Senin, 06 September 2010

Telkom Modernisasi Jaringan

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mulai menggelar layanan Home Digital Services (HDS) guna memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk menyediakan jaringan akses pita lebar (broadband) Telkom memodernisasi seluruh jaringan kabel tembaga dengan kabel serat optik.

Penegasan itu disampaikan Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah dan Executive General Manager (EGM) Divisi Akses Telkom Muhammad Awaluddin saat mengumumkan kerja sama antara Telkom dan Agung Sedaya Group (ASG) di Jakarta, akhir pekan lalu. Kerja sama itu untuk menyediakan akses broadband untuk layanan HDS bagi seluruh gedung bertingkat, kawasan industri, bisnis atau apartemen yang dikelola ASG.

Rinaldi mengatakan, di saat kontribusi pendapatan telepon kabel (wireline) menurun, Telkom berusaha menciptakan pendapatan baru. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas bandwidth demi mengakomodasi kebutuhan pengguna. Telkom selama ini gencar membangun jaringan infrastruktur jaringan akses pita lebar (broadband) di berbagai wilayah. Jaringan ini untuk mendukung layanan berbasis Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME).

“Telkom siap mengerahkan seluruh sumber daya untuk membangun infrastruktur broadband access dan layanan berbasis TIME,” kata Rinaldi Firmansyah di Jakarta, akhir pekan lalu.

Berdasarkan kesepakatan antara Telkom dan ASG, seluruh kawasan yang dikelola ASG akan mempunyai infrastruktur telekomunikasi modern yang dapat dimanfaatkan manajemen maupun tenant. “Salah satunya adalah Fiber To The Home (FTTH) yang seluruhnya sudah menggunakan kabel serat optik,” kata Rinaldi.

Muhammad Awaluddin menambahkan, dalam lima tahun ke depan, Telkom akan fokus pada penyediaan jaringan akses dengan kabel serat optik ke rumah-rumah atau gedung-gedung. Untuk itu, dalam lima tahun ke depan Telkom memodernisasi jaringan kabel tembaga yang kini mencapai 13 juta.

“Pada 2015, akses kabel tembaga diharapkan sudah tergantikan seluruhnya oleh kabel serat optik atau paling tidak di kota-kota besar Indonesia,” kata Awaluddin.

Dari 13 juta jaringan kabel tembaga itu, lanjut Awaluddin, pada 2015 diharapkan 70% sudah dimodernisasi menjadi kabel serat optik (fiber to the curb/FTTC) dengan menggunakan teknologi multi-service access node (MSAN), Gigabyte Passive Optical Network (GPON), dan Very high bit-rate Digital Line Subscriber (VDSL), dan 15%-nya berupa akses fiber to the building/home (FTTB/H). Sedangkan akses kabel tembaga diharapkan tinggal 15%.

Semua ini, menurut Awaluddin, dibutuhkan untuk mendukung transformasi Telkom menjadi perusahaan berbasis TIME. Hal ini memungkinkan Telkom mengembangkan akses pita lebar dengan sasaran tiga segmen sekaligus, Broadband for Home Digital Environmen, Broadband for Enterprise Government, dan Broadban Anywhere.

“Pada 2010, kapasitas true broadband (akses dengan kecepatan 20 Mbps dan 100 Mbps) diperkirakan hanya 21%. Sebagian besar jaringan akses yang ada saat ini masih didominasi oleh kecepatan 1-4 Mbps dan dibawahnya dengan porsi 79%. Pada 2015, kami harapkan berkembang menjadi 85%,” kata Awaluddin.

Akses pita lebar 4 megabit per detik (Mbps) dengan teknologi Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM), menurut dia, mampu memberikan layanan internet berkecepatan 512 Kbps. Sedangkan akses broadband 20 Mbps dengan teknologi MSAN mampu memberikan layanan Triple Play, yakni layanan data (internet dan intranet), voice, dan video (TV interaktif dan multimedia).

“Akses broadband 100 Mbps yang menggunakan teknologi GPON tentu memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi lagi. Misalnya, solusi untuk perusahaan besar, bisnis, dan lain-lain,” kata dia.

Telkom Super Highway

Semua ini, lanjut Awaluddin, merupakan skenario besar Telkom untuk mewujudkan Telkom Super Highway yang dicanangkan Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 November 2009. Telkom Super Highway itu merupakan rangkaian pembangunan jaringan kabel serat optik di seluruh Nusantara.

Awaluddin menjelaskan, Telkom saat ini telah memiliki 10 ring kabel serat optik di seluruh Nusantara. Yakni, di Sumatera ada ring 1, 2, dan 3, Jawa (ring 5 dan 6), Surabaya-Balikpapan (ring 7), Jawa–Kalimantan–Sulawesi–Denpasar–Mataram atau Jaka2Ladema (ring 4, 8, dan 9), dan Matam-Kupang (ring 10). Sedangkan ring ke-11 adalah proyek Palapa Ring, yang masih dalam perencanaan.

“Selain itu, Telkom kini memiliki tiga Tera Router di Batam, Jakarta dan Surabaya. Awal tahun depan, ada sembilan Tera Router,” kata Awaluddin.

Metro-e milik Telkom ada 921 node pada 10 kota, yakni Batam, Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Bandung, Makassar, dan Banjarmasin. Telkom juga kini memiliki 400 ribu softswitch, yang hampir separuhnya (172 ribu) ada di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar