Rabu, 23 Desember 2009

Huawei Geser NSN, Ericsson Masih Teratas

JAKARTA – Huawei mengklaim telah menjadi vendor perangkat telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia, setelah Ericsson. Namun, Nokia Siemens Network (NSN) tak gentar dengan makin berkibarnya vendor perangkat telekomunikasi asal Shenzhen, Tiongkok itu. Sedangkan Ericsson terus mewaspadai geliat Huawei itu.

Demikian disampaikan Deputy Director of Costomer Solutions and Sales Support Division PT Huawei Tech Investmen Dani K Ristandi, Vice President Marketing and Communications Division PT Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati dan Head Customer Marketing & Communication Regional Marketing Nokia Siemens Network (NSN) Asia Pasifik Harith Menon di Jakarta, Selasa (22/12).

Dani mengatakan, kontrak penjualan yang telah ditandatangani dengan 10 operator telekomunikasi Indonesia pada tahun lalu mencapai US$ 845 juta atau naik 52% dibanding tahun sebelumnya. “Pada tahun ini, kami yakin kontrak sales Huawei bisa mencapai US$ 1 miliar atau naik 18%. Tahun depan, kami juga yakin, kontrak sales Huawei akan naik lagi. Mungkin di atas 20%,” kata dia.

Secara global, kontrak sales Huawei pada tahun ini diperkirakan mencapai US$ 30 miliar atau naik 29% dibanding perolehan tahun lalu yang US$ 23,3 miliar. “Secara global, kami sekarang di posisi kedua untuk mobile device dengan pangsa 20,1%,” kata Dani.

Bahkan, lanjut Dani, untuk fixed network, Huawei adalah pemimpin, baik pada perangkat optical, NGN core, maupun access. Sedangkan pada SP Router, Huawei masih berada di peringkat ketiga di bawah Ericsson dan NSN.

Menurut Dani, ada tiga tantangan terbesar operator telekomunikasi di Tanah Air. Pertama, adalah bagaimana mendongkrak belanja pulsa pelanggan (ARPU) per bulan yang saat ini turun sekitar 20%. Kedua adalah bagaimana meningkatkan kapasitas bandwidth, dan yang ketiga adalah menurunkan cost.

Oleh karena itu, lanjut dia, Huawei menawarkan dukungan berupa network, service, software, dan terminal. Dukungan ini pada ujungnya adalah sebagai upaya menghadirkan layanan telekomunikasi berkualitas dengan biaya yang lebih efisien.

“Kami memiliki solusi (solutions) yang end to end, dengan keahlian (expertise) dan ketrampilan (experience) yang tak diragukan. Huawei kini telah menjalin kerja sama dengan 50 operator terbesar di seluruh dunia,” kata Dani.

Telkomsel baru-baru ini telah mengumumkan untuk mengganti seluruh perangkat infrastruktur telekomunikasinya di Pulau Jawa dengan perangkat Huawei. Ketika mengimplementasikan teknologi high speed packet access (HSPA) + yang mampu menghantarkan data berkecepatan hingga 21 megabit per detik (Mbps), Telkomsel menggunakan produk Huawei. Sedangkan Indosat, untuk HSPA+, menggunakan produk Ericsson.

Dengan bakal diimplementasikannya China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA) pada 2010, produk-produk telekomunikasi asal negeri tirai bambu itu makin berkibar. Implementasi CAFTA diyakini bakal membuat murahnya harga produk dari Tiongkok di Tanah Air.

"Kami tak takut berkompetisi di pasar Indonesia dengan produk dari Cina (Tiongkok). Harga bukan segalanya di industri telekomunikasi, yang jelas layanan akan lebih berperan," ujar Harith Menon.

Menurut Harith, NSN telah mereorganisasi diri untuk menghadapi kompetisi di masa depan. Reorganisasi yang dilakukan antara lain, membentuk unit bisnis, jaringan, dan solusi global. Reorganisasi itu juga termasuk rencana mem-PHK 5,760 orang dari total karyawan NSN yang sekitar 64 ribu. Sedangkan mengenai ‘kekalahan’ NSN dari Ericsson dan Huawei pada perangkat jaringan HSPA+, Harith juga tak khawatir karena masih dianggap sebagai ‘kekalahan kecil’.

"Ini pertempuran jangka panjang. Harga bukan segala-galanya. Masih banyak teknologi yang bisa dijadikan ajang pertempuran. Kami telah menyiapkan business solution, network system, dan global solution guna menghadapi kompetisi dengan vendor lain," kata Harith.

Sementara itu, Hardyana Syintawati menyambut baik persaingan antarvendor telekomunikasi selama persaingan berlangsung sehat. "Tapi kami terus mewaspadai persaingan ini dengan memperkuat komitmen kami di Indonesia," kata dia.

Ericsson yang mengklaim sebagai penyedia perangkat selular teratas di Indonesia memiliki organisasi yang kuat dengan dukungan sumber daya lokal yang kompeten. Selain itu, perusahaan asal Swedia ini mengaku memiliki perlengkapan teknologi jajaran terdepan. "Dua hal tersebut yang menjadi pembeda kami dengan kompetitor," kata dia.

Menurut dia, vendor bisa saja bersaing dalam harga karena dalam menjual barang yang sama, harganya pun tidah akan jauh berbeda. Namun, industri saat ini juga mempertimbangkan nilai lebih yang didapat dari perangkat yang ditawarkan.

Pangsa Pasar Mobile Device Global Kuartal III

2009

2008

Ericsson

32%

32%

Huawei

20,1%

11%

NSN

19,5%

24%

Alcatel-Lucent *)

12%

14%

ZTE *)

8%

4%

Sumber: Dell'Oro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar