Rabu, 16 Desember 2009

XL dan Axis Minati Lisensi SLI

JAKARTA – Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) memperkirakan pertumbuhan trafik Sambungan Langsung Internasional (SLI) sekitar 5-6% per tahun. PT Excelcomindo Pratama Tbk (EP) dan PT Natrindo Telepon Seluler (NTS) tergiur juga dengan bisnis SLI.

Keinginan kedua operator tersebut memiliki lisensi SLI itu keluar dari mulut anggota BRTI Heru Sutadi di Jakarta, pekan lalu.

Sebenarnya, hampir seluruh operator seluler menyatakan minat untuk memiliki lisensi SLI sendiri, tapi hanya kedua operator ini yang sudah mengajukan secara resmi.

Pernyataan minat secara resmi dari kedua operator GSM itu, kata Heru, sudah ditindaklanjuti. Saat ini, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) sedang menyusun waktu untuk membicarakannya bersama Menkominfo Tifatul Sembiring untuk membahas mekanisme tender.

“Kan menterinya baru. Jadi, perlu kami bicarakan dulu apakah mekanisme tendernya perlu diubah atau tetap memakai yang lama,” kata dia.

Selain itu, materi lainnya berupa besar kompensasi yang akan diterima negara dari dikeluarkannya lisensi SLI. Lisensi SLI ini berbeda dengan lisensi 3G dan broadband wireless access (BWA) yang mengharuskan operator pemenang tender menyetorkan dana dengan besaran tertentu.

Untuk pemberian lisensi SLI tidak dipungut biaya. Namun, ujar Heru, pemerintah tetap perlu mendapatkan kompensasi atas pemberian lisensi SLI itu. Oleh sebab itu, bentuk dan besaran kompensasi atas pemberian tersebut masih perlu dibicarakan lagi.

Heru menepis rumor bahwa operator ingin memiliki layanan sendiri karena adanya pengaduan penyalahgunaan saluran. Komunikasi yang dipakai pengguna SLI diduga bukan dari jaringan resmi, melainkan memakai voice over Internet protocol (VoIP).

“Itu laporan dari masyarakat yang perlu kami cek dulu kebenarannnya,” kata dia.

Menurut dia, besarnya minat mereka karena pertumbuhan trafik SLI terus tumbuh setiap tahunnya, sekitar 5-6%. Untuk melayani pelanggannya agar bisa berkomunikasi ke luar negeri, operator yang tidak memiliki lisensi SLI terpaksa menyewa jaringan dari operator yang sudah memiliki lisensi SLSI, seperti PT Telkom, PT Indosat, dan PT Bakrie Telecom.

Selain itu, sentral gerbang internasional (SGI) yang mereka punya mayoritas hanya jalur Batam-Singapura. BRTI mengimbau kepada operator untuk membuka gerbang baru seperti Sulawesi-Filipina atau lainnya. Pembukaannya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi gangguan pada gerbang ini sehingga bisa memakai gerbang lainnya.

Sementara itu, Head of Regulatory PT EP Nies Purwati mengatakan, rencana korporasi memiliki jaringan SLI sendiri murni dari kepentingan bisnis masa depan. Hasil pemantauan di internal XL ternyata ada kenaikan trafik SLI yang signifikan. Dari sekitar 26 juta lebih pelanggan XL, ternyata banyak juga yang memakai XL untuk komunikasi internasional.

“Kenaikan itu kami hitung secara bisnis dan ternyata layak untuk dijadikan layanan nilai tambah bagi pelanggan,” kata dia.

Tapi, Nies menolak untuk mempublikasikan SGI yang akan dipakai XL. Sekarang ini, XL masih menunggu mekanisme tender yang akan diberlakukan. Pada saatnya nanti, semua akan dijelaskan pada publik bila regulasi mengenai tender sudah resmi diberlakukan.

Sementara itu, Head of Corporate Communications PT NTS (operator Axis) Anita Avianty belum bersedia memberikan komentar tentang rencana ini. Pada dasarnya, perusahaan tetap berminat untuk membuka SLI sendiri. Tapi, keputusannya masih menunggu kebijakan baru dari Depkominfo dan hasil rapat internal perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar