Selasa, 02 Maret 2010

Konten SMS Premium Tak Mendidik

LAYANAN SMS premium yang paling banyak diminati oleh pelanggan telepon selular (ponsel) adalah layanan untuk melihat ramalan dan info selebritis. Layanan itu dinilai kurang kreatif, bahkan menjerumuskan masyarakat Indonesia pada hal-hal yang tidak bermanfaat dan tidak mendidik.

Demikian dikatakan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi dan Sekjen Indonesia Telecommunication Users Group (Idtug) Muhammad Jumadi, pekan lalu. Namun, hal itu ditampik Internal Affair Director Indonesia Mobile & Online Content Provider Association (Imoca) Tjandra Tedja.

Anggota BRTI Heru Sutadi mengharapkan, perusahaan penyedia konten (content provider/CP) dan operator telepon seluler bisa menghadirkan konten-konten yang kreatif. CP bertindak sebagai pembuat konten, sedangkan operator selular sebagai pihak yang menyalurkan konten yang dibuat CP kepada pelanggan ponsel.

“SMS premium yang didominasi layanan untuk melihat ramalan dan info selebritis itu kurang kreatif dan tidak mencerdaskan masyarakat,” kata Heru.

Heru mencontohkan, layanan SMS Premium untuk melihat aura, primbon, dan ramalan adalah konten yang paling banyak ditawarkan dan paling banyak diiklankan di media massa, baik media cetak maupun elektronik. Content provider tidak mungkin memiliki kemampuan meramal para pengirim SMS yang ribuan jumlahnya. Selain itu, kenapa masyarakat Indonesia diajarkan untuk percaya pada ramal-meramal?

“Semuanya SMS yang dikirimkan pelanggan ditangani oleh program komputer,” ujar dia.

Contoh lain, lanjut dia, layanan SMS Premium mengenai lelang produk untuk elektronik dan otomotif dengan harga penawaran yang rendah. Selintas, pelanggan bisa memperoleh produk yang ditawarkan tersebut dengan harga yang murah.

“Padahal, itu hanya lelang-lelangan saja, tetap saja nanti diundi dari SMS yang masuk dalam penawaran itu,” kata Heru.

Sementara itu, Sekjen Idtug Muhammad Jumadi menjelaskan, banyak layanan SMS Premium isinya justru membuat masyarakat malas dan tidak kreatif. Masyarakat diiming-imingi (untuk tidak menyebut dibodohi) dengan hadiah uang atau barang bernilai jutaan hingga miliaran rupiah hanya dengan meregistrasi kode nomor tertentu.

“Padahal pulsa mereka disedot terus menerus dan tak bisa berhenti karena sistem unreg-nya terkadang tidak berfungsi,” kata dia. Karena itu, Jumadi menyarankan masyarakat berhati-hati terhadap layanan SMS premium.

Idtug, kata dia, siap melakukan advokasi kepada para pelanggan layanan SMS Premium untuk mendapatkan penggantian atas kerugian yang dideritanya.

Sementara itu, Internal Affair Director Indonesia Mobile & Online Content Provider Association (Imoca) Tjandra Tedja menampik anggapan BRTI dan Idtug itu. Menurut dia, layanan SMS premium yang dihadirkan CP dan operator ponsel, seperti ramalan dan info selebritis tidak membodohi masyarakat.

“Tidak ada keseriusan dalam layanan tersebut. Layanan itu hanya sekadar untuk menghilangkan kejenuhan,” kata dia.

Direktur Imoca itu menampik bahwa layanan SMS Premium itu tidak bermanfaat dan tidak mendidik, tetapi ia mengakui bahwa layanan SMS Premium tersebut memang tidak serius alias memang tak ada manfaat, kecuali menghilangkan kejenuhan dan ‘menghilangkan’ pulsa pelanggan.

“Masyarakat sebagai pelanggan selular juga tidak kami paksa untuk ikut layanan SMS Premium,” kata Tjandra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar