Rabu, 28 Juli 2010

Esia Tetap Andalkan Bundling

PT BAKRIE Telecom Tbk (Btel) masih mengandalkan strategi bundling ponsel untuk menyerap pasar layanan telekomunikasi berteknologi Code Division Multiple Access (CDMA). Minimnya ketersediaan ponsel CDMA di Indonesia menjadi peluang operator Esia untuk menyuplai kebutuhan pelanggannya.

“Ketersediaan ponsel CDMA masih sangat kurang. Jadi, para operator harus memastikan suplai ponsel di Indonesia mencukupi kebutuhan,” kata Wakil Dirut Bakri Telecom Erik Meijer di sela peluncuran Hape Esia Ngoceh Slim di Jakarta, Selasa (27/7).

Keterbatasan suplai ponsel salah satunya disebabkan karena adanya penyesuaian parameter konfigurasi produk yang masuk ke Indonesia. “Strategi bundling kami anggap masih sangat efektif karena ponsel murah masih menjadi competitive advantage operator CDMA,” jelas Erik.

Selain itu, lanjut dia, akuisisi pelanggan juga terbantu skema tarif fixed wireless access (FWA) serta layanan nilai tambah (value added service/VAS) yang dibubuhkan ke dalam ponsel.

Saat ini, operator dengan 11 juta pelanggan ini telah menjalin kerja sama dengan beberapa vendor, di antaranya Huawei, Haier, LG, dan Nokia. “Kami telah meluncurkan sekitar 20 tipe ponsel melalui strategi bundling. Estimasi saya, sekitar 50% pelanggan Esia merupakan pengguna ponsel bundling,” papar Erik.

Strategi bundling ponsel menjadi andalan Esia untuk meningkatkan pertumbuhan pelanggan pada tahun ini. Operator Esia menargetkan 14 juta pelanggan pada akhir 2010.

Pada ajang Indonesia Cellular Show (ICS) 2010, Esia mengumumkan penjualan ponsel bundling mencapai 38 ribu unit, sedangkan penjualan ponsel di Pekan Raya Jakarta menembus angka 140 ribu unit. Demikian pula dengan penjualan saat roadshow ponsel Esia Connect di beberapa kota yang rata-rata laku lebih dari 1.500 unit per hari.

Operator yang tengah menjalin ‘asmara’ dengan Telkom Flexi ini mengincar segmen pasar menengah-bawah melalui penawaran ponsel-ponsel murah yang telah dilengkapi fasilitas layanan data serta jejaring sosial. Erik mengatakan 50% pengakses internet dari Indonesia menggunakan ponsel, bukan komputer.

Esia pun melanjutkan strateginya untuk menggarap segmen pasar low-end dengan meluncurkan ponsel Esia Ngoceh Slim yang dibanderol hanya Rp150 ribu. Ponsel yang diklaim termurah di pasaran ini ditunjang teknologi chipset terbaru Qualcomm QCS 1100 untuk mengoperasikan fitur-fitur jejaring sosial serta messaging.

“Kita masih akan melihat penyerapan pasar. Untuk tahap pertama, kami akan suplai 100 ribu unit,” kata Erik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar