Senin, 01 Maret 2010

Lisensi SLI Baru Tunggu Kinerja SLI Bakrie

KEMENTERIAN Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) belum menambah lisensi Sambungan Langsung Internasional (SLI) hingga ada laporan hasil kajian atas layanan SLI PT Bakrie Telecom Tbk dengan kode 009. Peminat SLI adalah operator XL dan Axis.

Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan, penambahan lisensi SLI berbasis clear channel akan mengacu pada hasil kajian atas laporan kinerja layanan SLI Bakrie Telecom tersebut. Alasannya adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar layanan SLI itu. Hasil kajian selanjutnya disampaikan kepada publik untuk mendapat masukan dari masyarakat.

“Kajian itu didasarkan pada layanan SLI Bakrie Telecom yang telah memperoleh lisensi hampir setahun, kajian tersebut juga mempertimbangkan kondisi bisnis operator SLI existing,” kata Nonot di Jakarta, belum lama ini.

Dia mengatakan, saat ini operator yang telah menggelar layanan SLI adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dengan kode akses 007, PT Indosat Tbk (001 dan 008), serta PT Bakrie Telecom Tbk (009). Sedangkan dua operator telekomunikasi yang berminat dengan layanan SLI adalah PT XL Axiata Tbk (XL) dan PT Natrindo Telepon Seluler (NTS).

Menurut Nonot, pihaknya masih belum memutuskan apakah pemberian lisensi SLI dilakukan melalui lelang atau hasil evaluasi kesiapan infrastruktur masing-masing perusahaan yang mengajukan lisensi. Penomoran kode akses operator SLI baru bisa saja menggunakan kode akses 002, 003, 004, 005, atau 006.

“Kalau hanya dua perusahaan (yang mengajukan lisensi) kemungkinan tanpa tender. Tetapi tetap dibebani ketentuan bahwa dalam penggelaran infrastruktur harus memenuhi yang disyaratkan regulator,” kata dia.

Operator Esia (PT Bakrie Telecom) belum mengungkapkan trafik SLI 009 karena laporan keuangan perseroan 2009 belum diaudit.

Meski begitu, Nonot menegaskan, pemerintah akan selektif dalam pemberian lisensi SLI baru agar kesalahan di masa lalu tidak terulang.

Indosat diketahui memiliki dua kode akses SLI 001 dan 008 hasil merger vertikal perusahaan di masa lalu. “Seharusnya mereka mengembalikan satu kode akses SLI itu sehingga tidak terjadi pemborosan,” ujar Nonot.

Sementara itu, Head of Corporate Communications PT Natrindo Telepon Seluler (NTS) Ania Avianty mengatakan, operator Axis telah mengajukan proposal untuk menjadi penyelenggara jasa SLI. Pengajuan proposal tersebut sejalan dengan pertumbuhan bisnis perusahaan yang cukup pesat.

“Kami telah mengajukan persyaratan yang dibutuhkan, termasuk menghimpun dukungan dari para stakeholder,” kata dia.

NTS saat ini memiliki sekitar enam juta pelanggan dengan 3.700 base transceiver station (BTS). Operator Axis ingin memperluas layanannya dengan memanfaatkan jasa roaming nasional dengan memanfaatkan jaringan milik XL di Sumatera.

Sementara itu, Direktur Corporate Service PT Bakrie Telecom Rakhmat Djunaidi meminta, pemerintah untuk bersikap hati-hati dalam pemberian lisensi SLI. Keputusan pemerintah soal lisensi SLI harus melalui suatu analisa yang komprehensif, serta mempertimbangkan kebutuhan pasar.

Dia mencontohkan, lisensi ketiga yang diberikan kepada Bakrie Telecom pada akhir 2007 dan diluncurkan pada kuartal II/ 2009. Sedangkan Telkom menerima lisensinya pada 2003 dan diluncurkan pada kuartal II/ 2004.

“Kami juga berharap pemerintah dapat memperhatikan dan melindungi investasi yang telah dilakukan oleh para pemain SLI yang ada saat ini,” kata Rakhmat.

Dia mengakui, ada peningkatan grafik percakapan telepon internasional sejak diluncurkan layanan SLI Hemat 009 pada pertengahan April tahun lalu. Bakrie Telecom, kata dia, terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi masyarakat, baik dari sisi tarif maupun kualitas layanan SLI.

Sebagai pendatang baru, kata dia, Bakrie Telecom memerlukan waktu untuk sosialisasi layanan SLI Hemat 009. Layanan ini diklaim memiliki keunggulan dari sisi tarif maupun kualitas suara. Sebab, menggunakan clear channel dan bukan Voice over Internet Protocol (VoIP).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar