pada akhir 2010, sedangkan handset yang low end (dengan harga di bawah US$ 100) akan mulai tersedia pada 2013,” kata dia.

Telkomsel Memandu Teknologi Seluler di Indonesia

Tahun

2002

2004

2006

2007

2009

2010

???

Teknologi

GPRS

EDGE

3G/UMTS

HSDPA

HSPA+

DC-HSPA+

LTE

Data Rate

64Kbps

256Kbps

384Kbps

3,6Mbps

21Mbps

42Mbps

150Mbps

Cakupan Layanan

Seluruh Indonesia

Seluruh kabupaten

150 kota

150 kota

24 kota

24 kota

???

Sumber : Telkomsel

Lanjut ah...