Jumat, 19 Maret 2010

Perbankan Nasional Siap Danai Menara

PERBANKAN nasional menyatakan siap dan sanggup mendanai kebutuhan pengusaha lokal membangun menara telekomunikasi. Bahkan, sektor telekomunikasi menjadi pilihan favorit perbankan nasional dalam mengucurkan kreditnya.

Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengemukakan saat ini sudah banyak pembangunan menara yang dibiayai bank-bank nasional. Bank-bank besar, seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), dan Bank BNI sudah menunjukkan ketertarikannya menopang pembiayaan bagi investasi menara.

“Perbankan menganggap sektor telekomunikasi memiliki persepsi risiko rendah. Jadi, sektor ini menjadi salah satu primadona,” jelas Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono di Jakarta, Rabu (17/3).

Pernyataan Ketua Umum Perbanas ini sekaligus menampik keraguan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan yang menganggap perbankan nasional belum terbukti mampu menopang pembangunan infrastruktur telekomunikasi, khususnya menara telekomunikasi.

Group Head Syndicated Loan Bank BNI M Yudayat membenarkan keterlibatan bank nasional dalam pendanaan pembangunan menara di Indonesia. “Kami sudah membiayai beberapa proyek pembangunan menara yang dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor lokal,” jelas Yudayat.

Perbankan menilai, selama ini menara telekomunikasi bukan bisnis negatif. Perbankan menilai, pembiayaan menara layak untuk didukung.

Direktur Bisnis Kelembagaan BRI Asmawi Syam mengatakan, perbankan nasional siap mendanai kebutuhan investasi menara karena sektor telekomunikasi merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional.

Asmawi mengatakan selama ini pembiayaan telekomunikasi sudah didukung bank nasional. Jika ada kebutuhan yang demikian besar, pendanaan bisa dibagi-bagi ke bank lain.

“Kalau ada proyek besar yang masuk seperti pembangunan menara, kita akan lihat kelayakannya,” kata dia.

BRI sudah terlibat dalam pendanaan di sektor telekomunikasi sejak 2007. Dukungan pendanaan itu disalurkan kepada sesama perusahaan BUMN, yaitu Telkom dan anak usahanya, Telkomsel.

Sigit menjelaskan, pendanaan untuk sektor telekomunikasi bisa dicari dari dalam maupun luar negeri. “Tapi, kalau konteksnya operator menara asing yang ingin masuk, BKPM harus berdiskusi lagi dengan Aspimtel (Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi, red),” kata Sigit.

BKPM harus mengkaji persoalan dan kebutuhan pemain lokal di sektor telekomunikasi untuk menghasilkan kebijakan yang menguntungkan semua pihak. “Kalau mereka masih mampu, kenapa mesti ngotot? Jangan sampai kebijakan bertentangan dengan keadaan industri supaya tidak menjadi persepsi buruk,” tutur Sigit.


Pengusaha Lokal Mampu

Sementara itu, pengusaha nasional Sandiaga Uno masih yakin industri menara dapat dikerjakan oleh perusahaan lokal. Selama ini perbankan nasional juga sudah sangat mendukung untuk pembiayaannya.

“Pengusaha nasional sudah sangat mampu mengembangkan industri menara. Oleh karena itu, pemerintah mesti memberi peluang agar mereka bisa menumbuhkembangkan industri menara di dalam negeri,” tegas dia.

Namun, dia tidak menutup kemungkinan bila asing tetap masuk ke sektor menara. “Kalau asing tetap diizinkan masuk, mereka harus masuk lewat perusahaan yang sudah go public. Ini sesuai dengan aturan pasar modal,” kata Sandiaga.

Dia juga mendukung keputusan Menkominfo Tifatul Sembiring dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang ingin memagari industri menara hanya untuk pemain lokal. “Pemerintah harus memperhatikan bahwa banyak pelaku UKM yang hidup di sektor menara. Sehingga, pemerintah perlu berpihak pada mereka,” tandasnya.

Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno juga tidak mempersoalkan apakah asing boleh atau tidak masuk dalam bisnis menara. “Yang kami, dunia usaha, inginkan adalah pemerintah memberikan kepastian berusaha. Jangan sampai aturan itu selalu berubah-ubah,” kata dia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar