Rabu, 11 Agustus 2010

Operator Dukung RIM Bangun Server di Indonesia

PEMERINTAH, melalui Menkominfo Tifatul Sembiring menyurati Research In Motion (RIM) agar menyediakan pusat data di Indonesia. Ini diharapkan dapat menyelamatkan pemasukan negara serta memudahkan antisipasi keamanan.

Operator telekomunikasi mitra RIM yang menyediakan layanan BlackBerry mendukung langkah pemerintah memaksa RIM untuk membangun pusat data di Indonesia. Namun sayang, imbauan Kemenkominfo terlalu lunak karena tidak diikuti ancaman untuk memblokir layanan BlackBerry bila RIM tak bersedia membangun pusat data di Tanah Air.

“Tetapi kalau memang imbauan kita tidak berhasil, kemungkinan kami akan memberikan sanksi tegas,” kata Tifatul Sembiring di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Selasa (10/8).

Sejatinya, pemerintah pernah mengancam untuk memblokir peredaran produk dan layanan BlackBerry di Indonesia. Yakni, pada Agustus 2009, ketika RIM belum memenuhi permintaan pemerintah untuk membangun sentra purna jualnya di Tanah Air.

Kali ini, Menkominfo hanya menyurati RIM dan mengimbau agar RIM mau membangun pusat datanya di Indonesia. “Intinya mereka beroperasi di Indonesia, tetapi belum membangun infrastrukturnya di Indonesia. Kami sudah menyurati mereka (RIM) agar mereka membangun server di Indonesia,” kata Tifatul.

Permintaan Kemenkominfo tersebut, kata Tifatul, didasari aspek legalitas dari UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) No 11/2008, yang mewajibkan penyelenggara jasa elektronik membangun infrastruktur di Indonesia. Kewajiban tersebut juga berlaku bagi institusi internasional lain yang beroperasi di Indonesia. Bank-bank internasional pun memiliki kewajiban untuk mendirikan pusat data (data center) di Indonesia.

“Kita juga tidak mau kehilangan potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari mereka. Sementara itu, Indonesia hanya menjadi obyek pasar BlackBerry saja,” ujar Tifatul.

Seperti diketahui, saat ini enam operator telekomunikasi menjadi mitra RIM untuk memasarkan ponsel dan layanan BlackBerry. Keenam operator itu telah menghimpun sekitar 1,5 juta pelanggan aktif BlackBerry di Indonesia. Kalau dihitung, total dana yang disetorkan operator Indonesia kepada RIM di Kanada mencapai Rp 2-3 triliun per tahun. (lihat BOX)

Tifatul menilai, RIM tidak fair karena hanya menumpang dan memanfaatkan jaringan milik operator dan menggunakan frekuensi milik bangsa Indonesia.

Selain mengenakan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi kepada RIM, lanjut Tifatul, lokalisasi server RIM diharapkan dapat menurunkan tarif layanan maupun biaya operator yang menyediakan layanan BlackBerry. “Dengan adanya server di Indonesia, tarif BlackBerry bisa turun 10-20%,” jelas Tifatul.

Selain itu, isu keamanan juga menjadi alasan utama pemerintah meminta RIM mendirikan data center di Indonesia. Tifatul menilai, hadirnya sever RIM di Jakarta dapat memudahkan tim aparat keamanan melakukan penyelidikan terhadap indikasi kriminal, seperti korupsi dan terorisme. “Langkah ini biasa kami lakukan dengan operator,” ujar dia.

Operator Sambut Baik

Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mendukung upaya pemerintah untuk memaksa RIM menyediakan server lokal. Pembangunan pusat data BlackBerry di dalam negeri akan menekan biaya operasional untuk layanan BlackBerry.

Ketua ATSI Sarwoto Atmosutarno mengatakan, investasi untuk membangun jalur (link) dengan server RIM di Kanada amat mahal. Biayanya bisa mencapai US$1.000 per Mbps. Namun, menurut pengamat pemasaran BlackBerry Faizal Adiputra, biaya sewanya mencapai US$ 5-8 ribu per Mbps per bulan.

Presdir PT Hutchison CP Telecommunications (operator Tri) Manoj Mann, Vice President Sales & Distribution PT Natrindo Telepon Seluler (operator Axis) Syakieb A Sungkar, dan General Manager Sales BlackBerry & Internet PT XL Axiata Tbk (XL) Handono Warih sependapat bahwa lokalisasi server BlackBerry dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk bandwidthinternasional.

“Kami mengimbau kepada RIM agar mau berbagi biaya investasi kepada operator di Indonesia mengingat pertumbuhan pelanggan BlackBerry di Indonesia termasuk tinggi,” kata Sarwoto. Selama ini, setiap operator diwajibkan menyetorkan biaya operasional dan bandwidh kepada RIM.

Jika RIM menyediakan server di Indonesia, kata Manoj Mann, operator dapat menekan cost operasional maupun biaya bandwidh ke Kanada, karena biayanya tidak murah.

Sementara itu, Handono Warih mengatakan, jika pemerintah mendesak RIM untuk membangun server secara lokal, maka perintah tersebut juga harus dilayangkan kepada perusahaan-perusahaan asing lainnya seperti Yahoo, Google, dan Microsoft.

Sedangkan Syakieb berpendapat, trafik BlackBerry Messenger (BBM) di Indonesia termasuk paling besar karena karakter pengguna di sini paling unik. “Dengan adanya server lokal, layanan BlackBerry di Indonesia akan lebih efektif karena trafik tidak perlu lagi mampir jauh ke Kanada,” kata Syakieb.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar