Rabu, 21 Juli 2010

Speedy Layani Daerah Terpencil dan Pulau Terluar

PT TELEKOMUNIKASI Indonesia Tbk (Telkom) menguatkan komitmen untuk menyediakan layanan telekomunikasi di pulau-pulau terluar Indonesia, baik itu layanan telepon (suara) maupun data (internet). Ketersediaan layanan telekomunikasi tersebut sangat penting, mengingat posisi beberapa pulau terluar secara geopolitik sangat strategis.

“Natuna merupakan pulau terluar Indonesia pertama yang memiliki akses internet kecepatan tinggi. Natunan sejak 2007 telah menikmati layanan internet cepat Speedy,” kata Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia di Jakarta, Selasa (20/7).

Dia menjelaskan, penyediaan layanan internet broadband Telkom Speedy di Natuna merupakan bagian dari tanggung jawab sosial Telkom yang tertuang dalam salah satu corporate inisiative. Fasilitas yang dioperasikan Telkom di pulau tersebut terdiri atas tiga akses, yakni telepon, faksimili dan internet broadband.

“Telkom telah bertekad untuk menjadi yang terdepan dalam pengelolaan Universial Service Obligation (USO) sekaligus terdepan dalam membangun infrastruktur telekomunikasi di titik-titik terluar wilayah Indonesia,” kata Eddy.

Dia menambahkan, kehadiran BUMN telekomunikasi di pulau-pulau terluar maupun daerah-daerah perbatasan dengan negara lain itu secara tidak langsung merupakan simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain di Natuna, kata Eddy, Telkom telah menggelar infrastruktur di Pulau Miangas yang berbatasan dengan Filipina dan Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura.

Selain itu, setidaknya ada 12 titik wilayah terluar lain yang menjadi target Telkom, yakni Pulau Marore (Utara Kepulauan Sangihe, berbatasan dengan Filipina), Pulau Marampit (Utara Kepulauan Talaud, berbatasan dengan Filipina), Pulau Sekatung (Utara Pulau Natuna, berbatasan dengan Vietnam), Pulau Tapeh (sebelah Timur Laut Timor Leste), Pulau Rondo (Utara Pulau Weh, Aceh), Pulau Berhala, P Fani (Utara Papua), Pulau Fanildo (Utara Papua), Pulau Bras (Utara Papua), Pulau Batek (berbatasan dengan Timor Leste), Pulau Dana (berbatasan dengan Australia), dan Pulau Sebatik (berbatasan dengan Malaysia).

Kehadiran Telkom di lokasi-lokasi tersebut, kata Eddy, dilandasi oleh kesadaran bahwa semua orang di Indonesia seyogyanya memiliki akses terhadap sarana telekomunikasi guna meningkatkan kualitas hidupnya. “Kehadiran Telkom di pulau terluar dan wilayah terpencil semata-mata sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, karena apabila dilihat dari hitungan bisnis, pengoperasian fasilitas telekomunikasi di lokasi tersebut tidak menguntungkan,” ujar Eddy.

Dewasa ini terdapat 66.778 desa di Indonesia, dari jumlah tersebut baru sekitar 23.759 atau 36% di antaranya yang sudah terjangkau layanan telekomunikasi. Telkom Group ingin menjadi yang terdepan dalam membangun infrastruktur di titik terluar wilayah Indonesia. Telkomsel, anak perusahaan Telkom, sedang merampungkan pembangunan 25 ribu desa terpencil dalam program USO.

Dalam program Telkomsel Merah Putih, operator seluler terbesar di Indonesia itu telah membangun jaringan di daerah terluar dan kawasan terpencil. Operator seluler dengan pelanggan lebih dari 88 juta itu juga terus berinovasi untuk menghadirkan layanan telekomunikasi di daerah terpencil. Salah satunya adalah inovasi teknologi GSM berbasis IP berkonsep Remote Solution System. Selain itu, Telkomsel mengimplementasikan inovasi energi alternatif, seperti tenaga matahari (solar cell) dan tenaga angin (kincir angin).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar