Selasa, 13 April 2010

Telkom dan Lintasarta Mulai Gelar Wimax

PT TELEKOMUNIKASI Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) mulai membangun jaringan akses internet berteknologi Wimax. Layanan Wimax Lintasarta, bahkan sudah hadir di 19 kota di Indonesia.

Demikian rangkuman pendapat yang dihimpun Investor Daily dari Chief Information Officer (CIO) Telkom Indra Utoyo, Presdir Lintasarta Noor SDK Devi, dan Direktur Pengembangan Bisnis Lintasarta Yudi Rulanto. Mereka dihubungi di tempat terpisah di Jakarta, pekan lalu.

Indra Utoyo mengatakan, Telkom baru merampungkan migrasi lisensi Broadband Wireless Access (BWA) dari frekuensi 3,5 GHz ke 3,3 GHz di tujuh area. Telkom memiliki lisensi BWA 3,3GHz di tujuh area itu, yakni Jabodetabek dan Banten, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

“Migrasi frekuensi baru selesai sepenuhnya dari frekuensi lama 3,5 Ghz ke 3,3 Ghz. Selanjutnya, kami akan memetakan pasar yang akan dijangkau Wimax,” jelas Indra Utoyo kepada Investor Daily di Jakarta, pekan lalu.

Selain tujuh lisensi BWA 3,3 GHz itu, lanjut Indra, Telkom baru saja memenangi tender untuk lisensi BWA pada frekuensi 2,3 GHz. Telkom memiliki lima lisensi BWA 2,3 GHz, sehingga total lisensi BWA yang dimiliki Telkom sebanyak 12 lisensi. Lima area untuk lisensi BWA 2,3 GHz itu adalah Jawa bagian Tengah, Jawa bagian Timur, Sulawesi bagian Utara, Maluku dan Maluku Utara, dan Papua.

Indra mengatakan, Telkom ingin menyambungkan zona-zona BWA yang telah dimiliki Telkom itu, baik pada frekuensi 2,3 GHz maupun 3,3 GHz. Yakni, dari Jadebotabek hingga Papua.

Meskipun sudah menyelesaikan proses migrasi ke frekuensi 3,3Ghz, Telkom tak lantas melemparkan solusi layanan internet berkecepatan tinggi itu ke pasar. “Identifikasi simpul-simpul pasar untuk Wimax memang membutuhkan waktu karena kami harus mengombinasikannya dengan pelanggan Speedy yang ada,” kata Indra.

Selain itu, Telkom memperhatikan efisiensi belanja modal (capex) dalam membuka akses Wimax yang seharusnya sudah dijangkau Speedy. Seperti diketahui, jumlah pelanggan Speedy pada akhir 2009 telah mencapai 1,2 juta satuan sambungan layanan (SSL).

Dia menambahkan, daerah terpencil akan menjadi prioritas target pasar Wimax. “Namun, tak menutup kemungkinan jika akses Wimax akan melengkapi daerah-daerah yang sudah dijangkau Speedy,” kata dia.

Untuk infrastruktur Wimax, Telkom akan memakai perangkat Wimax lokal buatan PT Teknologi Riset Global (TRG). “Kami sudah mengikat kontrak perjanjian kerja sama dengan TRG,” kata Indra. Dalam kontrak tersebut, TRG wajib menyuplai kebutuhan infrastruktur Wimax kepada Telkom selama setahun.

Direktur PT TRG Gatot Tetuko mengatakan, TRG telah bekerja sama dengan pabrikan Kanada, Tranzeo Wireless Technologies, untuk memasok solusi Wimax yang berjalan pada frekuensi 3,3 Ghz maupun 2,3 Ghz.

Untuk memenuhi permintaan dalam negeri, kata dia, pihaknya memproduksi perangkat Wimax itu di pabrik miliknya yang ada di Jakarta, Bandung, dan Batam. Hal ini dilakukan demi memenuhi persyaratan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah (Kementerian Komunikasi dan Informatika).

“Apa yang disampaikan Pak Indra Utoyo itu benar. Tapi kami tidak hanya memasok kebutuhan Telkom,” kata Gatot.

Lintasarta di 50 Kota

Sementara itu, PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) sudah lebih dulu menggelar infrastruktur Wimax di 19 kota di seluruh Tanah Air. Anak perusahaan PT Indosat Tbk ini telah memiliki 38 base station (BS) Wimax di 19 kota. Di antaranya ada di Makassar, Gorontalo, Kupang, Surabaya, Jember, Malang, Semarang, Badung, Tasikmalaya, Purwakarta, Tegal, Padang, dan kota lainnya.

“Kami akan membangun 120 base station lagi untuk memperluas jangkauan Wimax Lintasarta hingga ke 50 kota,” kata Direktur Pengembangan Bisnis Lintasarta Yudi Rulanto.

Lintasarta telah menggandeng vendor penyedia perangkat Wimax lokal, seperti PT TRG, PT Hariff Daya Tunggal Engineering, serta PT LEN Industri (Persero). Ketiga perusahaan nasional ini adalah produsen perangkat Wimax lokal, yang telah memenuhi syarat TKDN.

Sementara itu, Presiden Direktur Lintasarta Noor SDK Devi mengatakan, perusahaannya menjadi yang pertama menerapkan teknologi BWA dengan TKDN yang memenuhi syarat pemerintah (Kemenkominfo). Implementasi pengembangan Wimax telah dilakukan sejak September 2009.

Meskipun demikian, Lintasarta masih berat untuk hijrah sepenuhnya ke spektrum 3,3Ghz karena investasi telah banyak dicurahkan ke frekuensi lama 3,5Ghz. “Namun, batas waktu untuk migrasi ke 3,3 Ghz itu masih sampai Agustus 2011. Hanya saja, capex kami sudah banyak ditanam di frekuensi lama,” kata Yudi.

Lintasarta baru memiliki 85 jaringan di frekuensi 3,3Ghz. Saat ini pihaknya telah memiliki tiga ribu pelanggan korporasi yang menggunakan layanan Wimax pada frekuensi 3,5 Ghz.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar