Kamis, 06 Mei 2010

Sigma Fokus Garap TI Bank Mikro

PT SIGMA Cipta Caraka (Sigma) menyatakan komitmennya melayani bank-bank mikro di Indonesia. Anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ini menargetkan solusi teknologi informasi Sarana Transaksi Keuangan (Satu) dapat dinikmati sekitar 200 bank perkreditan rakyat (BPR).

“Target kami paling tidak melayani 10% dari total BPR yang ada di Indonesia,” kata Presdir Sigma Djarot Subiantoro di sela Asia Pacific Conference & Exhibition (Apconex) 2010 di Jakarta, Kamis (29/4).

Dia mengatakan, rata-rata setiap BPR memiliki 25 kantor cabang. Untuk itu, bank membutuhkan sistem perbankan yang real time untuk memantau operasionalnya secara online.

Sayangnya, bank-bank kecil memiliki keterbatasan kemampuan untuk berinvestasi dalam teknologi informasi (TI). “BPR memiliki tantangan dalam keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten dalam menangani masalah TI,” kata Sekjen Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto.

Layanan Satu dikembangkan dengan konsep berbagi dimana seluruh fasilitas yang ada dapat diakses oleh pelanggan secara bersamaan. Namun, Sigma tetap menjaga prinsip kerahasiaan data nasabah sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Solusi ini membantu bank mengelola sistem inti perbankan (tabungan deposito berjangka, pinjaman, akuntansi, laporan operasional dan keuangan) secara terpusat, terintegrasi, informatif, dan fleksibel. Selain itu, Satu juga memberikan kontrol terpusat dan pelayanan nasabah secara online dan real time, serta fasilitas data center dan disaster recovery.

Satu juga dilengkapi dengan fasilitas SMS banking dan terintegrasi dengan jaringan ATM nasional, sehingga BPR dapat mengembangkan produk-produk yang lebih menarik. Djarot menyimpulkan pola bisnis solusi ini tidak berbeda jauh dengan solusi cloud computing yang mengesampingkan belanja modal (capex) dan mengandalkan biaya operasional (opex) perusahaan.

Djarot mengatakan satu kantor BPR cukup berinvestasi sekitar Rp3-7,5 juta untuk layanan ini.

Saat ini, solusi Satu telah digunakan oleh 18 BPR dan koperasi yang memiliki sekitar 120 kantor di Indonesia. “Kami akan terus meningkatkan standar mutu pelayanan Satu kepada pelanggan untuk mengejar target tersebut,” tutur Djarot.

Baru-baru ini, perwakilan BPR meminta regulator untuk membuatkan cetak biru (blueprint) pembagian strata BPR berdasarkan aset. Blueprint tersebut dapat membantu para vendor TI memberikan solusi-solusi yang sesuai dengan kemampuan BPR.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar