LAYANAN data menjadi tumpuan pendapatan operator telekomunikasi. Pada akhir tahun ini, pelanggan mobile broadband berteknologi HSPA di Indonesia diprediksi mencapai 9,3 juta atau naik tiga kali lipat dibanding posisi sekarang yang sekitar tiga juta.
Demikian pendapat Country Manager PT Ericsson Indonesia (Ericsson) Arun Bansal, Regional Manager ConsumerLab MUSEA Ericsson Vishnu Sigh, dan Senior Director Services GSM Association (GSMA) Jaikishan Rajaraman pada kesempatan terpisah.
“Pertumbuhan revenue layanan data operator menjadi dua digit sangat mungkin terealisasi, tergantung strategi operator,” jelas Arun di Bandung, Sabtu (6/3).
Dalam kurun waktu 2005-2009, survei ConsumerLab mencatat penggunaan layanan data (broadband) meningkat dari 4% menjadi 8%. Meski demikian, layanan tradisional seperti suara dan SMS masih mendominasi penggunaan ponsel di Tanah Air pada tahun lalu. “Pertumbuhan layanan data juga didukung oleh penetrasi smartphone di Indonesia,” tambah Arun.
Vishnu Sigh mengutip hasil studi Comsumer Lab Infocom 2009, yang menyebutkan, pentrasi mobile broadband (melalui ponsel dan komputer/PC) di Indonesia sekitar 3-4%. Ada 52-56% yang tak menginginkan mobile broadband. Sedangkan potensi pasar yang masih bisa digarap sebesar 33-41%.
“Jadi, potensi pasar yang dapat digarap operator telekomunikasi masih sangat besar. Selain itu, pengguna layanan data saat ini masih didominasi anak muda dengan pangsa 5-7%,” kata Vishnu Sigh.
Untuk mendukung tercapainya target pertumbuhan layanan data itu, menurut Arun, operator telekomunikasi harus meningkatkan investasi jaringan. Saat ini, operator yang sudah membangun jaringan generasi ketiga (3G) dengan teknologi high speed packet access (HSPA) adalah Telkomsel dan Indosat.
Tumbuh 193%
Sementara itu, Jaikishan Rajaraman mengatakan, jumlah sambungan mobile broadband HSPA di Indonesia tumbuh 86% dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Saat ini terdapat lebih dari tiga juta sambungan HSPA. "Jumlah tersebut diprediksi terus tumbuh luar biasa, hingga 193%, atau mencapai lebih 9,3 juta sambungan pada akhir 2010,” kata Jaikishan.
Teknologi high speed packet access (HSPA) merupakan kelanjutan dari perkembangan teknologi Global System for Mobile Communications (GSM) atau teknologi GSM generasi 3,5 atau sering disebut dengan teknologi 3,5G. Teknologi ini merupakan kelanjutan dari teknologi GSM generasi ketiga (3G), dan sekaligus merupakan cikal-bakal dari teknologi generasi keempat (4G).
Jaikishan mengatakan, pengguna mobile broadband 3G/HSPA saat ini sudah melampaui jumlah sambungan internet tetap (fixed broadband) yang disalurkan melalui jaringan telepon kabel (fixed line). Hal ini tidak lepas dari munculnya berbagai model smartphone murah (berharga di bawah Rp 1 juta) yang dijual di Indonesia.
Selain itu, jumlah operator telekomunikasi yang telah memiliki lisensi 3G di Indonesia ada lima, yakni PT Telkomsel, PT Indosat, PT XL Axiata, PT Natrindo Telepon Seluler (operator Axis), dan PT Hutchison CP Telecom (operator 3). Namun, menurut Jaikishan, hanya empat operator seluler yang mendorong pertumbuhan HSPA di Indonesia.
"Empat operator seluler terkemuka yang saat ini mendorong pertumbuhan HSPA di Indonesia adalah operator 3, Indosat, Telkomsel dan XL,” kata dia. Jaikishan menafikan peran Axis.
Jaikishan menambahkan, perkembangan mobile broadband di Asia Pasifik bakal signifikan. Ini ditandai dengan investasi yang bakal dibenamkan operator telekomunikasi di kawasan ini, yang menurut perkiraan perusahaan investasi global Deutsche Bank, mencapai US$ 34 miliar. Dana itu akan diinvestasikan untuk pembangunan infrastruktur jaringan mobile broadband dan upgrade jairngan pada 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar