Jumat, 02 Juli 2010

Perang Tarif Layanan Data Dimulai

KEHADIRAN PT Bakrie Connectivity (BConnect) makin menegaskan ketatnya persaingan layanan data di Tanah Air. Anak usaha PT Bakrie Telecom ini siap bersaing dengan sesama operator CDMA, juga GSM atau bahkan Wimax. Persaingan itu bukan tidak mungkin akan mengakibatkan perang tarif pada layanan data.

BConnect yang baru meluncurkan layanan data (internet broadband) dengan merek dagang AHA masih mengandalkan teknologi EVDO Rev-A. Namun, layanan AHA diklaim bisa menghadirkan layanan data berkecepatan hingga 3,8 Mbps untuk unduh/download dan 1,8 Mbps untuk unggah/upload. AHA akan bersaing dengan operator CDMA yang menyediakan layanan EVDO sejenis, seperti Jump dari PT Smart Telecom, dan Mobi dari PT Mobile-8 Telecom Tbk.

“Untungnya sudah ada operator yang menggunakan teknologi yang sama. Jadi sudah ada bukti bahwa teknologi EVDO lebih bagus dari 3G-nya GSM,” ujar Dirut Bconnect Erik Meijer kepada Investor Daily, Rabu (30/6).

Dengan mengandalkan satu kanal sebesar 1,25 MHz, BConnect ingin memasarkan produknya, AHA, di Tanah Air dan dimulai dari wilayah timur, seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Malang. Daerah-daerah itu memiliki potensi pasar lebih luas dibanding wilayah pusat da, belum digarap serius oleh para pesaingnya, seperti Jump dan Mobi.

“Kami memang sengaja mengambil daerah-daerah tersebut karena belum banyak pemain data yang merambah ke sana,” jelas Erik. BConnect menargetkan layanan internet AHA dapat menjangkau lebih dari 10 kota di Indonesia hingga akhir 2010.

Sementara itu, Head of Core Product & Branding PT Smart Telecom Ruby Hermanto menyambut positif kehadiran pemain baru layanan EVDO. “Kami sekarang bisa sama-sama mengedukasi pasar untuk melawan teknologi High Speed Packet Access (HSPA) dari operator GSM,” kata Ruby.

Ruby mengatakan, kehadiran BConnect belum dianggap sebagai ancaman karena penyerapan pasar akan ditentukan oleh kualitas layanan. “Kalau hanya memiliki satu kanal, itu lumayan berisiko karena mereka harus siap menghadapi lonjakan trafik di wilayah padat populasi,” kata dia.

Perang Tarif Data

Sedangkan General Manager Direct Sales PT XL Axiata Tbk (XL) Handono Warih mengatakan, keseriusan Bakrie Telecom masuk ke bisnis layanan data dengan membentuk anak usaha sendiri, BConnect, menegaskan bahwa layanan ini memiliki masa depan bagi pendapatan operator. “Kemunculan operator-operator data ditengarai akan menyulut perang tarif layanan. Sebabnya, para operator baru akan agresif mengakuisisi pasar,” kata dia.

Namun, operator CDMA harus berjuang keras untuk merebut pelanggan mengingat operator GSM sudah lebih dulu menawarkan layanan data. Bahkan, Telkomsel dan Indosat sudah menawarkan layanan data berteknologi HSPA+ yang mampu mengantarkan data berkecepatan 42 Mbps. Dari sisi pelanggan, operator GSM sudah memiliki banyak pelanggan. Pelanggan data Telkomsel sebanyak 16 juta, XL 13,4 juta, dan Indosat juga belasan juta.

Selain itu, tantangan operator CDMA juga akan datang dari operator Wimax. Akhir tahun lalu, pemerintah memberikan 30 lisensi broadband wireless access (BWA) pada frekuensi 2,3 GHz kepada delapan perusahaan. Salah satu pemegang lisensi BWA yang telah memulai penggelaran jaringan Wimax adalah PT First Media Tbk. Operator Wimax ini menawarkan Wimax generasi keempat (4G) dengan merek dagang Sitra. Dengan investasi US$350 juta, First Media menargetkan pelanggan sebanyak satu juta dalam tiga tahun ke depan.

Sementara itu, operator CDMA yang menawarkan layanan data berteknologi EVDO masih terseok-seok mengakuisi pelanggan. Jump dari Smart, misalnya, kini memiliki 600 ribu pelanggan. Layanan data yang diklaim bisa menyajikan kecepatan hingga 9,3 Mbps (unduh) dan 5,4 Mbps (unggah) ini telah hadir di 32 kota di Tanah Air. Sedangkan Mobi dari Mobile-8, hingga akhir 2009 baru memiliki 150 ribu pelanggan.

BConnect Investasi Rp 900 Miliar

Sementara itu, Wakil Dirut PT Bakrie Telecom Tbk bidang Jaringan Muhammad Buldansyah memaparkan, investasi awal untuk pengembangan jaringan kabel dan infrastruktur menara bagi BConnect di wilayah Jawa dan Sumatera sebesar US$100 atau sekitar Rp 900 miliar.

Investasi tersebut dicurahkan untuk menambah modul teknologi Rev-A pada base transceiver station (BTS) sebesar US$30 juta, US$30 juta untuk membangun backhaul, serta sisanya digunakan untuk membangun backbone dan sistem Internet Protocol (IP). “Begitu kami menambah kanal untuk BConnect, kami mulai fokus menggarap layanan data karena peluangnya sangat bagus,” kata Buldansyah.

Dia mengakui, BConnect masih akan menggunakan satu kanal tambahan sebesar 1,25 MHz untuk mengeksploitasi EVDO Rev-A. Sedangkan, dua sampai tiga kanal lainnya masih digunakan Bakrie Telecom untuk layanan suara dan SMS bagi Esia.

Kanal yang dimiliki BConnect per BTS mampu melayani 50-60 pengguna data dengan pembagian akses downlink sekitar 500-600 Kbps per pengguna. Teknologi EVDO Rev-A secara umum mampu memberikan akses data berkecepatan unduh maksimum 3,1 Mbps.

Saat demonstrasi, layanan data AHA yang menggunakan modem Huawei VME-110 mampu mengakses data dengan kecepatan hingga 2,6 Mbps. Menurut Erik, pihaknya menyiapkan sebanyak 100 ribu unit modem untuk tahap awal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar