Senin, 29 Maret 2010

Promo Operator Seluler Mengecoh Konsumen

PROMO tarif jasa telekomunikasi murah membanjiri konsumen dengan berbagai skema. Sayangnya, informasi yang disampaikan operator melalui media cenderung tidak transparan dan berbelit-belit.

“Dari data temuan kami, klaim-klaim tarif murah operator tidak sesuai dengan yang diinformasikan ke masyarakat,” kata Sekjen Indonesia Telecommunications Users Group (Idtug) Muhammad Jumadi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/3).

Idtug mencatat tiga operator besar masih gencar menawarkan pola tarif suara ‘murah’ hingga 10 jenis program. “Bahkan, ada operator yang berani menyebutkan perbandingan programnya dengan kompetitor. Promo seperti ini jelas tidak etis,” kata Ketua Umum Idtug Nurul Yakin Setyabudi.

Survei Idtug menunjukkan rata-rata pelanggan memanfaatkan layanan suara selama kurang lebih tiga menit. Sedangkan operator menerapkan pola tarif berdasarkan tujuan komunikasi (on-net dan off-net) dan waktu bicara (pagi dan malam hari).

Ada juga operator telekomunikasi, lanjut dia, yang menawarkan program tarif Rp 0,01 sepuasnya ternyata membatasi pemakaian hingga 30 menit dengan alasan melindungi jaringan. “Promosi tersebut terbukti tidak diikuti kesiapan jaringan dan infrastruktur untuk mendukung kualitas layanan (QoS),” kata Nurul.

Menanggapi banyaknya promo operator yang membingungkan, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia tetap berpegang pada regulasi Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No 9/2008.

“Permen Kominfo No 9/2008 tersebut memberikan keleluasaan operator untuk berpromosi serta melakukan diversifikasi produk atau jasanya,” kata Heru Sutadi, anggota komite BRTI.

Namun, BRTI meminta operator menentukan tarif secara komprehensif sehingga tidak merugikan konsumen. “Jangan sampai operator hanya blow up harga promo, tapi tarif aslinya disembunyikan,” tegas Heru.

Dia mengimbau publik untuk tidak terkecoh oleh beragam jenis promo yang dilempar operator melalui iklan. Operator juga diminta untuk memberikan informasi yang akurat dalam beriklan di media.

“Operator juga harus memperhatikan kemampuan jaringannya sebelum menjual jasanya. Kalau ngga bisa sediakan jaringan, jangan jualan,” tandas Heru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar