Rabu, 03 Februari 2010

Industri Animasi Lokal Sulit Berkembang

INDUSTRI animasi lokal masih sulit berkembang karena pasarnya masih dikuasai film animasi asing. Padahal potensi pasar film animasi di dalam negeri semakin terbuka lebar dengan pertumbuhan televisi swasta nasional dan pemirsa televisi.

Untuk itu, CAM Solutions menggelar Indonesia Creative Icon (ICI) ke-2 tahun 2009 pada Mei-Juli 2009 yang merupakan ajang lomba meliputi sembilan spektrum, terdiri atas animation, digital comic, digital music, music performance, dance performance, fashion, craft, games, dan applied science.

“ICI merupakan salah satu wujud pengembangan kreativitas anak bangsa yang memerlukan binaan, wadah, dorongan, dan dukungan penciptaan industri kreatif,” kata Presiden Direktur PT Citra Andra Media, pengelola CAM Solutions, Peni Cameron kepada pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

ICI juga bersinergi dengan World Cyber Game (WCG), yaitu kegiatan lomba internasional yang di Indonesia diselenggarakan oleh Megindo untuk spektrum game. Pemenang ICI nasional menerima hadiah dan perjalanan ke Singapura pada 22-24 Januari 2010.

Peni menilai, dunia animasi Indonesia dua tahun belakangan ini berkembang cukup pesat. Hal itu bisa dilihat dari makin banyaknya jumlah peserta lomba animasi, juga jumlah sekolah kejuruan dan kursus animasi. Sayangnya, industri animasi di Indonesia belum terstruktur.

Film animasi impor juga banjir sehingga kreativitas animator lokal tidak berkembang. Kondisi ini diperparah juga dari murahnya harga beli stasiun televisi nasional terhadap produk film animasi lokal. “Karena itu, kita mulai merintis kerja sama dengan televisi lokal untuk mulai menayangkan film animasi produksi lokal,” katanya.

Untuk mengatasi persoalan ini, sambung Peni, perlu ada dukungan semua pihak untuk membuka pasar dan pendanaan agar industri animasi bisa berkembang lebih baik.

Dia juga berharap, industri animasi dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. “Semoga ada film animasi Indonesia yang setiap hari ditayangkan di televisi. Setelah itu, (film) bisa dilempar ke pasar Asia yang lain,” ungkap Peni.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar