Jumat, 05 Maret 2010

Android Belum Mengancam Blackberry

HADIRNYA ponsel Android makin meramaikan pertarungan ponsel pintar (smartphone) tahun ini. Namun, ponsel berbasis Android diyakini belum akan menggeser popularitas BlackBerry di Indonesia.

Meski demikian, operator yang memasarkan layanan BlackBerry perlu mewaspadai ekspansi Android, yang menawarkan banyak fitur, terutama yang berkaitan dengan Google. Handset dengan sistem operasi Android hadir dalam beragam merek dan ditawarkan dengan kisaran harga antara Rp 2-5 juta. Bahkan, ponsel lokal siap menawarkan ponsel Android dengan harga di bawah Rp 1 juta.

Demikian rangkuman pendapat yang dihimpun dari Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya, General Manager Direct Sales PT XL Axiata Handono Warih, dan General Manager HT Mobile, Nur Amin di Jakarta, Rabu (3/3).

Teguh memperkirakan, kehadiran Android tidak atau belum akan mengganggu pasar BlackBerry. Pasar BlackBerry, lanjut dia, memiliki segmen tersendiri. Sementara fitur layanan antara ponsel berbasis Android, iPhone dan BlackBerry berbeda-beda.

Menurut dia, setiap handset memiliki karakteristik masing-masing. Seperti BlackBerry kuat di-messaging, iPhone kuat di komunitas dan entertainment. Sementara itu Android sebagai sistem operasi baru yang di-support Google, sangat kuat untuk personal guide.

“BlackBerry punya kekuatan sendiri, dan ponsel Android akan memiliki pasar tersendiri. Meskipun penggunanya bisa saja bersinggungan, tetapi kebutuhan tematik akan kegunaan masing-masing ponsel spesifik. BlackBerry tidak akan tergerus,” kata Teguh.

Meski demikian, dia menilai, peluang Android ke depan memang bisa lebih besar ketimbang BlackBerry. Pasalnya, handset yang berbasis Android beragam dan dikeluarkan banyak vendor ponsel, dibandingkan BlackBerry yang hanya dikeluarkan oleh Research In Motion (RIM). Harga handset Android juga beragam, mulai dari Rp 2,9 jutaan sampai Rp 5 juta.

“Antusiasme masyarakat terhadap Android sudah mulai terlihat. Dari enam seri ponsel Android yang ditawarkan Indosat, pre-order yang masuk sudah mencapai 2.000. Kebanyakan ponsel yang diorder adalah Samsung Galaxy dan Sony Ericsson Xperia 10,” kata Teguh.

Pendapat senada diutarakan Warih, dia menilai hadirnya Android untuk sementara tidak akan mengganggu pasar BlackBerry. Namun, ponsel ini akan menjadi ‘penyeimbang hidup’. Berbeda dengan BlackBerry yang diibaratkan sebagai ’sekertaris’. Pasar Blackberry, Android, serta iPhone tak akan saling menggerogoti, melainkan saling melengkapi.

“Tak selamanya orang bekerja terus, ada kalanya membutuhkan informasi dan hiburan, dan Android memberikan sesuatu yang ‘fresh’, fitur-fitur yang ada di Android mendukung semuanya baik kerja maupun informasi dan hiburan. Inilah yang disebut penyeimbang hidup,” ujar Warih.

Menjual Android, kata dia, merupakan tantangan bagi operator. Sebab, tak banyak operator yang bisa menghadirkan program internet unlimited. “Menjual Blackberry itu sexy, karena pasti ‘laris manis’ dan bandwith bisa dikontrol. Sedangkan Android, itu berbeda, karena program unlimited tidak banyak. Di situlah tantangannya,” kata dia.

Android Lokal

Produsen ponsel lokal yang diproduksi di Tiongkok juga cukup antusias mengantisipasi kehadiran ponsel Android. Namun, harga sistem operasi Android terlalu mahal untuk dibenamkan di ponsel lokal. Oleh karena itu, vendor ponsel lokal mengakalinya agar harga ponselnya terjangkau.

“Sistim operasi Android yang digunakan, kami isitilahkan tidak full Android. Kalau full Android, jelas harganya masih mahal. Sasaran kami menghadirkan ponsel berbasis Android di bawah Rp 1,5 juta. Kalau pakai Android penuh, produknya bisa Rp 2 juta ke atas,” kata Nur Amin.

Dia memperkirakan pada medio 2010, vendor ponsel lokal mulai berlomba meluncurkan ponsel berbasis Android. Langkah ini untuk mengatispasi kejenuhan pasar akan ponsel yang mirip BlackBerry. “Untuk Android, kami masih menjajaki kemungkinan produksinya,” ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar