Jumat, 21 Mei 2010

XL Segera Uji Coba LTE

TIGA operator besar di Indonesia telah berkomitmen untuk mengimplementasi layanan internet kecepatan tinggi berteknologi Long Term Evolution (LTE). Namun pemerintah merasa belum perlu mengeluarkan regulasi dan frekuensi untuk LTE.

PT XL Axiata menjadi salah satu operator yang telah menunjuk vendor jaringan untuk melakukan uji coba akses 4G pada tahun ini. Sedangkan Telkomsel telah lama menguji coba LTE bersama Singapore Telecom (Singtel).

“Kalau pemerintah belum memberikan izin trial LTE, mungkin kami akan mengujicobanya di dalam ruangan,” kata Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi di sela pembukaan Indonesia Berprestasi Award 2010 di Jakarta, Kamis (20/5).

Uji coba ini, lanjut Hasnul, akan dimulai sekitar akhir tahun ini selama enam bulan. XL yang telah menggandeng PT Ericsson Indonesia sebagai vendor penyedia perangkat LTE mengajak pemerintah dan kalangan akademisi untuk bersama-sama mengkaji penerapan LTE di Indonesia. “Kami masih menunggu perangkatnya datang,” kata Hasnul.

LTE yang merupakan evolusi terakhir dari proyek 3rd Generation Partnership Project (3GPP) didesain untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan pada perangkat bergerak. Saat ini, sejumlah negara mulai melakukan demonstrasi layanan LTE dengan kecepatan unduh maksimum hingga 173 megabit per second (Mbps).

Hasnul mengakui ketersediaan perangkat jaringan hingga perangkat bergeraknya masih terbatas dan mahal. “Di luar negeri, harga handset LTE juga masih tinggi. Kemungkinan teknologi ini baru bisa diterapkan secara komersial dua sampai lima tahun lagi,” jelas dia.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menegaskan tidak akan terburu-buru mengeluarkan regulasi untuk layanan teknologi LTE. Pemerintah masih akan mengkaji mulai dari alokasi frekuensi hingga aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk infrastrukturnya.

“Di Eropa saja, LTE belum matang. Jadi, kita tidak perlu buru-buru mengadopsinya,” kata Tifatul.

Teknologi LTE dikenal fleksibel dalam penempatan spektrum frekuensi, dari 700 MHz hingga 2,5 GHz. Namun, vendor menyediakan perangkat jaringan LTE untuk frekuensi 2,5 GHz pada sebagian besar wilayah Asia.

Seperti diketahui, frekuensi ini telah ditempati oleh satelit Protostar II milik PT Media Citra Indostar (MCI) untuk layanan televisi berbayar Indovision. Pihak MCI beberapa waktu lalu menyatakan keberatannya jika lahan mereka harus digusur.

Tifatul pun menegaskan pihaknya tidak akan ‘main paksa’ dalam mengalokasikan frekuensi. “Kami belum akan menggeser frekuensi, khususnya Indovision, karena hal itu tidak gampang,” jelasnya.

Regulatur Harus Tegas

Sementara itu, Sekjen Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro minta pemerintah tegas dalam mengembangkan layanan 4G atau LTE. Konsekuensinya adalah GSM dan 3G harus dimatikan dan teknologi Wimax (operator BWA) jadi usang.

”Pemerintah terlihat tidak berdaya untuk menariknya, dan tidak konsisten dengan aturan yang dibuatnya. Pemerintah juga tidak tegas dalam mengatur spektrum,” ujar Mas Wig.

Pemerintah, kata Mas Wig, diharapkan tetap pada posisinya dan tidak kompromistis terhadap bujukan vendor atau desakan operator. “Jika pemerintah memang mengarah ke LTE, GSM dan 3G harus dimatikan. Atau sebaliknya, manfaatkan 3G seoptimal mungkin hingga layanannya benar-benar bagus dan abaikan LTE,” kata dia.

Mas Wig amat khawatir, keputusan pemerintah mengakomodasi LTE akan menjadikan Wimax yang sedang dikembangkan perusahaan dalam negeri menjadi usang dan mubazin. Sebanyak 30 operator Broadband Wireless Access (BWA) yang baru saja mendapat lisensi juga bakal gulung tikar sebelum beroperasi secara komersial.

“Ingat, kita hanya pengguna bukan produsen teknologi,” ujar Mas Wig.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar