Jumat, 24 September 2010

Operator Berebut 20 Juta Swing Customer

PERSAINGAN bisnis telekomunikasi di Indonesia makin ketat. Dengan total pelanggan telepon seluler (ponsel) yang lebih dari 170 juta dan tingkat penetrasi lebih dari 80% saat ini, tidak mudah bagi operator untuk mempertahankan pelanggan. Masing-masing operator berlomba sehingga menyebabkan perang tarif, perang layanan, gimmick dan lain-lain.

Sebanyak 20 juta dari total 170 juta pelanggan ponsel saat ini adalah jenis pelanggan yang sangat mudah berganti operator. Pasar mengambang (swing) itu muncul antara lain karena promosi banting harga yang dilakukan operator telekomunikasi.
Demikian diungkapkan Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno di Surabaya beberapa waktu lalu.

Menurut Sarwoto, data ATSI saat ini menyebutkan, pemegang SIM Card di Indonesia mencapai 170 juta dengan 11 operator telekomunikasi berbasis tekhnologi GSM dan CDMA. "Dari jumlah 170 juta itu, 20 juta di antaranya adalah swing costumer yang sangat sensitif terhadap harga. Pasar inilah yang sebenarnya menjadi target pasar semua operator," jelas Sarwoto.

Dirut Telkomsel itu mengatakan, mayoritas swing costumer berasal dari pengguna ponsel pemula, generasi muda, dan datang dari segmen menengah ke bawah. Sedangkan pelanggan dari segmen menengah atas lebih stabil dan tidak mudah goyah karena prioritas utama lebih ke jaringan, bukan tarif serta alasan nomor sudah banyak diketahui banyak orang.

Meski bukan merupakan pelanggan yang memberi kontribusi signifikan ke pendapatan, para operator tetap menggarap swing costumer tersebut untuk memperbesar costumer based dengan banyak program menarik.

"Yang harus dilakukan adalah berusaha sekuat mungkin untuk menjaga loyalitas mereka. Ini juga penting untuk meningkatkan kualitas industri telekomunikasi di Indonesia," ujarnya.

Sarwoto mengakui, ketatnya persaingan bisnis telekomunikasi mengharuskan operator melakukan inovasi dan mencari celah pasar yang bisa digarap. Tujuannya mempertahankan pelanggan sekaligus mencari pelanggan baru, dari pelanggan pemula ataupun akuisisi dari pelanggan operator lain.

Saat ini hampir semua lapisan masyarakat sudah memiliki ponsel sebagai alat komunikasi dan sudah menjadi kebutuhan. Bahkan kalangan bawah sekalipun kini tidak asing dengan fasilitas akses data melalui GPRS untuk mobile internet.

Validasi Data Pelanggan

Program validasi data pelanggan seluler yang wajib dilakukan operator belum berjalan maksimal. Padahal, sesuai Peraturan Menteri Kominfo No 23/M.KOMINFO/10/2005 tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi, penyelenggara jasa telekomunikasi (operator) wajib menonaktifkan nomor pelanggan jasa telekomunikasi yang terbukti atau diketahui menggunakan data dalam bentuk identitas palsu atau tidak benar atau identitas milik orang lain tanpa hak atau tanpa seizin orang yang bersangkutan.

Namun hal ini sulit dilakukan operator karena pemerintah belum memperbaiki sistem kependudukan yang valid serta terintegrasi secara up to date. "Kami masih kesulitan melakukan verifikasi maupun validasi data pelanggan, karena belum ada support dari sistem kepedudukan yang terintegrasi secara nasional," jelas Head of Region Indosat East Java Bali Nusra (EJBN) Bayu Hanantasena.

Menurut Bayu, jika mengacu pada hasil validasi data pelanggan yang benar, dipastikan semua operator justru akan mengalami pengurangan jumlah pelanggan. Pasalnya, masih banyak pelanggan seluler yang asal-asalan menyebut identitas dirinya secara benar. Namun demikian, tambah Bayu, Indosat area EJBN optimistis hingga akhir tahun ini target pelanggan akan tercapai. Bahkan, diprediksi akan melampaui target.

"Hingga awal September ini saja sudah tercatat sekitar 1,3 juta pelanggan aktif. Dari jumlah tersebut, 300 ribu diantaranya merupakan tambahan pelanggan baru sebelum Lebaran yang sampai saat ini tetap aktif," ujarnya.

Tambahan pelanggan tertinggi terjadi di wilayah Kediri, Malang, Madiun, Jember dan daerah lainnya. Tambahan tersebut bisa merupakan pelanggan yang benar-benar baru serta pelanggan yang roamer dari wilayah lain ke Jatim saat Lebaran lalu.

"Jatim menjadi salah satu tujuan mudik utama dan kartu Indosat menjadi salah satu pilihan ketika mudik. Karenanya pertumbuhan pelanggan, reload dan trafik di Jatim lebih tinggi dibanding daerah lain, termasuk Jabodetabek sekalipun," jelas Bayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar