INDONESIA masih menjadi negara dengan tingkat pembajakan piranti lunak (software) tertinggi ke-8 di dunia. Tingkat pembajakan pada 2009 mencapai 86% dengan nilai kerugian sebesar US$ 886 juta.
Data penelitian Business Software Alliance (BSA) dan firma riset International Data Corp (IDC) menyebutkan, tingkat pembajakan software pada 2009 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang 85%. Sedangkan nilai kerugian yang diakibatkannya naik dua kali lipat lebih, yakni dari US$ 411 juta pada 2008 menjadi US$ 866 juta pada 2009.
“Penetrasi komputer (PC) yang tinggi di negara-negara berkembang menjadi salah satu penyebab meningkatnya nilai pembajakan,” kata Perwakilan dan Juru Bicara BSA Indonesia Donny A Sheyoputra di Jakarta, Selasa (11/5).
Secara regional, tingkat pembajakan software komputer di kawasan Asia Pasifik mengalami penurunan dari 61% pada 2008 menjadi 59% pada 2009. Dampak resesi juga memengaruhi penurunan tingkat pembajakan global di 54 negara, dan hanya meningkat di 19 negara.
Meskipun tingkat pembajakan software komputer menurun, nilai komersial software ilegal di kawasan Asia Pasifik justru meningkat hingga US$16,5 miliar. Pertumbuhan yang cepat di sejumlah negara dengan tingkat pembajakan software yang tinggi seperti Tiongkok, India, dan Brazil menjadi pendorongnya.
Studi Pembajakan Software PC 2009 BSA/IDC juga mencatat porsi software ilegal di dunia mengalami kenaikan dari 41% di tahun 2008 menjadi 43% di tahun 2009. Nilai pembajakan secara global menurun 3% dari US$54,9 miliar di tahun 2008 menjadi US$51,4 miliar.
Donny menyebutkan, total pengapalan PC di Indonesia pada 2009 mencapai 3,3 juta unit. Angka ini mengalami peningkatan 72% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,4 juta unit.
Baru-baru ini, IDC juga memprediksi pengapalan PC di Indonesia pada tahun ini bakal melonjak menjadi 5,1 juta unit. Meskipun tingkat pembajakan menurun, nilai bisnis ilegal tersebut dapat semakin meningkat.
“Dengan semakin banyak PC yang terjual, peluang penyebaran software ilegal akan semakin besar,” jelas Donny. Pembajakan software ini mencakup sistem operasi, software sistem, dan software aplikasi pada PC konsumer maupun korporat.
Tingkat Pembajakan Software Dunia (2009)
Ranking | Negara | Tingkat Pembajakan |
1 | Georgia | 95% |
2 | Zimbabwe | 92% |
3 | Bangladesh & Moldova | 91% |
4 | Armenia & Yaman | 90% |
5 | Sri Lanka | 89% |
6 | Azerbaijan & Libya | 88% |
7 | Belarusia & Venezuela | 87% |
8 | Indonesia | 86% |
9 | Irak, Ukraina, dan Vietnam | 85% |
10 | Aljazair & Pakistan | 84% |
Sumber: BSA/IDC Global Software Piracy Study 2009
Edukasi dan Tindakan Hukum
Dalam kesempatan terpisah, Presdir PT Microsoft Indonesia Sutanto Hartono mengatakan untuk mengurangi pembajakan diperlukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan software asli, selain tindakan hukum.
Microsoft telah mengampanyekan penggunaan software asli melalui Microsoft Zone di Mal Mangga Dua, Jakarta. Para pengunjung Microsoft Zone dapat mengikuti pelatihan Microsoft Windows dan Office secara gratis.
“Kami akan memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa menggunakan software bajakan rentan terhadap virus dan mengancam keamanan berkomputasi,” jelas Sutanto.
Sementara itu, Direktur PT Zahir Accounting Muhammad Ismail Thalib menyatakan prihatin terhadap tingginya pembajakan software Indonesia. Pembajakan tidak hanya merugikan perusahaan software lokal, tapi juga merugikan negara.
Perusahaan software, baik lokal maupun internasional, merugi karena produk orisinalnya yang harga lisensinya jutaan rupiah harus bersaing dengan produk bajakan yang harganya hanya puluhan ribu rupiah. “Kami sebagai pengembang software akuntansi turut menjadi korban pembajakan. Kami kuatir industri kreatif akan terhambat kalau produknya terus dibajak,” keluh Ismail.
Dia meminta aparat hukum lebih memperhatikan upaya penegakan hukum bagi para pembajak. Pasalnya, selama ini, kasus pembajakan software masih mendapat perhatian kecil dari aparat hukum dibandingkan pembajakan cakram optik.
Donny mengharapkan tindakan hukum dapat menjadi opsi terakhir untuk mengurangi tingkat pembajakan di Indonesia. Adapun hal-hal yang dapat menurunkan tingkat pembajakan meliputi program-program legalisasi yang ditawarkan pengembang software, kampanye pemerintah dan edukasi bagi industri, kegiatan penegakan hukum, serta peralihan teknologi seperti meningkatnya penerapan Digital Rights management (DRM) dan meluasnya pemakaian Software Asset Management (SAM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar