Jumat, 29 Januari 2010

IMO Siap Rilis Ponsel Berbasis Android

PEMBERLAKUAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-TIONGKOK

Ponsel Bermerek Tak Gentar Hadapi Ponsel Lokal

Oleh Imam Suhartadi dan Encep Saepudin

JAKARTA - Vendor ponsel LG dan Sony Ericsson tidak gentar menghadapi banjirnya ponsel asal Tiongkok akibat berlakunya perdagangan bebas Asean-Tiongkok (AC-FTA). Ponsel lokal asal negeri tirai bambu itu tak akan mampu menggeser dominasi ponsel bermerek.

Pertarungan yang ketat hanya akan terjadi pada segmen pasar kelas bawah (low end) yang berharga di bawah Rp 1 juta per unit. Sedangkan pasar ponsel segmen kelas menengah ke atas tetap akan dikuasai vendor bermerek. Namun, ponsel lokal juga mulai masuk pasar kelas menengah atas dengan menghadirkan ponsel pintar, seperti Qwerty atau berbasis Android.

Demikian rangkuman pendapat yang dihimpun Investor Daily dari Product Group Marketing Manager Sony Ericsson Mobile Communications Samudro Seto, General Manager LG Mobile Communication Indonesia Usun Pringgodigdo, dan Presiden Komisaris TiPhone Mobile Indonesia Hengky Setiawan. Mereka dihubungi terpisah belum lama ini.

Samudro Seto mengatakan, pihaknya tetap yakin pasar Sony Ericsson tidak akan tergerogoti dengan membanjirinya ponsel asal Tiongkok. Sebab, Sony Ericsson lebih banyak bermain di segmen menengah atas. Saat ini, Sony Ericsson berada di posisi kedua di pasar ponsel nasional setelah Nokia.

Namun, Samudro mengakui, ponsel jenis low end menguasai sekitar 50% dari total pasar ponsel di Indonesia. Sedangkan ponsel mid end dan high end masing-masing 30% dan 20%. Meski proporsinya tidak sebesar pasar low end, kedua pasar ini diperkirakan menyumbang kontribusi pendapatan yang lumayan. Segmen pasar tersebut juga tidak terlalu terpengaruh dengan gonjang-ganjing ekonomi nasional.

“Jadi, jangan heran jika ponsel yang dijual di atas harga 10 juta juga masih laku di Indonesia,” ujar Samudro.

Pemberlakuan AC-FTA, menurut dia, tak akan membuat vendor ponsel besar tergeser. “Kami melihat masih terlalu dini ancaman membanjirnya ponsel dari Tiongkok ke Indonesia,” tegas dia.

Sony Ericsson optimistis bisnisnya akan tumbuh 18-20% tahun ini. Pada awal 2010, kata Samudro, Sony Ericsson meluncurkan Xperia X2, ponsel multimedia terbaik di kelasnya. “Kami ingin terus berinovasi demi memperkuat penetrasi di pasar mid end dan high end, sekaligus meningkatkan layanan purna jual yang dibutuhkan pengguna Sony Ericsson,” tambahnya.

Usun Pringgodigdo juga tak yakin, AC-FTA bakal memengaruhi penjualan ponsel LG. “Bea masuk terhadap produk ponsel sudah 0% sejak beberapa tahun terakhir. Meski ada FTA, pasar ponsel di Indonesia tidak akan berpengaruh,” jelas Usun.

Meski demikian, lanjut Usun yang sebelum menjadi eksekutif puncak di Nokia Indonesia, LG berencana merilis 10 seri ponsel terbaru sepanjang 2010 agar pangsa pasarnya di Indonesia bisa meningkat tiga kali lipat. Tahun lalu LG merilis tak sampai 10 seri ponsel baru.

Demand masyarakat untuk produk ponsel akan meningkat dibanding tahun lalu. Itu sebabnya kami berani mematok target peningkatan market share sampai 300%,” kata Usun.

Ditempat terpisah, Hengky Setiawan menuturkan, AC-FTA memberikan peluang lebih bagi ponsel-ponsel Tiongkok untuk meningkatkan penetrasi pasarnya, khususnya di segmen low end dan mid end. Penjualan ponsel TiPhone awal 2010 naik 300% menjadi 100 ribu unit dibanding Desember 2009 yang hanya sekitar 30 ribu unit.

“Kami perkirakan hingga akhir bulan ini mencapai 200 ribu unit dan menjadi 500 ribu unit pada kuartal I,” katanya.

Menurut dia, ada dua kunci agar produk Tiongkok bisa bertahan, yakni branding dan service center. Untuk penjualan, Tiphone menggandeng Telesindo Shop yang memiliki 500 outlet di 128 kota di seluruh Indonesia. Untuk service center, pihaknya menargetkan bisa menggapai seluruh Indonesia pada tahun ini.

“Cobalah jalan-jalan ke pusat penjualan ponsel, seperti di Roxy. Saat ini tiap toko bisa menjual 10 merek branded dan 10 merek Tiongkok per hari,” kata Hengky.

BOX

PT KONTEN Indomedia Pratama, pemegang merek ponsel IMO, meluncurkan ponsel pintar (smartphone) berbasis Android. Ponsel yang dihargai Rp 4 jutaan itu akan hadir pada awal Maret 2010.

Presiden Direktur PT Konten Indomedia Pratama Sarwo Wargono Wiguno mengatakan, pihaknya akan meluncurkan tiga seri ponsel Android. Ini untuk menegaskan bahwa ponsel lokal tak kalah dalam kualitas dan layanan dibanding ponsel bermerek. Sebelumnya, ponsel lokal ramai-ramai meluncurkan ponsel pintar dengan papan ketik Qwerty serta berfitur Facebook dan Twitter.

"Situs jejaring sosial adalah pengerek utama industri ponsel di Indonesia dalam dua tahun terakhir. Tanpa itu, barangkali pasar ponsel di Tanah Air tidak akan seketat sekarang. IMO menyiapkan ponsel canggih berbasis Android dan Windows Mobile," kata Sarwo usai jumpa pers bundling IMO dan Indosat, belum lama ini.

Mengutip hasil survei AC Nielsen, kata Sarwo, saat ini pangsa pasar ponsel lokal mencapai 40% dari total pasar ponsel di Indonesia. Kenyataan itu menjadi bukti bahwa ponsel lokal bisa bersaing dengan ponsel bermerek, seperti Nokia, Sonny Ericsson dan Samsung.

Selain ponsel pintar Androin, lanjut dia, IMO masih akan fokus pada ponsel berteknologi tinggi dan berharga terjangkau. Ponsel berlayar Qwerty masih akan menjadi andalan. Pada awal Maret nanti, IMO berencana mengeluarkan 2-3 produk baru guna melengkapi produk mereka yang berjumlah 39 seri.

Indosat Bundling IMO

Sementara itu, dalam program bundling dengan Indosat, IMO menawarkan ponsel Qwerty seri B189 dengan harga Rp 399 ribu. Ponsel ini untuk menjaring para penyuka jejaring sosial.

Kepala Cabang Surabaya Indosat Nurkholis mengatakan, pasar tersebut mayoritas diisi oleh anak muda yang sudah memadukan antara kebutuhan seluler dan internet. “Gaya hidup yang penuh mobilitas harus dijawab dengan layanan seluler dan ponsel yang mampu memenuhi mobilitas tersebut," ujar Nurkholis.

Menurut dia, ceruk pasar pengguna layanan jejaring sosial masih sangat besar. Masih banyak kelompok masyarakat, terutama dari kelompok menengah ke bawah, yang belum mampu mengakses internet dan situs jejaring sosial.

"Kami memang membidik kelompok menengah ke bawah. Selama ini ponsel berlayar lebar makin mendapat tempat di segmen tersebut," ujarnya.

Layanan IMO kini didukung layanan purna jual di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Pekalongan, Samarinda, Manado, dan Palembang. Pada tahun ini, pihaknya akan menambah 27 service center lagi di beberapa kota lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar