Rabu, 28 Juli 2010

LTE Terhambat Ketersediaan Frekuensi

KETERSEDIAAN spektrum menjadi kendala utama implementasi teknologi 4G atau Long Term Evoloution (LTE) di Indonesia. Pemerintah diminta segera mencari solusinya, mengingat saat ini spektrum yang ada yaitu 2,5 GHz, 2,3 GHz, 700 MHz serta 900 MHz sudah digunakan.

Spektrum 2,5 GHz di Indonesia digunakan untuk satelit milik PT Indovision dan spektrum 2,3 GHz telah diperuntukkan bagi WiMax. Sementara itu, spektrum 700 MHz dialokasikan untuk transisi penyiaran televisi dari analog ke siaran digital, dan 900 MHz dimanfaatkan operator GSM untuk layanan suara.

“Kami menilai persoalan spektrum ini menjadi persoalan yang pokok dalam implementasi LTE di Tanah Air. Saat ini belum ditentukan pita frekuensi yang mana akan dipakai, dan berapa besar yang dibutuhkan. Kami kira persoalan spektrum ini perlu dicari solusinya segera,” kata Country Manager Qualcomm Indonesia Harry K Nugraha di Jakarta, Selasa (27/7).

Dia menjelaskan, LTE adalah evolusi komunikasi seluler menuju jaringan broadband berbasis Internet Protocol (IP) secara menyeluruh. Teknologi ini bisa mengantarkan kecepatan akses data di atas 100 megabit per detik (Mbps) dan efisien dalam penggunaan frekuensi. Di dunia, Swedia dan Norwegia adalah negara-negara yang telah mengimplementasikan inovasi itu.

Sedangkan spektrum yang umum digunakan di luar negeri untuk LTE adalah 700 MHz dan 2,5-2,6 GHz. Teknologi ini memberikan kinerja baik bila beroperasi di atas pita spektrum 3G selebar 10 MHz hingga 20 MHz.

Harry berpendapat, teknologi ini tidak untuk menggantikan teknologi yang sudah ada, seperti High Speed Packet Acess (HSPA), HSPA + dan Wimax. Dia membandingkan segmentasi pasar pemakaian Wimax dan LTE. Wimax diperkirakan berjaya di daerah-daerah perdesaan yang sulit dan jarang terdapat BTS. Sedangkan LTE akan berkembang pesat di daerah perkotaan, memanfaatkan jaringan-jaringan BTS yang sudah tersedia.

Karena itu, kehadiran LTE justru akan melengkapi teknologi yang ada sebelumnya untuk digunakan operator seluler meningkatkan jaringan lebih luas di pusat kota dan kota-kota besar, serta memenuhi permintaan khusus, misalkan layanan Internet berkecepatan diatas 150 (mbps).

“Jadi posisi LTE bukan mengganti tetapi saling mengisi. Teknologi ini bisa memanfaatkan terminal dan jaringan operator 3G yang sudah ada,” kata dia.

HSPA+ Lebih Murah

HSPA+, kata dia, berpeluang menyediakan akses data dan suara dalam kapasitas yang lebih baik, yaitu hingga sekitar 168 Mbps melalui rekayasa teknologi. Kemampuan ini setara dengan LTE sehingga operator tidak harus menggunakan spektrum baru.

“Secara engineering, kecepatan 168-300 mbps bisa disediakan dengan dukungan software upgrade 3G di bandwitdh minimal 10 MHz. Investasi ini lebih murah dibandingkan menggelar LTE,” tegasnya.

Sementara itu, Sekjen IdTUG (Indonesia Telecommunications User Group) Muhamad Jumadi menilai, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam pengembangan LTE di Indonesia. Persoalan itu di antaranya ketersediaan frekuensi, perangkat (handset/modem), kesiapan pasar, dan layanan.

Menurut dia, pasar broadband Indonesia memang besar, baik individu maupun korporat di seluruh pelosok tanah air terutama untuk wilayah perkotaan dalam waktu dua hingga tiga tahun kedepan. Namun IdTUG mengingatkan agar penggelaran jaringan tidak hanya untuk persaingan semata.

“Jangan hanya menguji coba LTE hanya untuk gengsi bersaing dengan sesama operator seluler dan penyelenggara WiMax. Operator jangan hanya teriak-teriak saja, tetapi perbaiki dulu kualitas layanan yang ada,” ujarnya.

Dia juga meminta, operator yang ingin membuka layanan 4G tidak melupakan kualitas. “Kualitas jaringan harus dijaga, masyarakat saat ini banyak yang tidak happy dengan koneksi saat ini yang tidak lancar, sebelum bicara terlalu jauh, persiapkan dan perbaiki layanan yang ada terlebih dulu,” tegasnya.

Chipset LTE

Qualcomm akan meluncurkan ke pasar tiga chipset yang mendukung teknologi LTE, yakni MDM9200, MDM 9600 dan MSM 8960 pada akhir tahun ini. Chipset ini memiliki keunggulan, karena bisa mendukung EVDO (teknologi generasi ketiga CDMA) dan HSDPA.

“Dalam satu chipset nantinya ada tiga teknologi yaitu EVDO, HSDPA dan LTE. Artinya, dalam satu perangkat bergerak nantinya sudah mendukung semuanya," kata Harry.

Chipset ini digunakan untuk Data Card pada laptop. Sedangkan untuk handshet ponsel yang mendukung LTE, lanjut dia, diperkirakan baru hadir akhir 2011. “Butuh waktu sekitar 6-9 bulan dari chipset untuk digarap manufaktur menjadi sebuah handshet. Belum lagi harus dilakukan test pasar. Jadi, kira-kira akhir 2011 kemungkinan baru hadir handshet yang mengusung teknologi LTE,” kata Harry.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar