Senin, 01 November 2010

Operator Seluler Bersaing Dapatkan Lisensi SLI

JAKARTA – Sejumlah operator masih menanti restu pemerintah untuk membuka izin penyelenggaraan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Saat ini, lisensi layanan SLI masih dipegang oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT Indosat Tbk, dan PT Bakrie Telecom Tbk.

Pemerintah berencana membuka peluang kepada satu pemain baru untuk menambah infrastruktur telekomunikasi internasional sekaligus menciptakan kompetisi yang sehat di antara para pemegang lisensi SLI.

Plt Dirjen Postel Kementerian Komunikasi dan Telematika (Kemenkominfo) Muhammad Budi Setiawan mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima pengajuan lisensi SLI dari tiga operator, yaitu PT XL Axiata Tbk (XL), PT Natrindo Telepon Seluler (Axis), serta PT Hutchison CP Telecommunications (Tri).

Adapun skema penentuan pemenang lisensi SLI ini dilakukan pemerintah melalui proses evaluasi, bukan melalui tender atau seleksi. Regulator menyediakan pilihan nomor kode akses internasional yang belum terpakai, antara lain 002, 003, 004, 005, atau 006.

“Mereka memahami kue untuk bisnis ini tidak banyak. Untuk itu, kami bersama Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terus mengevaluasi segala bentuk penawaran yang diajukan para operator serta mengaji kinerja Bakrie Telecom sebagai pemain baru,” kata pria yang akrab disapa Iwan di Jakarta, Kamis (30/9/2010).

Namun, dia mengungkapkan, operator Esia hingga kini belum menyerahkan laporan kinerja bisnis SLI dengan kode penomoran 009 kepada regulator.

Seperti diketahui, operator CDMA itu mendapatkan izin penyelenggaraan jaringan tetap SLI pada 12 Februari 2009 melalui proses tender. Operator dengan 11,1 juta pelanggan ini memiliki kewajiban membangun fasilitas jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh, salah satunya menggunakan rute jaringan internasional Batam-Singapura.

Iwan mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan komitmen operator pemohon selama lima tahun ke depan. Komitmen tersebut di antaranya kesiapan operator untuk membuka jalur SGI di Indonesia bagian timur seperti Bali-Kupang-Australia.

“Kalau jalur yang akan dibangun itu-itu saja, kami akan berpikir ulang untuk memberikan lisensi,” ujar Iwan.

Dalam kesempatan terpisah, Vice President Sales & Distrobution PT NTS Syakieb Sungkar menyatakan keinginan operator tersebut untuk mendapatkan lini bisnis SLI. “Kami telah mengirimkan pengajuan untuk izin penyelenggaraan SLI,” tegas dia.

Saat ini, operator Axis masih menggunakan sambungan melalui teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP) serta clear channel milik Telkom dengan kode sambungan 007. Axis mampu memberikan tarif panggilan yang murah berkat adanya teknologi VoIP, meskipun kualitas suara yang dikompres tidak terlalu optimal.

“Tarif panggilan internasional kami paling murah, misalnya Rp188 per menit ke Singapura dan Rp1.388 per menit ke Arab Saudi,” klaim Syakieb.

Dia mengatakan, sekitar 20% dari 6 juta pelanggan Axis melakukan panggilan ke luar negeri.

Sementara itu, XL juga berminat untuk menyelenggarakan layanan SLI jika pemerintah memberikan lisensi tersebut. “Kami sudah mengajukan diri untuk bisa memeroleh izin SLI sebagai upaya untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan,” kata Head of Corporate Communication XL Febriati Nadira.

Febriati mengatakan, saat ini sekitar 20% dari total 35,4 juta pelanggan XL menggunakan layanan internasional. Layanan XL kini didukung sekitar 20.887 base transceiver station (BTS) yang mencakup lima wilayah operasional di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar