Senin, 05 Juli 2010

Operator BWA Boleh Gelar Wimax Mobile

OPERATOR broadband wireless access (BWA) kemungkinan akan diperkenankan menggelar jaringan Wimax mobile atau Wimax standar 802.176e. Untuk itu, Ditjen Postel Kemenkominfo segera mengeluarkan Surat Keputusan untuk memastikan penggelaran jaringan Wimax mobile itu.

Demikian dikatakan Dirjen Postel Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Muhammad Budi Setiawan di sela peresmian Base Station Controller (BSC) operator seluler XL Axiata di Ambon, Maluku Selatan, Jumat (2/7).

Pernyataan Dirjen Postel itu mendapat sambutan positif dari operator BWA. Selama ini, para pemenang tender BWA memang berharap bisa menggelar jaringan Wimax mobile atau Wimax standar 16e, bukan Wimax nomadic atau standar 16d, seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Menkominfo.

"Sebenarnya dalam aturan itu tidak disebutkan secara eksplisit soal 16d atau 16e. Hanya saja ada klausul yang akhirnya mengarah pada 16d," ujar kata Dirjen Postel yang akrab disapa Iwan itu.

Klausul dalam Peraturan Menkomimfo No 5 hingga 9 Tahun 2009 itu pun, lanjut dia, bisa dibenahi dengan Surat Keputusan Dirjen atau semacamnya. "Kita harapkan kalau memang bisa diubah menjadi 16e, ini akan ramai lagi," ujar dia.

Tentunya, lanjut Iwan, ada syarat yang harus dipenuhi agar Wimax standar 16e bisa dipakai. Salah satunya adalah kesiapan produsen dalam negeri untuk membuat perangkat berbasis standar 16e. Yakni, menyangkut kandungan lokal dari produk tersebut Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sebab, dalam aturan itu disebutkan mengenai syarat kandungan lokal yang minimal 35%.

Saat ini, ujar Iwan, baru satu vendor Wimax lokal yang dilaporkan sudah bisa membuat perangkat Wimax standar 16e. Produsen itu adalah Xirka milik mantan ketua umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) Sylvia Sumarlin. Sedangkan, vendor perangkat Wimax lokal, PT Teknologi Riset Group (TRG) dan PT Hariff Daya Tunggal Engineering saat ini masih fokus memproduksi Wimax standar 16d.

Sementara itu, Direktur PT Berca Hardaya Perkasa Duta S Sarosa menyambut positif pernyataan Dirjen Postel yang akan memberi peluang penggunaan Wimax mobile kepada operator BWA. Penggunaan Wimax mobile itu berarti menempatkan Indonesia dalam ekosistem perkembangan teknologi Wimax di dunia.

“Data lembaga riset independen Operator di negara lain hampir tak ada lagi yang menggunakan Wimax 16d (nomadic), tapi Wimax mobile. Bahkan sekarang sudah mengarah ke Wimax 16m,” kata Duta, tadi malam.

Selain itu, lanjut Duta, penggunaan Wimax mobile itu berarti sejalan dengan upaya pemerintah menghadirkan akses internet murah bagi masyarakat. “Kalau kita menggunakan teknologi 16d, perangkat modem (CPE)-nya akan mencapai US$ 300 atau sekitar Rp 2,7 juta. Sedangkan kalau 16e, modemnya hanya Rp 500 ribu,” kata Duta.

Duta mengatakan, perangkat modem Wimax 16d ditaruh di luar ruangan sehingga rawan dicuri orang. Perangkat modem itu sebesar piring. Selain tidak efisien, CPE Wimax 16d juga mahal. Sedangkan perangkat modem Wimax 16e, selain sebesar USB atau dongle, harganya juga relatif murah.

Penyedia perangkat Wimax 16d maupun 16e, menurut Duta, sama-sama sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Produsen Wimax 16d adalah PT TRG dan PT Hariff, sedangkan produsen Wimax 16e adalah PT Xirka Silicon Technology yang bekerja sama dengan Huawei – Tiongkok dan PT Pangung Elektronik (pabrikan JVC dan Akira di Surabaya) yang bekerja sama dengan Saewon-Korea Selatan.

Hanya saja, Duta menyatakan, Berca yang mendapat 14 lisensi BWA di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi hingga kini belum menggelar jaringan Wimax. “Kami masih menunggu kepastian dari pemerintah tentang penggunaan Wimax mobile,” kata dia.

Wimax Lokal Siap

Sementara itu, Ketua Wimax Forum Chapter Indonesia Sylvia Sumarlin menyambut baik sinyal yang diberikan Dirjen Postel itu. “Saya mengapreasiasi pernyataan Dirjen Postel yang tidak menutup peluang penggunaan teknologi Wimax standar 16e. Ini kabar yang cukup baik,” kata dia.

Menurut pemilik Xirka ini, implementasi broadband Wimax dengan standar 802.16e lebih hemat ketimbang Wimax dengan standar 16d. Selain itu, teknologi 16d dinilai sebagian kalangan telah usang dan ketinggalan zaman. “Industri mengharapkan kehadiran teknologi Wimax 16e yang lebih menguntungkan secara bisnis, karena perusahaan manapun pasti mengharapkan return of investment yang cepat,” kata dia.

Menurut Sylvia, bila pemerintah membuka peluang untuk teknologi 16e, banyak perusahaan dalam negeri yang siap menyediakan perangkatnya. Salah satunya, PT Xirka Darma Persada, perusahaan miliknya, yang telah berpartner Huawei Technology telah memiliki kemampuan untuk membuat Wimax base station dan subscriber station.

Selain itu, lanjut dia, PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) juga telah berpartner dengan Airspan dan PT LEN yang berpartner Runcomm memiliki kemampuan membuat base station. “Produk mereka sudah memenuhi TKDN seperti yang dipersyaratkan Departemen Perindustrian, dan mereka sudah mendapat sertifikat. Jadi kalau memang teknologi 16e dibolehkan maka industri dalam negeri sudah siap memenuhinya,” kata Silvia.

Dia optimistis, kandungan lokal bisa ditingkatkan secara bertahap, sehingga pemerintah tidak perlu mengkuatirkan pemain lokal akan jadi penonton saja. “Semuanya mengalir secara alamiah, TKDN akan terpenuhi secara sendirinya,” kata Sylvia.

Namun demikian, bila pemerintah tetap bersikukuh pada teknologi 16d, dia menyarankan menambahkan kanalisasi baru sehingga bisa mengakomodasi kedua teknologi itu. Dengan begitu, pengguna dibiarkan menentukan sendiri teknologi Wimax mana yang akan dipakai sesuai kebutuhannya.

Masih Dikaji

Pernyataan Iwan ini agar bertolak belakang dengan pernyataan Menkominfo Tifatul Sembiring sebelumnya, ketika meresmikan uji coba teknologi generasi keempat (4G) Long Term Evolusion milik Telkomsel, Juni lalu. Ia mengatakan, pemerintah masih mengandalkan lisensi mobile broadband pada lisensi BWA yang telah diberikan kepada depalan perusahaan untuk 30 zona.

Tifatul berharap, operator BWA segera menggelar layanan Wimax bagi konsumen di Tanah Air dengan teknologi Wimax 16d. “Bagi yang ingin mengimplementasikan Wimax 16e, lebih baik ke LTE saja nanti. Tapi dua tahun lagi,” kata Tifatul.

Sementara itu, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan, keputusan untuk mengizinkan operator BWA menggunakan perangkat Wimax standar 16e belum final. “Ini masih kami bahas, termasuk masalah TKDN-nya,” kata Nonot.

Nonot menjelaskan, dua pekan lalu, BRTI telah melakukan pengkajian mengenai perangkat Wimax buatan dalam negeri, terutama menyangkut masalah TKDN. Penyedia perangkat Wimax 16d adalah TRG dan Hariff, sedangkan penyedia perangkat Wimax 16e adalah Xirka. “Namun, bagaimana hasil pengkajian itu masih kami rumuskan sambil mendiskusikannya dengan operator,” kata dia.

Dia mengakui, penyedia perangkat Wimax standar 16e atau mobile itu memang sudah ada di Indonesia, yakni Xirka. Secara bisnis, Wimax mobile memang menguntungkan mengingat modemnya sudah berukuran USB atau dongle, bukan sebesar piring seperti pada Wimax 16d (nomadic).

“Bagi operator BWA, lebih menguntungkan memasarkan Wimax mobile daripada nomadic. Selain itu, harga modem Wimax 16e juga lebih murah dibanding Wimax 16d,” kata Nonot.

Sedangkan, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat Roy Suryo meminta, pemerintah tidak terburu-buru menerapkan penggunaan teknologi baru Wimax 16e, sebelum memenuhi syarat kandungan lokal. Apalagi, penerapan perangkat berbasis standar 16d belum diimplementasikan secara baik. “Saya menekankan agar industri dalam negeri harus bisa membuatnya sebelum teknologi itu diterapkan. Kita tidak boleh hanya jadi penonton saja,” kata Roy.

Selain itu, pemerintah juga harus mempertimbangkan, perusahaan-perusahaan pemenang tender BWA yang sudah menginvestasikan teknologi Wimax 16d. Bila ada perubahan secara cepat, perusahaan yang menggunakan teknologi itu harus mengganti dengan perangkat yang baru.

“Teknologi 16e memang baru, tetapi kalau terlalu terburu-buru menerapkannya nanti kasihan perusahaan yang sudah terlanjut investasi,” kata dia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar