Rabu, 07 April 2010

Peringkat ICT Indonesia di Bawah Vietnam

PERINGKAT Indonesia pada jaringan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) ternyata masih kalah dibandingkan dengan Vietnam di tingkat global. Indonesia berada di peringkat ke-67, sedangkan Vietnam di posisi ke-54.

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak pegunungan dinilai menjadi faktor utama sulitnya pengembangan ICT jika dibandingkan negara-negara lainnya , khususnya di kawasan Asean. Meski demikian, peluang untuk memperbaiki peringkat masih terbuka lebar, terutama setelah proyek-proyek besar di bidang ICT, seperti penggelaran teknologi Wimax, Palapa Ring, dan program 25 ribu desa berdering mulai beroperasi secara penuh.

Demikian rangkuman pendapat dari Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Gatot S Dewa Broto dan Direktur Asia Sales Small Medium Business Cisco Systems Budi Santoso yang dihubungi terpisah oleh Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.

Seperti diketahui, laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) dalam The Global Information Technology Report 2009-2010 yang dirilis beberapa waktu lalu, menunjukkan, peringkat jaringan ICT ternyata masih kalah dengan negara Asean lain, bahkan di bawah Vietnam. Peringkat Vietnam 54, dan Indonesia 67. Padahal, Indonesia berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income), dan Vietnam low income.

Selain Vietnam masih ada Singapura, Malaysia, dan Thailand yang berperingkat lebih tinggi dari Indonesia. Singapura berada di peringkat dua, Malaysia di peringkat 27, dan Thailand di posisi 47. Singapura termasuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi, Malaysia dengan pendapatan menengah, dan Thailand berpendapatan menengah ke bawah.

Gatot berpendapat, laporan The Global Information Technology Report itu belum cukup lengkap. Sebab, laporan itu tidak mempertimbangkan proyek-proyek besar di bidang teknologi dan informasi yang sedang dan sudah dilaksanakan pemerintah seperti penggelaran teknologi WiMax, Palapa Ring, dan program 25 ribu Desa Berdering dan lain-lain.

Karena itu, gatot optimistis, setelah proyek-proyek tersebut mulai operasional, peringkat jaringan ICT Indonesia di dunia akan meningkat. “Kami terima laporan itu sebagai masukan untuk perbaikan. Tetapi harap dipahami kondisi geografis negara ini tidak sama dengan negara-negara ASEAN lainnya,” ujar dia.

Selain persoalan geografis, kata dia, pengembangan teknologi dan informasi juga terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan laporan Bank Dunia beberapa waktu lalu disebutkan Gross Domestic Product (GDP) dan Income Per Kapita berbanding lurus dengan tingkat pengembangan ICT. Hal ini terlihat dalam Networked Readiness Index 2009-2010, sepuluh negara yang berada diperingkat atas merupakan negara dengan kategori tingkat pendapatan high income. Secara berurutan yaitu Swedia, Singapura, Denmark, Swiss, Amerika Serikat, Finlandia, Kanada, Hongkong , Belanda, dan Norwegia.

“Pembangunan ekonomi dan tingkat kesejahterahan masyarakat ikut berpengaruh. Semakin maju suatu negara maka semakin rendah kesenjangan digitalnya,” katanya.

Pendapat senada diutarakan, Budi Santoso. Menurut dia, jumlah penduduk yang besar dengan kondisi geografis kepulauan dan memiliki banyak pegunungan membuat pengembangan ICT tidak semudah negara lainnya. Kondisi tersebut membuat layanan broadband dan infrastruktur internet belum maksimal dibandingkan negara lainnya.

“Wajar kalau masih tertinggal, karena geografisnya berbeda. Disini kondisi alamnya sangat menantang berbeda dengan negara ASEAN lainnya, ” kata Budi.

Implementasi teknologi WiMax, kata dia, bisa merupakan salah satu solusi untuk mendongkrak ranking jaringan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia. Apalagi, teknologi ini lebih murah dibandingkan kabel.

“Daerah-daerah terpencil yang sulit dilayani kabel akan terbantu dengan teknologi WiMax,” katanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar