Kamis, 15 Juli 2010

Pelanggan 213 Juta, Telekomunikasi Masih Konsumtif

JUMLAH pelanggan telepon seluler (ponsel) di Indonesia hingga Juni 2010 telah mencapai 213 juta. Sedangkan pendapatan industri telekomunikasi nasional mencapai Rp 100 triliun dengan nilai investasi lebih dari Rp 20 triliun.

Namun, industri telekomunikasi nasional masih menjadikan produk dan layanan telekomunikasi sebagai bahan konsumsi bagi masyarakat Indonesia. Produk telekomunikasi belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang produktivitas masyarakat dan perekonomian nasional.

Demikian dikatakan Basuki Yusuf Iskandar, mantan Dirjen Postel yang kini menjabat sebagai Sekjen Kemenkominfo, menanggapi data-data yang diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno saat pembukaan Indonesia Celullar Sho (ICS) 2010 di Jakarta Convention Centre (JCC), Rabu (14/7).

“Investasi yang dikeluarkan operator terus meningkat, tetapi produktivitas yang dihasilkan masih tanda tanya,” kata Basuki, usai membacakan naskah pidato Menkominfo Tifatul Sembiring saat membuka ICS 2010. Ia tergelitik dengan data-data yang diungkapkan Ketua Umum ATSI yang juga Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno.

Pemerintah sebagai regulator dan pengawas jalannya industri telekomunikasi, kata Basuki, mengingatkan kembali fungsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pendukung produktivitas masyarakat dan perekonomian nasional. Dia khawatir penggunaan perangkat dan layanan telekomunikasi oleh sebagian besar masyarakat hanya akan habis untuk konsumsi, belum diolah menjadi nilai tambah (value added).

“Industri telekomunikasi baru boleh berbangga jika sudah mampu meningkatkan produktuvitas dan perekonomian bangsa,” kata Basuki. Saat ini, industri telekomunikasi di Tanah Air masih berkutat dengan konsumsi jasa telekomunikasi, belum mengarah ke nilai tambah.

95% Prabayar

Saat menyampaikan pengantar sebelum ICS 2010 dibuka secara resmi, Ketua Umum ATSI Sarwoto Atmosutarno mengungkapkan data-data tentang jumlah pelanggan ponsel berteknologi GSM yang saat ini sudah mencapai 180 juta. Yakni, pelanggan Telkomsel sebanyak 88 juta, Indosat 39 juta, dan XL 35 juta, serta pelanggan Axis dan Tri yang masing-masing sekitar sembilan juta.

"Setelah 15 tahun layanan GSM beroperasi di Tanah Air, jumlah pengguna seluler sebesar 180 juta nomor. Itu berarti penetrasi seluler sudah mencapai 80% dari total penduduk Indonesia. Dan, sebanyak 95% di antaranya adalah pelanggan prabayar," kata Sarwoto.

Angka yang disebutkan Sarwoto itu belum termasuk jumlah pelanggan ponsel berteknologi CDMA yang digolongkan sebagai fixed wireless access (FWA), yang kini diperkirakan mencapai 33 juta. Yakni, dari pelanggan Telkom Flexi sebanyak 15,8 juta, Esia 11 juta, Fren dan Hepi tiga juta, dan Smart tiga juta. Selain itu, ada juga pelanggan telepon kabel (fixed line) Telkom yang kini sebanyak 8,7 juta. Dengan demikian total pelanggan telepon di Tanah Air telah mencapai 220 juta lebih.

Selain itu, Sarwoto juga menyampaikan, pendapatan seluruh operator seluler saat ini sudah menembus angka Rp 100 triliun per tahun. "Industri ini terus tumbuh. Investasi pun terus meningkat menjadi lebih dari US$ 2 miliar per tahun, dengan jumlah BTS lebih dari 100 ribu unit," kata Sarwoto.

Dalam tiga tahun terakhir ini merupakan periode konsolidasi bagi operator telekomunikasi seluler di Tanah Air demi meningkatkan efisiensi operasionalnya. Konsolidasi itu, menurut Sarwoto, membutuhkan kerja sama antara operator dan perusahaan penyedia ponsel dan vendor jaringan. "Sinergi ketiganya harus jalan, sehingga dapat memacu pertumbuhan industri telekomunikasi di Tanah Air," ujar dia.

Selain itu, kata dia, konsolidasi juga terjadi di tingkat infrastruktur jaringan, mulai dari jaringan backbone hingga menara bersama. Tujuannya tak lain adalah agar operator lebih efisien. “Nantinya, konsolidasi tersebut tak hanya sebatas infrastruktur, tetapi juga pada pemain di industri,” kata dia.

Dalam catatan Investor Daily, konsolidasi pada penggunaan menara secara bersama-sama sejatinya telah terjadi sejak beberapa waktu lalu. Sedangkan konsolidasi di level jaringan juga sudah terjadi, seperti kerja sama roaming domestik antara operator Axis dan XL beberapa waktu lalu. Konsolidasi pada level perusahaan juga sedang terjadi, seperti yang tengah dilakukan PT Smart Telecom dan PT Mobile-8 Telecom Tbk.

Yang juga menarik, lanjut Sarwoto, adalah pengguna mobile broadband di Indonesia saat ini sudah lebih dari 30 juta. Hal itu paling tidak ditunjukkan oleh pelanggan broadband Telkomsel yang sudah mencapai 16 juta, dan pelanggan broadband XL yang sekitar 13,7 juta.

Seluruh anggota ATSI, kata Sarwoto, bekerja keras untuk mendukung transformasi dari layanan suara dan SMS ke arah layanan data broadband. “Tetapi, semua ini bisa terwujud kalau ada kerja sama yang erat antara seluruh ekosistem industri telekomunikasi,” kata Sarwoto.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar