Selasa, 08 Juni 2010

Ponsel Lokal Geser Ponsel Global

EKSISTENSI para vendor ponsel lokal telah meciptakan peta baru dalam urutan kekuasaan pasar di Indonesia. Data lembaga survei GfK Maret 2010 menunjukkan, pangsa pasar vendor-vendor ponsel lokal telah melampaui 20%.

Sejumlah vendor global masih menancapkan kekuasaannya di pasar ponsel Indonesia. Namun, mereka patut waspada posisinya disodok pemain lokal yang mulai mendapatkan tempat di pasar ritel.

Nokia tercatat masih menguasai separuh pasar ponsel Indonesia dengan market share 51,2%, meski di pasar global pangsa Nokia terus tergerus hingga di bawah 40%. Gabungan vendor-vendor lokal yang memiliki pangsa pasar di bawah 3% kini berada di urutan kedua dengan penguasaan pasar 12,2%.

Vendor Korea Selatan Samsung serta Sony Ericsson masing-masing menguasai pangsa pasar 12% dan 7,4%. Kedua vendor ini mulai serius menggarap ponsel pintar (smartphone) dengan membawa sistem operasi 'terpanas', Android.

Vendor lokal Nexian sukses mendapatkan tempat di ritel setelah mampu mendapatkan 5,7% pangsa pasar. Strategi bisnis PT Metrotech Jaya Komunika dalam menjual lini ponsel entry-level yang diikat bersama layanan operator terbukti ampuh mendongkrak penjualan.

HT Mobile yang cukup agresif meluncurkan beberapa produk pada awal 2010 juga berhasil menuai hasil dengan pangsa pasar 4,1%. PT Sinar Jaya Sukses Mandiri juga tetap fokus menjual ponsel-ponsel dengan harga di bawah Rp1 juta.

Dua vendor lokal tersebut ternyata melangkahi Research In Motion (RIM) sebagai pemilik merek smartphone sensasional BlackBerry. Smartphone sejuta umat ini menguasai 3,6% pangsa pasar di Indonesia melalui penjualan bersama enam operator dan satu distributor resmi.

Penguasa perangkat elektronik LG baru mampu menggaet 2,1% pangsa pasar melalui lini ponselnya. Sedangkan tiga vendor global asal Tiongkok lainnya baru mendapatkan pangsa pasar di bawah 1%. Huawei, ZTE, dan HTC masing-masing baru mencicipi pangsa pasar sebesar 0,4%, 0,1%, dan 0,1%.


Pangsa Pasar Ponsel di Indonesia

Ponsel

Pangsa Pasar

Nokia

51,2%

Gabungan Vendor Lokal dengan Pangsa <3%

12,2%

Samsung

12.00%

Sony Ericsson

7,4%

Nexian

5,7%

HT Mobile

4,1%

BlackBerry

3,6%

LG

2,1%

Huawei

0,4%

ZTE

0,1%

HTC

0,1%

Sumber: GFK, Maret 2010

Mulai Perang Harga

Kesuksesan para vendor lokal dengan strategi penjualan ponsel murah mulai membuat para vendor global melakukan penyesuaian. Nokia yang pangsanya terus tergerus di pasar global akibat kehadiran ponsel pintar BlackBerry, kini mulai memasarkan ponsel cerdas berdesain Qwerty.

Baru-baru ini, Nokia memasarkan ponsel pintar Qwerty C3 yang mewakili ponsel murah di Indonesia. Samsung dan LG juga telah merilis ponsel-ponsel berharga sejutaan lebih dulu. Kehadiran ponsel-ponsel murah dari para vendor global tersebut melahirkan kekhawatiran bagi para pemain lokal.

“Itu merupakan bahaya laten untuk kami para vendor lokal,” kata Brand Manager HT Mobile Ridwan Zalie.

Ridwan memperkirakan, para vendor akan saling berebut dan bersaing ketat di level bawah dengan menjajakan ponsel murah. “Ujung-ujungnya akan terjadi price war di segmen bawah,” jelas dia.

Sales Director Device PT Huawei Tech Investment Gavin Gu juga mengungkapkan hal senada. Para vendor lokal akan kesulitan bersaing menghadapi para raksasa yang mulai rela banting harga.

“Karakteristik konsumen di Indonesia masih brand-oriented yang memilih barang berdasarkan merek,” jelas Gu. Karena itu, para vendor lokal harus lebih bekerja keras membangun imej merek produk yang mereka jual kepada konsumen.

Ridwan menambahkan, pihaknya terus memperkuat imej merek HT Mobile guna meningkatkan loyalitas konsumen, khususnya untuk kelas B dan C. “Salah satunya melalui value added service dengan menanamkan aplikasi-aplikasi menarik seperti jejaring sosial,” paparnya.

Sementara itu, Nokia membantah pihaknya ingin menyaingi penetrasi vendor lokal di segmen bawah. “Kami mencoba menghadirkan ponsel yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan masyarakat,” kata Senior Marketing Manager Nokia Indonesia Goh Doh Hau.

Dia mengatakan, ponsel jejaring sosial dengan harga murah menjadi tren yang sedang bagus di Indonesia. Vendor raksasa asal Finlandia ini juga telah memiliki 98 service center di Indonesia untuk mendukung penetrasinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar