Selasa, 19 Januari 2010

Global Teleshop Tak Lagi Hanya Jual Nokia

GLOBAL Teleshop (GT) kini tak lagi hanya menjual ponsel merek Nokia, tapi menjual produk lain keluaran LG, Apple (iPhone) dan Research In Motion (BlackBerry). Pada tahun ini, distributor ponsel ini menargetkan penjualannya tumbuh 15-20%.

Direktur Utama Global Teleshop Djatmiko Wardoyo mengatakan, target tersebut berangkat dari permintaan yang cenderung naik dari waktu ke waktu. Apalagi, konsumen saat ini cenderung memiliki ponsel lebih dari satu unit.

"Pastinya, penjualan kami tahun lalu tumbuh 15% dibandingkan tahun 2008," kata Djatmiko Wardoyo di Jakarta, Kamis (14/1).

Dia menjelaskan, penjualan GT selama ini rata-rata mencapai 100-1.000 unit per gerai. Sekarang, outletnya berjumlah 258 gerai di seluruh Indonesia. Dengan demikian, total penjualan ponsel di seluruh gerai GT mencapai 25,8 – 258 ribu ponsel per tahun.

Untuk meningkatkan penjualan ponsel, lanjut dia, GT tidak lagi hanya memasarkan ponsel merek Nokia, tapi ponsel merek LG Mobile, BlackBerry, dan iPhone.

Perubahan posisi dari retailer satu merek menjadi multibrand itu tak lain untuk merespons perkembangan pasar dalam setahun terakhir ini dengan realistis. Saat ini, ponsel telah menjadi barang komoditas sehingga perusahaan yang menaungi GT, PT Cipta Mulia Usaha Perkasa, harus lebih fleksibel dan membaca setiap peluang.

Umumnya, ponsel yang dipasarkan model Qwerty. Model ini, ujar Djatmiko, belum mengarah pada titik jenuh. Hal ini disebabkan fitur Facebook masih menjadi fenomena sepanjang 2010.

General Manager Mobile Communication Division PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) Usun Pringgodigdo mengingatkan, tren ponsel Qwerty akan ditelikung ponsel layar sentuh (touch screen). Model ini mulai banyak peminatnya dan diproyeksikan melengkapi model ponsel yang sudah ada.

Memang sekitar tiga tahun silam tren ponsel sempat mengarah ke model lipat. Tapi, masa kejayaannya hanya sekitar tiga tahun. Kini, ujar dia, model layar sentuh bakal menjadi andalan. Apalagi harga ponselnya mulai turun.

"Kalau harganya sudah di bawah Rp 2 juta, ponsel layar sentuh akan banyak dibeli masyarakat," kata dia.

Djatmiko mengakui adanya kenaikan permintaan ponsel layar sentuh. Akan tetapi, kenaikannya belum signifikan dan masih di bawah ponsel lipat, candy bar, serta Qwerty.

Secara umum, ponsel layar sentuh masih belum diterima pasar Indonesia. Karena itu, edukasi untuk penggunaaannya masih perlu ditingkatkan. Butuh proses panjang agar masyarakat beralih ke ponsel layar sentuh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar