Jumat, 12 Februari 2010

Ponsel Tiongkok Terancam Rontok

PONSEL Tiongkok akan bernasib sama dengan saudara tuanya, motor keluaran Tiongkok yang hilang dari pasar, jika vendor ponsel yang mengaku ‘lokal’ itu hanya mengandalkan produk murah tanpa menyiapkan fasiltas layanan purna jual yang memadai.

Kenyataan itu sudah mulai terlihat dengan rontoknya beberapa merek ponsel sal ‘Cina’. Dari hampir seratusan ponsel merek lokal ‘kelahiran’ Tiongkok itu, sudah belasan vendor yang gulung tikar.

Demikian rangkuman pendapat dari Direktur Retail Telesindo Shop David Tirta Wijaya dan Head of Department HHP Business Samsung Hioe An Kin dalam kesempatan terpisah di Jakarta, kemarin.

“Fenomena motor Tiongkok itu sangat mungkin terjadi juga dengan ponsel Tiongkok jika tidak ada perbaikan dalam service center. Kami tidak mau ikut-ikutan bertarung di harga, tetapi pendekatannya ke value added dan service center,” kata David usai peluncuran TiPhone E-88.

Hioe An Kin menambahkan, nasib ponsel Tiongkok tak akan berumur panjang, karena memang tidak berkualitas dan tidak didukung layanan purna jual. “Sekarang ini bermunculan merek lokal, tapi buatan Tiongkok. Tapi kemunculannya tidak disertai dengan kualitas dan purna jual. Besar kemungkinan, merek yang bisa bertahan paling lima merek saja, selebihnya berguguran,” kata dia.

Menurut An Kin, tidak mudah bagi ponsel Tiongkok untuk menelikung merek terkenal (branded). Apalagi ponsel branded telah rata-rata memiliki jaringan purna jual yang luas serta kualitas produk yang terjaga. “Meski pemerintah telah menerapkan bea masuk (BM) 0% untuk ponsel yang diimpor dari Tiongkok, tetap saja tidak menolong,” kata dia.

Namun, menurut David, pihaknya tidak main-main dalam menggarap pasar ponsel di Indonesia. Pihaknya memiliki layanan purna jual dan jaringan distribusi yang terbentang dari Aceh hingga Papua. ’’Kami serius menggarap pasar Indonesia,’’ ujar David.

David menyebutkan, distribusi Tiphone tersebar pada lebih dari 500 outlet yang masuk dalam jaringan ritel Telesindo. Selain itu, TiPhone juga menggandeng Telkomsel untuk program bundling dengan target penjualan sebanyak dua juta ponsel.

“Kami bersyukur bisa bekerja sama dengan Telkomsel, karena memiliki pelanggan paling besar di Indonesia dan secara network jaringannnya terluas,” jelasnya.

Pabrik di Tiongkok

Sementara itu, PT Cipta Multi Usaha Perkasa (CMUP) menjajaki pembelian pabrik ponsel di Tiongkok sebagai basis produksi ponsel yang akan dikirim ke Indonesia. Keinginan membeli pabrik di negeri tirai mambu tersebut sejalan dengan tingginya permintaan ponsel di Tanah Air.

"Kami sedang melakukan kajian pembelian pabrik. Kalau memang memungkinkan dari sisi keuangan, mengapa tidak," kata Direktur Utama PT CMUP Djatmiko Wardoyo usai penandatangan kerja sama dengan Samsung Electronics Indonesia Mobile Phone Division, di Jakarta, Kemarin.

Total penjualan ponsel di Indonesia pada 2010 diperkirakan mencapai 40 juta unit, meningkat dari penjualan sekitar 25 juta pada 2009. Sekitar 10-12%-nya merupakan pangsa pasar ponsel asal Tiongkok.

Selain membeli pabrik, pihaknya pada kuartal I 2010 akan meluncurkan ponsel merek lokal. Hingga kini Global Teleshop mengelola jaringan ritel seluler di 110 kota pada 28 propinsi, terdiri atas 286 outlet Global Teleshop, 21 outlet Nokia Branded Retail, 20 outlet LG Mobile Showroom and Service Center, dan 15 gerai Halo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar