Rabu, 16 Juni 2010

Merger Flexi-Esia Belum Putus

PT TELEKOMUNIKASI Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Bakrie Telecom Tbk sama-sama mengakui adanya pembicaraan untuk menjajaki kerja sama di antara kedua operator CDMA itu. Namun, keduanya sama-sama menyatakan, hingga kini belum ada kesepakatan.

Demikian pendapat yang disampaikan Vice President Public & Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia dan Sekretaris Perusahaan PT Bakrie Telecom Tbk Harry Prabowo di Jakarta, Selasa (15/6).

"Bakrie Telecom melakukan pembicaraan dengan Telkom dalam rangka menjajaki kemungkinan kerja sama. Pembicaraan itu hingga kini masih berlangsung dan belum ada kesepakatan," kata Harry Prabowo.

Sementara itu, Eddy Kurnia mengatakan, sebagai bagian dari penataan portofolio bisnis perusahaan, Telkom berencana melakukan aksi korporasi melalui sinergi Divisi Telkom Flexi. Terdapat berbagai pilihan aksi korporasi yang dipertimbangkan, salah-satu di antaranya adalah konsolidasi dengan operator lain melalui beberapa alternatif, seperti partnership, penggabungan bisnis dan akuisisi.

Untuk aksi korporasi itu, lanjut Eddy, saat ini terdapat beberapa partner potensial yang telah dipertimbangkan dan telah berdiskusi dengan Telkom. “Salah-satu partner potensial yang sedang dipertimbangkan secara serius adalah Bakrie Telecom (BTEL),” kata Eddy.

Berkaitan dengan rencana tersebut, kata Eddy, Telkom telah memperoleh respons positif secara informal dari Menteri BUMN Mustafa Abubakar sebagai pemegang saham mayoritas Telkom.

Dalam keterangannya kepada wartawan, beberapa waktu lalu, Mustafa Abubakar mengatakan, pemerintah melalui Kementerian BUMN sangat mendukung rencana konsolidasi Flexi dan Esia itu. Merger dua operator selular berbasis Code Division Multiple Access (CDMA) itu akan menghasilkan satu operator yang sangat kuat.

"Saya baru terima surat tadi pagi dari Telkom. Isinya usulan merger Flexi dengan Esia. Sekarang sedang tahap negosiasi," kata Mustafa.

Belum Ada Putusan

Meski demikian, lanjut Eddy Kurnia, manajemen Telkom akan terlebih dahulu mempelajari secara seksama setiap pilihan aksi korporasi yang akan diambil. Manajemen Telkom terutama akan mempertimbangkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Telkom juga akan tetap mengikuti proses yang lazim dalam setiap aksi korporasi, seperti due diligent, internal approval process, dan hal-hal lain yang bersifat operasional.

“Langkah Telkom akan senantiasa mengacu pada kaidah-kaidah good corporate governance,” kata Eddy.

Hingga saat ini, kata Eddy, belum ada keputusan formal apa pun terkait dengan pemisahan (spin off) divisi Telkom Flexi. Langkah itu hanya dilakukan jika proses konsolidasi yang akan dilakukan nanti memang mensyaratkannya.

“Sampai saat ini belum ada keputusan formal apa pun terkait alternatif maupun mitra bisnis yang dipilih untuk berkonsolidasi dengan Flexi. Telkom akan segera mengumumkan kepada publik mengenai hal itu setelah keputusan formal terkait dengan konsolidasi ini benar-benar diambil,” kata Eddy.


Potensi Monopoli

Rencana konsolidasi Flexi dan Esia mencuat ketika Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah mengeluarkan pernyataan ‘bersayap’ pada awal Juni 2010. Ia menginginkan agar merger atau konsolidasi Flexi dan Esia terjadi dalam dua tahun ke depan. Sebelum itu terjadi, manajemen Telkom juga berniat memisahkan (spin off) Divisi Telkom Flexi menjadi PT sendiri.

Sementara itu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyambut baik rencana konsolidasi Flexi-Esia. Namun, regulator mengingatkan agar konsolidasi itu tidak menimbulkan kompetisi tak sehat di industri telekomunikasi Indonesia. Flexi dan Esia adalah dua operator CDMA terbesar di Indonesia sehingga merger keduanya berpotensi monopoli.

“Karena itu perlu diawasi agar tidak terjadi permainan tarif atau kartel. Saya sarankan sebelum merger, keduanya berkonsultasi ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),” kata Heru.

Penggabungan Flexi dan Esia akan menghasilkan operator yang menguasai pangsa pasar (jumlah pelanggan) hingga 76%. Flexi saat ini memiliki 15,5 juta pelanggan, dan Esia menguasai 11 juta pelanggan. Sedangkan total pelanggan operator CDMA di Indonesia saat ini sekitar 35 juta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar